Bottle Dreams : 24. Pemaksaan

1.4K 152 0
                                    

"Nanaaazzz!!!"

Nazwa terkejut dengan suara teriakan Adi yang begitu nyaring. Bahkan beberapa Tentor Guru di tempat les pun menoleh padanya. Tapi, Adi tak peduli pada semua orang yang memandanginya. Tatapan Adi hanya tertuju pada satu objek; Nazwa yang sedang berdiri di depan pintu ruang kelas.

"Kemana aja lo nggak masuk-masuk?!" tanya Adi ketus ketika sudah berada di hadapan Nazwa.

Nazwa menaikkan kedua alisnya. "Nggak masuk-masuk lo bilang?"

Adi mengangguk.

"Perasaan gue cuma nggak masuk sekali, deh, meuni lebay pisan." Nazwa kemudian membuka pintu kelas dan berjalan memasukinya. Seperti biasa, Nazwa duduk di paling depan.

Omong-omong, di ruang kelas ini masih sepi, hanya ada Nazwa dan Adi saja. Jangan berpikir negatif, mereka tidak akan berbuat seperti apa yang kalian pikirkan, kok.

Les kali ini Adi memang sengaja berangkat lebih awal, karena Adi tahu, jam-jam segini Nazwa pasti sudah sampai. Dan benar saja, harapannya agar Nazwa masuk terwujud.

Adi duduk di samping Nazwa, lagi-lagi Nazwa menaikkan kedua alisnya.

Gerakan Adi terhenti saat melihat mimik muka Nazwa yang seperti itu. "Kenapa?"

"Nggak pa-pa," jawab Nazwa kemudian memalingkan wajahnya ke depan.

"Naz," panggil Adi.

"Hm?" Nazwa bergumam tanpa menoleh pada Adi. Ia terlalu sibuk mengambil buku Kimia di dalam tasnya.

"Naz?"

"Hm?"

"Nazwa!" panggil Adi kesal.

"Hah?" tanya Nazwa sembari menoleh pada Adi.

"Dari tadi gue panggil jawabnya ham hem ham hem mulu!"

"Gue nggak jawab ham tadi," kata Nazwa.

"Terserah lu Naz, terserah lu!" ucap Adi kesal.

"Ya emang terserah gue, kan gue punya HAM, Hak Asasi Manusia!" ucap Nazwa dengan sengit.

Adi menghela napas dalam.

"Mana handphone lo?" tanya Adi kemudian.

"Buat apa?" Nazwa balik tanya.

"Kepo."

"Yaudah, kepo."

Untuk yang kedua kalinya, Adi menghela napas dalam.

"Buat ngehubungin kalau ada yang penting," ucap Adi mengalah.

"Kayaknya nggak akan ada yang penting, deh," kata Nazwa acuh.

"Bagi nomor lo kenapa, sih?!"

"Kok, sewot?!"

"Ya elo, sih, ngeselin!"

"Lo duluan yang ngeselin!"

"Mana nomor lo?!"

"Nggak mau!"

Adi mengambil tas Nazwa yang berada di bawah. Kemudian ia berdiri dan menjauh dari Nazwa yang terus mengejarnya.

"Adi, balikin tas gue!" ucap Nazwa kesal.

"Bentar, gue lagi nyari handphone lo!"

"Gue nggak bawa handphone!"

"Masa?!"

"Iya!"

"Terus, ini apa?" Adi mengacungkan benda persegi panjang berwarna rose gold itu.

"Mantap nggak di password!" Adi tertawa puas, sementara Nazwa menekuk wajahnya cemberut.

Adi melemparkan tasnya pada Nazwa. Dengan gerakan cepat Nazwa menangkapnya.

"Nih, handphone lo," kata Adi sambil mengembalikan ponsel Nazwa. "Thanks, ya, nanti malem gue telpon lo."

Adi berlalu begitu saja dari hadapan Nazwa.

Nazwa mendengus kesal.

"Ini tuh namanya pemaksaan!" gumam Nazwa pelan. Kemudian ia menyusul Adi dengan langkah kaki yang dihentak-hentakkan.

Bottle Dreams [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang