Lari pagi bersama Adi dan Aldi cukup menguras tenaga. Nazwa berbaring di atas kasurnya setelah ia mandi dua kali karena keringan yang begitu banyak dan terasa lengket di tubuhnya.
Nazwa menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru muda. Ia mengingat kembali kejadian saat lari pagi tadi bersama Adi dan Aldi. Lucu, itu pikir Nazwa. Bagaimana tidak? Adi selalu merengek pada Nazwa, meminta tangannya saling bergenggaman, seperti Nazwa yang menggenggam tangan Aldi.
Adi seperti orang yang sedang cemburu.
Adi memang cemburu.
Pada adiknya sendiri.
Karena Nazwa merasa terganggu dengan rengekan Adi yang tak kunjung berhenti, akhirnya Nazwa berpindah posisi, Aldi yang sekarang berada di tengah-tengah mereka.
"Pegang tangan Aldi, kita lari pagi sama-sama," ujar Nazwa pada Adi.
Adi mendesah kecewa. "Padahal, gue penginnya pegangan tangan sama lo, bukan sama Aldi."
Namun akhirnya, Adi menggenggam tangan Aldi, mereka lari bersama-sama.
Tanpa disadari, Nazwa senyum-senyum sendiri membayangkan kembali kejadian pagi ini.
YOU ARE READING
Bottle Dreams [COMPLETED]
Short StoryBerawal dari kehilangan mimpi-mimpi yang Nazwa tulis di kertas dan dimasukkan ke dalam botol yang diberi nama Bottle Dreams. Penasaran? Baca aja ya!^^ copyright, 2017 by riskaapram