Bottle Dreams : 43. Pengakuan

1.4K 129 0
                                    

Langkah kaki Adi begitu besar dan cepat. Ia setengah berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit mencari kamar Nazwa.

"Sus! Ruang mawar nomor tiga?" tanya Adi pada salah satu Suster yang lewat.

"Oh, lurus aja Mas, terus belok kanan itu ruang mawar. Nomornya udah--"

"Makasih, Sus!" potong Adi cepat. Ia segera berlari mengikuti arah yang diberitahu oleh Suster tadi.

🌈

Tiba di depan pintu kamar rawat nomor tiga, Adi langsung membukanya tanpa ragu. Dan benar saja, seorang gadis yang sedang duduk di atas kasur rumah sakit itu melihatnya dengan terkejut.

Nazwa terkejut saat melihat Adi yang tiba-tiba datang dan memeluknya dengan erat, sambil mengucapkan kata maaf berulang kali. Nazwa tidak mengerti. Apa Adi menganggapnya akan meninggal karena itu ia meminta maaf? Nazwa akan marah pada Adi jika hal yang dipikirkannya itu terjadi.

"Maafin gue, Naz, plisss!" Adi merengek memohon maaf sambil memeluk Nazwa. Nazwa tidak membalas pelukan Adi akibat berpikir keras dengan kelakuan Adi saat ini.

Nazwa berusaha mendorong Adi untuk melepaskan pelukannya. "Lo kenapa, sih?"

Bukannya menjauh, justru Adi semakin mengeratkan pelukannya. "Pokoknya maafin gue dulu, Naz! Baru deh, gue lepasin. Plis, Naz, maafin gue, ya? Gue janji nggak akan kayak gini lagi!"

"Lo ngomong apaan aja gue nggak ngerti." Nazwa mendengus kesal.

Akhirnya, Adi melepaskan pelukannya pada Nazwa.

"Untung nggak ada Mama," kata Nazwa.

"Emang kenapa kalau ada Mama lo?" tanya Adi.

"Lo bisa digantung di tugu monas!"

"Sadis."

"Back to topic," ujar Nazwa. "Jadi, lo kenapa tiba-tiba minta maaf ke gue?"

"Gu-gue..."

Nazwa memperhatikan Adi lekat-lekat.

"Gu-gue..."

"Lo kenapa jadi gugup gini, sih?" tanya Nazwa. "Kayak orang ketahuan nyuri aja," lanjutnya.

Adi mengangguk samar.

Nazwa melotot melihat Adi yang mengangguk. Walaupun samar-samar, Nazwa bisa melihatnya dengan jelas karena mereka berdekatan.

"Ma-maksud lo ... lo nyuri?" Nazwa bertanya hati-hati.

Untuk yang kedua kalinya, Adi mengangguk. Tetapi kali ini lebih jelas dari sebelumnya.

"Lo nyuri apa...?"

"Plis, Naz, jangan marah sama gue..."

"Jangan bilang lo yang nyuri--"

"Bottle dreams milik lo."

Tubuh Nazwa lemas seketika.

Bottle Dreams [COMPLETED]Where stories live. Discover now