It is Beautiful : 33

2.8K 242 65
                                    

Saat ini aku sedang berdiri di depan jendela kamar istana yang kutinggali agak lama ini. Melihat pemandangan luar yang serba hijau seperti pohon, rumput, ada gerbang istana, dan pemandangan kota Avalous yang terlihat kecil.

Pandanganku kemudian menuju ke bawah luar jendela, di mana ada Gabriel yang sedang duduk sendirian di atas rerumputan lembut. Di sampingnya terdapat wadah penyiram bunga. Sepertinya pangeran bersurai abu-abu itu baru selesai menyiram bunga.

Sebelumnya, dia mengajakku menyiram bunga bersamanya. Tapi aku sedang membersihkan diri di kamar mandi. Jadi, ya begitulah. Sekarang aku telah melihatnya ada di luar sendirian.

Aku jadi teringat kejadian pagi tadi ketika bangun dari pingsan sekaligus tidurku. Gabriel menanyakan keadaanku dan bertanya, kenapa aku tidak mengatakan keadaanku yang sebenarnya kepada mereka. Awalnya aku tidak tahu kalau aku akan pusing karena terlalu bingung dan itu menjadi beban kepalaku saat itu. Akhirnya, tak sadar lagi aku pun jatuh pingsan.

Bibirku menggurat sebuah senyum kecil. Aku menghargai kepedulian Gabriel terhadapku. Tapi, kalau bertanya sambil dengan perasaan yang kurang bagus, itu akan berpengaruh terhadap lawan bicara. Dia tadi mengajakku menyiram bunga. Mungkin ada yang ingin dia bicarakan kepadaku.

"Apa seharusnya aku menghampirinya sekarang, ya?" tanyaku kepada diriku sendiri.

"Ingin menghampiri siapa, Princess?"

Aku menoleh ke arah sumber suara setelah mendengar pertanyaan itu. Ah, sudah kuduga. Itu Genta, sedang berdiri di luar pintu kamarku yang terbuka.

Aku membuat sebuah peraturan di kamarku. Jika ada yang ingin masuk ke kamarku, orang itu harus mendapat izin dariku. Meski kamar luas ini bukan milikku, tapi tetap saja lancang jika masuk tanpa persetujuan yang meninggali karena aku ini perempuan, bukan laki-laki.

"Kenapa ingin tahu?" tanyaku kepada Genta seraya bersedekap.

Genta yang jarang melunturkan senyumannya itu, terlihat tersenyum manis kepadaku. "Karena aku penasaran, Princess. Aku berpikir kau akan menghampiriku dan memelukku erat," jawab Genta yang lantas membuatku menatap aneh ke arahnya.

Ya, itulah kenapa aku membuat peraturan di kamar ini.

Aku ingin keluar dari kamarku. Tapi Genta menghalangi jalanku. Kalau aku maju dan menyuruhnya menjauh dari pintu, entah kenapa aku berpikir dia ingin melakukan hal yang dia katakan tadi kalau aku mendekat padanya. Sekarang, aku tidak ingin dulu berdekatan dengan Genta.

Kakiku berjalan pelan dengan mundur menuju jendela. Genta terlihat menatapku bingung saat aku melangkah. Aku membuka kaca jendela dan naik ke jendela seraya menyeringai kepadanya.

"Permisi, Pangeran Genta yang terhormat!"

Aku langsung melompat keluar jendela. Telingaku mendengar suara Genta yang memanggilku dengan suara yang setengah keras. Namun aku memikirkan sebelum akan melompat dari jendela.

Tanganku merentang ke bawah seraya memutar kecil mengeluarkan sihir petirku. Tak lama kemudian, sebuah awan berpetir dan hujan muncul di bawah sana, menunggu pendaratanku.

Puk!

Kedua kakiku dengan mulus mendarat di atas awan sihirku. Dengan santai aku melompat turun dari awanku dan awan itu pun menghilang. Aku melihat ke atas jendelaku, tampak Genta yang melihatku dari atas. Aku hanya tertawa karena sudah membuatnya khawatir.

"Queen?"

Suara Gabriel terdengar dan tidak jauh dariku. Aku berbalik dan melihat Pangeran Gabriel Avalous yang telah ada di depanku. Aku agak kaget melihatnya karena ada di depanku secara tiba-tiba.

It is BeautifulWhere stories live. Discover now