44. END

1.9K 151 19
                                    

Adi mendorong kursi roda yang diduduki Nazwa ke arah taman rumah sakit. Sejak tadi, Adi memang belum pulang.

Gemerlap cahaya lampu taman begitu indah. Adi berhenti tepat di tengah-tengahnya. Ia dalam posisi jongkok menghadap Nazwa.

Siang tadi, Adi telah menceritakan semuanya pada Nazwa alasan mengapa ia mengambil bottle dreams Nazwa itu. Alasan mengapa ia ingin menjadi teman Nazwa walau dengan cara pemaksaan. Dan alasan-alasan yang Adi utarakan pada Nazwa adalah jujur. Nazwa juga percaya pada Adi walau sebelumnya ia sempat marah. Bukan Adi namanya kalau tidak bisa merayu seseorang.

"Gue nggak nyangka, ternyata selama ini yang nyuri--"

"Yang ngambil, Nazwa, gue nggak nyuri." Koreksi Adi sambil cemberut.

"Iya-iya. Gue nggak nyangka, ternyata selama ini yang ngambil mimpi-mimpi gue ternyata elo. Orang yang selama ini mengganggu gue. Kenapa ya, kok, gue nggak sadar?" tanya Nazwa pada akhirnya.

"Karena lo bego," balas Adi santai.

"Adi!" Nazwa mendengus.

"Hehehe ... becanda," Adi nyengir tanpa dosa. "Nazwa?" panggil Adi kemudian.

"Hm?" Nazwa menatap Adi yang berjongkok di bawahnya.

"Gue mau mewujudkan semua mimpi-mimpi lo," ujar Adi, mata Nazwa membulat secara perlahan. "Jangan kaget gitu, gue lagi serius."

Nazwa tersenyum tanpa ia sadari. "Iya-iya..."

"Jangan senyum kayak gitu!" tegur Adi.

Nazwa mengernyit bingung. "Kenapa?"

"Lo bikin gue degdegan." Adi mendengus kesal.

Astaga, wajah Nazwa memerah.

"Lo juga jangan kayak gitu!" kata Nazwa.

"Kenapa?"

"Wajah gue merah..." ucap Nazwa sambil memegangi wajahnya yang terasa panas. Padahal angin malam ini terasa dingin.

Adi ikutan menangkup wajah Nazwa dengan kedua tangannya.

"Apa lo bersedia mengizinkan gue untuk mewujudkan mimpi-mimpi lo?" tanya Adi.

"Lo ... nembak gue?" tanya Nazwa ragu-ragu.

"Menurur lo gimana? Apa gue lagi minta izin buat jadi pembantu lo?" Di sela-sela seperti ini, Adi mendengus kesal. "Nazwa, plis, gue lagi serius."

Nazwa tersenyum, kemudian mengangguk malu-malu.

Adi tersenyum. Ia senang bukan main. Perlahan, Adi mendekatkan wajahnya pada Nazwa. Sontak saja hal itu membuat Nazwa  memejamkan matanya. Dan...

Nazwa merasakan hangat di keningnya. Adi mencium Nazwa tepat di kening Nazwa. Nazwa membuka kedua matanya. Ia sempat terkejut saat melihat wajah Adi tepat di depan wajahnya. Hidung mereka yang sama mancungnya hampir bersentuhan. Kemudian, Adi memundurkan wajahnya seperti posisi awalnya.

"Gue kira, lo mau nyium bibir gue," kata Nazwa spontan.

Adi tertawa mendengarnya. "Enggak. Gue mana berani? Nyium kening lo aja degdegannya minta ampun, gimana bibir, coba?"

"Hm..." Terlihat raut wajah kecewa di wajah Nazwa.

Adi menepuk puncak kepala Nazwa pelan. "Kalau udah waktunya, pasti iya, kok. Kita kan, masih kecil, masih kelas 10 SMA. Nanti kalau udah dewasa apalagi udah sah, lo mau minta apapun gue kasih." Adi mengakhirinya dengan senyuman manis pada Nazwa.

"Janji?" tanya Nazwa sambil mengulurkan jari kelingking kanannya.

"Janji!" Adi menautkan jari kelingkingnya dengan Nazwa.

Setelah itu, Adi dan Nazwa saling memeluk satu sama lain.

~ SELESAI ~

🌈

A/n:

Assalamu'alaikum, selamat pagi semunya!

Jadi, cerita #TrueShortStory ini telah selesai. Aku mengucapkan terima kasih pada semua pembaca Bottle Dreams yang telah mengikuti cerita ini dari awal hingga akhir. Makasih ya udah mau nunggu cerita ini update💕. Terima kasih juga untuk pembaca yang baru membaca cerita ini.💗

Dan yang paling utama, terima kasih pada para penulis -pixiedustxx kirskey dan penulis-penulis lainnya yang bersangkutan yang tidak bisa aku sebutkan satu-satu. Terima kasih sudah mengadakan kampanye #TrueShortStory 💖💖💖

Akhirnya, cerita ini selesai. Yeay!💗

Adakah yang mau cerita ini dilanjutkan dengan genre Romance or  Teen Fiction? Komen di sini or dm, ya! Siapa tahu, aku mau buat😝

Sekian Author Note ini, kurang dan lebihnya aku mohon maaf.

Wassalamu'alaikum!

Cilegon, 22 Oktober 2017

Salam manis, riskaapram.

Bottle Dreams [COMPLETED]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin