It is Beautiful : 45

677 69 5
                                    

Jantungku berdebar-debar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jantungku berdebar-debar. Kadang aku sulit menelan makanan karena melamun. Di saat aku minum, aku hampir selalu ingin tersedak. Perasaan yang mengganggu. Tapi rasanya sulit untuk dihilangkan.

"Princess? Princess, kau dengar aku?"

Panggilan Genta membuat lamunanku buyar. Lagi-lagi aku melamun.

"Ah, iya Genta?" sahutku kemudian.

"Kau tidak apa-apa? Ini senjatamu." Genta memberikan sebuah pedang kepadaku.

Aku tersenyum padanya. "Tidak apa-apa, Genta. Aku hanya tak sengaja melamun. Terima kasih," jawabku dan menerima pedang yang diberikan Genta.

Sebentar aku membuka sedikit pedang dari sarungnya. Menurutku ini pedang yang bagus. Kata Genta, Joe dan Gabriel yang menajamkan senjata yang kami bawa ini untuk perjalanan kami ke Apolous. Mereka jika bersama bisa selalu kompak mengerjakan suatu hal, kecuali Joe melarang semua orang membantunya memasak. Meski Joe pernah mengizinkanku membantunya sesekali. Tidak sering.

"Aku benar-benar tidak sabar ingin membunuhnya!" seru Joe tampak sangat bersemangat.

Gabriel tertawa kecil melihat tingkah tidak sabaran Joe dan mengelus kepalanya. "Sabar. Kau akan melakukannya nanti, tapi jangan sampai lengah. Mengerti?"

"Mengerti!" Joe mengelus sayang belatinya, senjata andalannya.

"Oh iya, apa Zata ikut?" tanyaku.

"Zata untuk sementara akan menjaga istana dulu. Begitu dua hari kemudian, Zata akan ke Apolous. Makanya setelah Kanta membuatkan portal sihir ke Apolous, Kanta akan memberikan kalung mutiara sihir dan kuas sihirmu kepada Zata agar bisa melakukannya," jelas Ades kepadaku. Aku mengerti sekarang.

Sekarang Zata sedang melakukan pekerjaannya sebagai petugas istana. Aku penasaran jika nanti Zata akan mengeluarkan sihirnya di Apolous, sihir apa yang dia kuasai? Aku ingin tahu.

"Aku merasa pedang dengan cambuk milikku terasa aneh saat disatukan di pinggangku," komentar Fox begitu tahu dia juga diberikan pedang.

Aku tertawa kecil. "Menurutku itu keren sekali," ucapku ikut berpendapat.

"Benarkah?" Fox menyimpan pedang di sebelah kanan pinggangnya. "Tapi tetap saja aneh."

Kami semua sudah siap. Membawa senjata, uang, dan memakai jubah untuk melindungi kami dari hawa panas, karena kata Kanta di Apolous cuacanya selalu panas. Tinggal membuat portal dan pergi ke sana.

Aku sudah memberikan kuas sihirku kepada Kanta. Untuk sementara kuas sihir berada di tangan orang lain untuk memulai rencana. Sekarang kami semua menunggu Kanta membuat portal sihir. Hanya Kanta yang bisa membuat portal sihir ke Apolous, karena kuas sihir bisa bekerja dari orang yang pernah ke tempat yang ingin dikunjungi.

"Kalian semua sudah siap?" tanyaku kepada mereka semua.

Semua mengangguk tanda sudah sangat siap. Aku juga harus siap. Rasa cemasku perlahan-lahan menghilang saat melihat semuanya begitu serius dan bersemangat ingin mengalahkan ratu Apolous yang jahat. Inilah saatnya kami akan meninggalkan Avalous untuk sementara. Sedangkan aku akan melangkah lebih jauh karena aku dan juga Fox tinggal di Famagisa.

It is BeautifulWhere stories live. Discover now