It is Beautiful : 49

747 58 21
                                    

Setelah makan malam, Justin mengantarkanku menuju kamar yang akan aku tempati. Aku tidak tahu akan berapa lama aku di tempat tinggal Ken si orang aneh maniak sulap itu. Tapi yang pasti aku akan segera keluar dari sini, dengan membawa korban yang masih dikurung.

Aku menghela napas. Justin tahu segala yang disembunyikan Ken, tapi Justin juga mengatakan kalau dia mengatakan kebenarannya, dia akan langsung terbunuh oleh kontraknya sendiri. Ken memasang sihir kutukan padanya, yang jika bawahannya berkata lebih jujur mengenai kejahatannya, dia akan di ujung jurang kematian.

Meski Justin bukanlah manusia, tapi tetap saja Justin tidak ingin mati dengan cara seperti itu. Awalnya dia memang ingin mengatakannya padaku, karena dia merasa tidak ada gunanya lagi kalau disembunyikan. Tapi aku menahannya agar tidak mengatakannya.

Kalau sudah begini, memang jelaslah Ken yang menculik mereka. Tapi, tidak tahu di mana Ken menyembunyikan mereka. Kalau berada di sini, harusnya aku bersama mereka yang juga sebagai korban penculikannya. Cukup misteri.

"Sekali lagi aku minta maaf, Nona," ujar Justin dengan raut sedih.

"Ahh, sudah kubilang jangan minta maaf. Kau tidak salah. Mengatakan sebenarnya padaku itu tidak perlu. Daripada kau terbunuh, lebih baik aku akan mencari kebenarannya sendiri. Meski tidak mudah, tapi aku pasti bisa melakukannya," balasku menenangkan Justin.

Justin memasang wajah yang sama. Sepertinya aku harus mengganti topik.

"Justin, sihir apa yang Ken dan dirimu kuasai?" tanyaku penasaran.

Justin menoleh. "Sihir kupu-kupu," jawab Justin. "Tuan saya bisa membuat berapapun kupu-kupu muncul. Tapi itu bukanlah kupu-kupu biasa. Tuan bisa mengubah kupu-kupunya menjadi apa yang Tuan mau. Termasuk aku juga bisa melakukannya."

"Wow kau hebat sekali!" seruku berbinar seolah hanya Justin yang memiliki sihir unik itu. "Kira-kira kau berasal dari masa lalu atau masa depan?"

"Masa depan," jawab Justin. Dia menghentikan langkah kakinya. "Kita sudah sampai di kamarmu, Nona. Semoga Nona tidur nyenyak. Kalau begitu aku tinggal dulu."

Aku melihat sebuah pintu di hadapanku. Melihat pintu ini, entah kenapa aku teringat kamarku di istana Avalous. Dan juga para pangeran Avalous yang selalu mencari perhatian. Aku jadi rindu dengan mereka. Apa mereka bakal sangat khawatir ya kalau aku menghilang sekarang? Kurasa begitu. Mereka pasti panik.

"Maaf teman-teman. Ini memang salahku. Tapi aku harus ada di sini dulu sebentar saja," gumamku. Aku kemudian berbalik untuk berterima kasih kepada Justin. "Terima kasih Just—"

Saat aku lihat, Justin ternyata sudah pergi meninggalkanku. Ah, dia terburu-buru sekali. Mungkin saja dia sudah lelah untuk hari ini. Aku ingin mengajaknya bicara lagi besok.

Aku masuk ke dalam kamar baruku. Gelap. Di mana tombol lampunya? Biasanya ada di sebelah pintu. Ah, ini dia. Setelah kuraba dinding dekat lampu dan menemukan tombol lampunya, aku pun menyalakannya.

Kamar ini tidak terlalu luas. Tapi cukup bagiku untuk tidur sendiri. Sepertinya kamar ini selalu dibersihkan meski tidak ada yang menempati. Tidak kutemukan debu ataupun sarang laba-laba. Mungkin Justin sangat rajin membersihkan tempat tinggal si Ken menyebalkan itu.

Aku merebahkan diriku ke tempat tidur. Tubuh ini sudah cukup lelah seharian. Hasil hari ini cukup terbilang buruk. Hari ini aku diculik oleh seorang pria asing yang ternyata adalah dalang dari hilangnya beberapa wanita di kota Apolous. Aku khawatir bagaimana nasib mereka sekarang sebelum aku diculik olehnya. Aku sebenarnya takut Ken bisa membunuh kami semua.

Aku menggeleng kuat-kuat. Tidak, aku tidak akan mati semudah itu. Mereka juga harus diselamatkan. Dan teman-temanku pasti akan segera menemukanku kemudian membantuku menyelamatkan mereka.

It is BeautifulWhere stories live. Discover now