Bottle Dreams : 39. Video Call

1.2K 128 5
                                    

Nazwa menaruh tas sekolahnya di atas meja belajar. Hari ini benar-benar melelahkan bagi Nazwa karena mata pelajaran hari Senin adalah Kimia, Biologi, Matematika Ipa, bahasa Indonesia. Dan Nazwa harus membawa beserta paket-paketnya yang tebal itu. Punggung Nazwa terasa sakit sekali.

"Mati gue lama-lama kalau kayak gini terus," ucap Nazwa sambil memijat punggungnya sendiri dengan kesusahan.

Nazwa mendengus kesal. Kemudian membaringkan tubuhnya di atas kasurnya yang sangat Nazwa cintai. Tubuhnya terlentang memandangi langit-langit kamarnya. Nazwa belum mengganti seragam sekolahnya, sangat malas untuk bangkit dari kasur yang empuk ini.

Ponsel Nazwa yang berada di saku bajunya berdering menandakan sebuah telpon masuk. Nazwa mengambilnya, kemudian menghela napas dalam setelah melihat nama penelpon yang tertera di layar ponselnya.

Iya, itu Adi. Memangnya siapa lagi?

Nazwa langsung saja menerimanya. Dan tepat saat itu juga, wajah Adi muncul di layar persegi itu. Nazwa kaget bukan main. Ia tidak sadar kalau Adi menelponnya melalui video call.

Dari layar ponsel Nazwa, terlihat Adi yang sedang menertawakan Nazwa saat Nazwa melihatnya dengan ekspresi seperti itu.

"Lo kayak ngelihat setan aja," ucap Adi sambil terkekeh.

"Emang," kata Nazwa. "Lo kan memang setan," Nazwa ngedumel.

"Jahat!" ucap Adi dengan ekspresi yang dibuat-buat seperti anak alay.

"Muka lo bikin jijik."

"Bikin kangen kali. Iya, kan?" Adi menaik-turunkan kedua alisnya sambil mendekatkan wajahnya pada kamera. Hingga layar ponsel Nazwa penuh dengan wajah Adi.

"Iew!" Nazwa menampilkan ekspresinya yang amat sangat menjijikan.

"Ekspresi lo malah makin terlihat lucu." Ucapan Adi membuat kedua pipi Nazwa memerah. Sayangnya, Adi tidak bisa melihat itu karena Nazwa mengarahkan ponselnya ke arah lain.

Sebelum memperlihatkan wajahnya lagi, Nazwa menghela napas dalam berkali-kali untuk menetralkan degub jantungnya. Setelah itu, Nazwa kembali mengarahkan ponselnya

"By the way, lo ngapain telpon gue? Video call lagi, nggak penting banget."

Adi nyengir, kemudian menjawab, "Nggak tahu sih, gue juga. Cuma, gue rindu aja sama lo. Soalnya kata Dilan, rindu itu berat. Jadi, gue nggak mau rindu lama-lama."

"Lebay, lo!" desis Nazwa. Padahal, jantungnya melompat-lompat tak karuan.

"Beruntung banget kan, jadi gue?"

Nazwa mengernyit heran. "Maksdunya?"

"Gue beruntung, karena hidup dewasa dizaman modern. Kalau Dilan kan, dulu ponselnya nggak secanggih zaman sekarang. Makanya berat nahan rindu, karena nggak bisa lihat Milea walau hanya lewat layar ponsel." Adi tersenyum setelah mengucapkan itu.

"Lo lagi gombal atau apa, sih?" tanya Nazwa heran.

"Menurut lo aja kayak gimana, yang penting lo seneng. Pasti jantung lo lagi degdegan, kan?" tanya Adi dengan percaya diri, sambil menunjukkan senyuman manisnya untuk Nazwa.

"Sok tahu, lo!" balas Nazwa nyolot. "Udah ya, gue dipanggil Mama. Dah..."

Sebelum Adi berbicara lagi, Nazwa segera memutuskan sambungan video call itu secara sepihak.

"Sialan lo, Adi! Bikin gue sesak napas tahu nggak?!" Nazwa berdecak kesal.

Bottle Dreams [COMPLETED]Where stories live. Discover now