I KNOW WHAT YOU DID LAST SUMMER

147 9 1
                                    

"Ah aku lelah." Sesampainya di apartemen, Ayrin langsung melemparkan tasnya kelantai dan menghempaskan tubuh mungilnya diranjang berseprai pink. Berlibur selama seminggu di pantai bersama lima sahabatnya serasa menjadi pelepas penat seusai aktifitas kampus yang menjenuhkan. Tidak ada salahnya menghabiskan musim panas di sana. Sungguh pengalaman yang menyenangkan.

Baru saja hendak memejamkan mata, suara dering ponsel miliknya berbunyi. Sembari mendengus sebal, dia mengecek siapa yang tega menganggu waktu santainya.

"Oh, yeoboseyo, Jonghyun-nim! Ah mianhae aku lupa mengabarimu jika baru pulang hari ini."

"..."

"Mwo? E-mail? Ah, arraseo, nanti malam akan ku-check."

"..."

"Ne, kamsahamnida, Jonghyun-nim."

Setelah panggilan terputus, Ayrin kembali memejamkan mata, merilekskan kembali tubuhnya yang terasa lelah.

***

Malam harinya, Ayrin asyik menatap layar laptopnya, menggerakkan mouse naik turun untuk melihat satu persatu e-mail yang bersarang di kotak masuknya. Namun, bukan e-mail dari Jonghyun yang membuatnya terkejut, melainkan tiga buah email tanpa nama dan keterangan yang mengirimkan sebuah potongan video. Lebih tepatnya video saat mereka berlibur di pantai kemarin.

"Mwo? Siapa yang mengirim ini?" Ayrin bermonolog dengan mata yang terpaku pada layar.

Awalnya dia curiga pada Deongsu, sahabatnya. Karena hanya dia yang membawa kamera saat berlibur. Tapi dugaannya salah, Deongsu juga ada divideo itu. Lalu siapa yang merekam mereka?

Ayrin langsung menyambar ponsel yang tergeletak disamping laptopnya, menekan secara serampangan. Penasaran? Tentu saja sebab dia tak tahu jika diikuti oleh seseorang. Ayrin mencoba menghubungi Kimmy, salah satu teman yang ikut berlibur kemarin. Namun, nihil, Kimmy tidak mengangkat panggilannya. Ayrin mencoba menghubungi teman-temannya yang lain, tetap saja sama.

Harapan terakhirnya adalah Deonsu, masih dengan perasaan takut dia mencoba menelpon sahabat karibnya sejak sekolah.

"Yeoboseyo? Deonsu?"

"Ayrin? Wae? Nada bicaramu seperti orang panik."

"Cepatlah naik ke kamarku, kumohon ada sesuatu yang harus kau lihat!!"

***

Deonsu sudah tiba di kamar Ayrin, maklum mereka tinggal diapartemen yang sama. Sekarang keduanya tengah menatap layar laptop milik Ayrin. Ketiga e-mail itu dikirim secara random, e-mail pertama berisi video saja, email kedua berisi video yang diambil didekat penginapan mereka, dan email ketiga berisi video ketika mereka berjalan-jalan disekitar penginapan mereka. Semua video itu diambil dari jarak yang lumayan dekat. Anehnya, setiap e-mail yang dikirim ditulis dengan subyek "i know what u did last summer" seakan-akan menjelaskan bahwa sipengirim tahu apa yang mereka lakukan di pantai.

"Awalnya aku curiga kau yang melakukannya, tapi ternyata bukan. Kau juga ada di video itu bersama yang lainnya," jelas Ayrin.

"Aniya, ini bukan aku. Kau kan hafal alamat e-mail-ku."

Ayrin diam, iya dia tahu sekali jika itu bukan Deonsu. Pasti orang lain.

"Oh, Ya! Coba lihat dia mengirim e-mail lagi untukmu."

Deonsu membuka e-mail itu, bersamaan dengan mata Ayrin yang terbelalak. Dia melihat didalam video keempat temannya duduk bersebelahan dengan tangan dan kaki terikat, serta darah yang bercucuran di tubuh mereka. Deonsu dan Ayrin saling bertatapan.

"MWO? SIAPA YANG MELAKUKAN INI SEMUA?" teriak Ayrin.

"Tunggu, ini belum selesai."

Deonsu melihat pesan diakhir video. Lantas memencet ponselnya. Ayrin yang penasaran lantas bertanya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Mencari tempat itu di GPS." Deonsu menjawab dengan mata yang masih menatap ponsel.

"GOTCHA!"

"Apa kau menemukan sesuatu?" Tanya Ayrin.

"Yap, ayo kita pergi sekarang."

Berbekal alamat yang dicari oleh Deonsu, mereka pergi untuk menyelamatkan para sandera yang tidak lain adalah teman-teman mereka. Mobil yang mereka kendarai lantas berhenti disebuah pabrik yang sudah tak berpenghuni. Deonsu dan Ayrin langsung berlari memasuki salah satu bangunan pabrik. Mereka yakin si penculik menyekapnya disini.

Deonsu dan Ayrin menyalakan senter dari ponsel mereka. Keadaan pabrik yang gelap serta dingin menambah suasana mencekam. Lengkap dengan suara binatang malam seakan ikut menakuti Ayrin. Deonsu berjalan di sampingnya sambil mengamati sekitar, memastikan bahwa dia dan Ayrin aman.

Ayrin terkejut, sebab dia mendengar suara teriakan wanita. Lantas mengedarkan pandangannya mencari dari mana asal suara itu. Matanya tertuju pada sebuah pintu besar disebelah kanannya, tanpa basa basi dia menarik tangan Deonsu.

Dan, benar, di ruangan inilah keempat temannya disekap, bahkan salah satu dari mereka telah mati dalam keadaan duduk. Ayrin dan Deonsu langsung berhamburan mencoba melepaskan mereka satu persatu.

"Mwoya? Apa yang terjadi?" Ayrin bertanya.

"K-ka kami diculik secara bersamaan oleh orang yang memakai topeng ski," jawab Yeori.

Ayrin masih sibuk membuka ikatan salah satu temannya, hingga akhirnya ...

"BUKK!!"

Pukulan mengenai punggung Deonsu hingga membuatnya tersungkur dan pingsan. Ayrin menatap siapa pelakunya dengan takut. Seseorang dengan pakaian serba hitam dengan topeng ski yang menutupi wajahnya dan juga tongkat pemukul baseball.

Dia berjalan menghampiri Ayrin yang terpaku panik di sana. Namun, semakin Ayrin berjalan mundur, semakin dia mendekatinya.

"Selanjutnya adalah dirimu, Ayrin," ujarnya sembari memainkan tongkat baseball.

Belum sempat Ayrin berbicara, penculik itu mencekik lehernya hingga meronta. Ayrin tersiksa mencoba melepaskan cengkraman si penculik. Namun, gagal. Ayrin jatuh tak sadarkan diri.

Si penculik lantas melepaskan topeng yang dia pakai. Memperlihatakn surai merahnya yang panjang, seorang wanita dengan raut wajah dingin dengan mata tajamnya.

"Sekarang dendamku terbalaskan, Ayrin telah membayar semua yang dia lakukan padaku. Sekarang tak ada lagi Ayrin di mana pun."

"Sena?" sahut salah satu dari mereka.

"Aku tahu apa yang kalian lakukan kemarin saat menikmati musim panas dipantai, bahkan aku tahu jika Ayrin dan Jeno telah bermain bersama." Pandangan Sena tertuju pada lelaki yang terbujur kaku di kursinya.

Sena menghampiri mereka, mengacungkan sebilah katana yang dia bawa. Lalu mendekatkannya pada Yeori.

"Jadi, sekarang giliran siapa? Aku sangat menikmati permainan ini, kawan." Sena menunjukkan smirk-nya, lantas ...

"ARRGGHHH!!"

Malam ini, Keenam sahabat itu mendapatkan mimpi buruk yang tidak bisa mereka lupakan. Teriakan demi teriakan menghiasi setiap sudut gedung. Entah apa yang dilakukan Sena di dalam sana, yang pasti itu menjadi mimpi buruk bagi mereka semua.

-End-

Screen writer: LisaPutri13
Editor: anditia_nurul

ROOM 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang