It is Beautiful : 14

4.6K 326 266
                                    

Tok tok tok!

Tanganku pun mengetuk pintu kamar Ades ketika sudah sampai di tujuan. Ini masih jam 9 malam. Aku harap dia belum tidur. Tapi, tidak ada jawaban dari dalam atau pun gerakan kenop pintu dari tangan yang memutar dari dalam. Gawat, bagaimana nasib Gabriel kalau seperti ini? Tidak ada cara lain.

Sihir petirku mulai bekerja. Tangan kananku dikelilingi oleh sihir petir yang dapat membuat orang lain tersengat jika ada yang menyentuh tanganku. Termasuk benda-benda apapun yang aku sentuh, benda itu akan menjadi gosong dan rusak.

Itu benar, aku akan menghancurkan pintu kamar Ades.

TRAKKSS!!!

Ketika tanganku menghajar badan pintu, seluruh bagian pintunya langsung berubah drastis menjadi kayu gosong. Pintu itu rusak dan jatuh terhempas begitu keras ke lantai. Selesai.

Ini belum selesai. Aku harus membangunkan Ades yang terlihat sedang tidur dengan nyenyak di tempat tidurnya. Apa tadi suara gaduh yang aku buat tidak mempengaruhi ketenangannya? Astaga, mungkin karena kurang berisik.

Aku melangkah masuk ke dalam dan menghampiri tempat tidur Ades. Dia masih tidur. Ada iler yang merembes di sudut mulutnya. Ilernya sampai mengenai bantalnya. Ah! Kenapa aku malah memandangi ilernya? Aku harus membangunkannya sekarang. Tidak ada waktu lagi.

"Ades! Ades, bangun!" kataku seraya mengguncang-guncang tubuhnya.

"Mmhh ..." gumaman Ades menghentikan gerakanku membangunkannya. Apa dia bangun? "Nona, kau terlalu bersemangat. Tentu saja kau cantik. Zzz ..."

Kesal dengan Ades! Rupanya dia mengigau! Aku tahu pasti dia memimpikan para gadis cantik. Dasar pangeran genit! Aku akan menghancurkan mimpinya itu dengan cara ... ah, di nakas itu ada segelas susu coklat! Hehehe.

Aku mengambil susu coklat itu dari nakas. Minuman itu aku dekatkan ke penciumaku untuk mengecek apa susu ini masih bagus atau sudah basi. Hm ... susu ini sudah basi. Bagus, akan aku berikan susu ini sekarang kepada Ades.

Syuurr!

Semua isi susu basi itu aku gunakan untuk menyiram wajah Ades. Tidak sampai habis aku menyiram, Ades sudah berhasil dibangunkan dengan mata memberiak melihat ke arahku sedang tersenyum.

"Beauty!" kejut Ades.

"Hai, pangeran kebo! Sudah bangun? Ah, bagaimana rasa susu basinya? Enak, kan?" Aku meletakkan gelas itu kembali ke nakas dan berkacak pinggang.

"Ah cantikku, ada apa gerangan kau membangunkan pangeranmu ini? Kau mau tidur bersamaku? Tentu, sila---"

PLAK!!

"Jangan sekarang apalagi nanti, kau membuatku geli. Ada yang memerlukan obatmu," ucapku dengan datar tidak peduli dengan kata-kata jijiknya barusan memberikannya satu tamparan di pipi kirinya.

Ades menyentuh pipi kirinya. Matanya tampak berbinar memancarkan aura semangat. Oh iya, dia kan suka disiksa dengan tamparanku. Hampir lupa. Aneh memang kenapa ada yang suka dirinya ditampar. Atau mungkin dia juga suka dihajar. Hm, mungkin kalau ada waktu yang tepat, aku akan menghajarnya.

"Ah ya ampun! Senangnya ditampar oleh gadis cantik sepertimu! Rasa kantukku jadi menghilang dalam seketika!!" seru Ades sambil berdiri di atas tempat tidurnya seperti anak kecil. Sulit untuk melenyapkan tampang datarku karena melihatnya begini. Pangeran bodoh. "Apa? Kau bilang apa? Obat?"

Aku mengangguk, "Ya, Gabriel sakit kepala. Dia ingin kau membuatkan obat untuknya."

Ades turun dari tempat tidurnya. Sekarang dia berdiri di depanku. Badannya benar-benar tinggi sehingga aku harus menengadah agar bisa melihat wajahnya yang basah oleh susu basi.

It is BeautifulWhere stories live. Discover now