M-J :: (4) Jatuh

105K 7.9K 1.3K
                                    

M-J :: (4) Jatuh

============

M I K A

Oke, mari gue perjelas hubungan gue dengan Juliana.

Kami pernah pake jaket kembaran, jaket dia bertuliskan "He's my hero" dan jaket gue bertuliskan "She's my everything", kami jalan keliling karnaval di Jakarta, berangkulan.

Jadi lo tau jelas hubungan kami apa.

Lo bisa bayangin. Gue udah jalanin hubungan ini nyaris tiga tahun. Backstreet. Temen-temen gue gak ada yang tau, termasuk Juna. Gue berpura-pura gak kenal Juliana waktu Julian ngenalin dia ke semua temen-temen gue. Gue mau semuanya bakal indah pada waktunya. Tapi gue salah. Sebulan sebelum Mei, Juliana mutusin hubungan kami. Dia gak bilang alasannya apa. Meski gue tau apa alasannya, gue mau dia ngomong langsung ke gue. Gue mau fakta. Juliana ngotot gak mau bilang. Dia cuman pergi gitu aja ninggalin gue sendirian. Besoknya, Julian ngabisin gue karena buat Kakaknya nangis.

Julian aja gak tau malem itu gue nangis tiga ember gara-gara diputusin.

Lo bisa bilang gue ini cowok aneh, cowok gila yang mencintai orang sampe segitunya, cowok banci yang hatinya terlalu rinto. Tapi lo gak pernah 'kan ngerasain ketemu seseorang yang lo pikir bakal jadi pendamping lo nantinya? Lo gak pernah kepikiran itu. Yang lo tau cuman "gue pacaran sama dia, gue eksis, gue aman, gue gaul". Gak, gue gak ngukur hubungan gue macem hubungan status doang. Gue mikir jauh. Gue terlalu mikir jauh sehingga gue gak bisa berhenti. Gue gak berhenti di titik ini aja.

Dan, pada akhirnya salah satu diantara gue dan Juliana lelah, lalu berhenti di tengah jalan.

Jlebnya tuh di sini.

"Mika," panggilan seseorang membuat lamunan gue buyar. Gue terjengkang ke belakang gara-gara kaget waktu melihat wajah Karin di depan gue persis. "Karin, gue makan lu!"

Karin melayang-layang dengan kedua kaki disilang. "Sore ini aku ingin meminta bantuanmu."

"Oke," gue menghela nafas berat. "Gue harus ngapain? Kecebur got? Ketemu orang yang lo suka trus bilang 'Eh tau gak? Orang yang udah meninggal ternyata dulunya suka sama lo!'"

"Itu sindiran?" tanya Karin jengkel. Gue nyengir tiga jari. "Mungkin."

"Tidak, aku tidak meminta yang sulit-sulit. Kau hanya harus mendorong tempat tidurmu ke sudut jendela," celoteh Karin. "Kau harus tahu apa yang ada di bawah tempat tidurmu."

"Kalo gak salah sih ada kotak catur peninggalan Bokap sama bonekanya Mello," ucap gue polos sambil mendorong tempat tidur. Ya, meski permintaannya si Karin ini aneh, tapi gue kepo juga. Kali aja di bawah tempat tidur gue ada harta karun. Gue bisa jadi milyarder dan mungkin gue bisa ngelupain Ana.

Tuh 'kan inget lagi.

"Meski aku kasihan padamu, kau tetap harus melakukan ini," gumam Kiran. Suaranya kecil, tapi untuk ukuran kamar gue yang hanya tiga kali tiga meter, gumamannya terdengar jelas. "Lo bilang apa?" tanya gue pura-pura bego.

Karin tampak gugup. "Tidak, lanjutkan saja mendorong tempat tidurnya."

Gue mengangkat kedua bahu. Setelah lumayan lama mendorong tempat tidur, akhirnya gue bisa menghela nafas lega. "Nah, udah 'kan? Trus apa?" tanya gue sambil melihat barang-barang yang berserakan di lantai. Barang itu gue taro di bawah tempat tidur, berdebu, dan jarang gue keluarin.

Gue mengetukkan sepatu pada lantai kayu. Ya, rumah gue masih pake lantai kayu. Agak mistis dan kuno, sih. Tapi gue suka aja. Beda sama rumah modernnya Juna atau rumah victoria Matt. Gue berhenti mengetukkan lantai begitu mendengar suara kayu reyot. Kayak dimakan usia. Tepat di tengah-tengah kamar.

TRS (3) - Mika on FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang