It is Beautiful : 50

645 65 40
                                    

Aku menyarankan Ken untuk mengobrol di taman sambil minum teh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku menyarankan Ken untuk mengobrol di taman sambil minum teh. Yah sebenarnya aku ingin bicara di ujung jurang kemudian mendorongnya jatuh ke dasar keputusasaan. Tapi misteri Ken yang menyembunyikan perempuan yang lain masih belum aku ketahui. Aku harus menyelidikinya dulu.

Tanganku mengambil secangkir teh yang telah dibuat oleh Justin, kemudian menyeruputnya sedikit. Tehnya enak sekali. Justin sepertinya sangat jago membuat makanan dan minuman apa saja. Memikirkan hal itu aku jadi teringat Joe.

Hah ... Bagaimana ekspresi Joe begitu tahu aku diculik, yah. Pasti dia marah sekali kepada Ken dan ingin membunuhnya. Tapi untuk sekarang, aku akan bertarung sendirian di sini dan segera pulang dengan selamat.

"Aku merasa mungkin alasan kau menculik wanita-wanita di kota ini termasuk aku tidak hanya ingin pertunjukan sulapmu ditonton, kan?" ujarku memulai topik.

Sebenarnya aku tidak tahu akan mulai dari mana. Kata-kata tadi langsung keluar begitu saja.

"Tidak. Hanya itu, kok," jawab Ken seraya bertopang dagu menatap kepadaku. "Aku hanya mau pertunjukanku ditonton. Tapi, kalau kalian melawan, aku bisa menjadikan kalian sebagai bahan sulapku. Yah misalkan, memotong tubuh kalian menjadi dua, atau melemparkan pisau secara tidak beraturan kepada kalian di papan."

Aku seketika merinding. "Jangan menakutiku seperti itu. Kau sudah merepotkan orang-orang hanya karena alasanmu itu. Kalau kau mau menjadi pesulap, silakan. Tidak ada yang melarang. Bahkan kau juga bisa memperagakannya di kotamu sendiri. Akhirnya kau akan mendapatkan keuntungan karena penonton menyukainya."

Ken yang tadinya tersenyum padaku, terlihat memudar. Tatapannya menjadi kosong sekaligus tajam.

"Kau mengatakan itu seolah mudah melakukannya. Kau tahu apa tentangku?" tanyanya dengan nada dingin.

"Tentu saja aku tahu!" balasku dengan lantang, membuatnya kelihatan terkejut. "Kau mau jadi pesulap, kan? Kalau iya, lakukan saja! Tapi jangan berbuat jahat seperti ini. Kalau kau membuat sulap dengan cara kotor, tidak ada yang menyukai sulapmu. Kalau keluargamu tidak mau kau menjadi pesulap, jangan dengarkan. Dengarkan apa yang kau mau saja."

Ken terdiam sejenak. Tiba-tiba dia tertawa pelan, sedang, lalu semakin keras.

"HAHAHAHA!" Dia beranjak dari duduknya. "Menarik sekali, Nona Sica Zarsaca. Aku rasa hanya kau yang bisa mengerti diriku. Menjadi pesulap memang keinginanku sejak kecil."

Dia sudah gila tertawa seperti itu. Buat kaget saja, batinku ngeri sendiri.

Ken berjalan menghampiriku. "Aku akan membebaskanmu dengan yang lain, namun dengan satu syarat."

Aku terkejut. Tiba-tiba Ken akan membebaskanku dengan yang lain juga. Ini kesempatan. Ken juga kelihatan sudah mengakui kalau dirinyalah yang melakukan kejahatan.

"Apa itu?" tanyaku.

"Katamu aku bisa menjadi pesulap tanpa mendengar pendapat orang lain, kan? Bagaimana jika kau membantuku?" ujar Ken. "Tapi aku juga akan memberikan imbalan lain selain membebaskanmu. Kau setuju?"

It is BeautifulWhere stories live. Discover now