M-J :: (18) Kenapa?

70.1K 6.9K 1.1K
                                    

M-J :: (18) Kenapa?

===============

M I K A

Sepanjang gue hidup, gak sekalipun orang terdekat yang gue percaya 'mengkhianati' gue. Meski backstabber bertebaran di dunia, gue gak pernah nemu spesies itu di dekat gue. Lambat laun, gue gak percaya dengan backstabber.

Tapi, malam ini gue percaya.

Pake banget.

Revon, kembaran laknat gue, dengan mata angkuhnya, bersiap membidik pistol itu, tepat di jantung gue.

Sumpah si Revon backstabber level klimaks.

"Rev, lo gak mau kena semprot pilox gue 'kan?" tanya gue, mendesis dan mengusap-usap bokong untuk mengejeknya.

Revon berdecih sambil memalingkan mukanya. "Lo kira pilox lo guna?"

"Yah, seengaknya karena si pilox, perbedaan di Eddenick terhapuskan dan Eddenick makmur lagi, yeay," jawab gue santai.

Gue sadar. Posisi gue berbahaya. Bisa-bisa kalo gue asal gerak, gue mati ditembak. Mungkin gue harus kayak Spiderman ya, pinter ngomong. Tapi gue gak punya jaring laba-laba, jadi agak susah.

Seorang Mika hanya memiliki pilox warna merah ngejreng.

Miles dan Faren malah kena heart attack. Kasusnya beda, Miles; gara-gara Ibunya ternyata telah lama meninggal. Faren; Sahabat dekatnya ternyata pengkhianat.

Oh, hidup ini penuh drama. Penuh misteri. Gue tak sanggup lagi. Mending gue mending kopi. Di atas kenopi. Gak tau kenapa ujungnya pantun gini.

"Lo jangan sok bercanda gitu, jir, muak gue liatnya," ucap Revon, mendesis sinis.

Gue tersenyum tipis. "Siapa juga yang nyuruh lo liat? Lo mau nembak gue? Silahkan. Yang dosa lo. Tapi bilangin ke Nyokap kita, ya. Gue sayang sama dia. Bilangin ke Ana, gue cinta sama dia. Dan kalo lo gak berani bilang itu ke mereka, lo juga gak berani narik pelatuk itu 'kan?"

Mata angkuh Revon perlahan berubah. Cowok itu tersenyum. Gue gak mau langsung mengambil kesimpulan, tapi, sepersekian detik setelahnya, Revon malah mengubah haluan.

Dia bersiap membidik Reeveles.

Oh, Revon, pantes lo banyak yang suka. Lo penuh misteri.

"Sandiwara gue cuman sampe sini, ya? Sekarang gue bisa nunjukkin diri gue yang sebenarnya 'kan?" Revon tertawa mengejek pada Reeveles, membuat wajah kembaran-nya itu memucat.

Wajah Reeveles yang memucat kian berubah merah. Matanya penuh kebencian. Dia berteriak sekuat tenaga. Jemari dengan untaian es bekunya mengangkat barang-barang di rumah tua dengan mudahnya. Revon menarik tangan gue kala kursi kayu melayang.

"Thankies," gue tercengir, Revon hanya membalasnya dengan senyum. "Bahasa lo apaan 'thankies-thankies', geli, Mik."

Dari ekor mata, gue bisa melihat Faren berusaha membuat Miles sadar. Gue berlari ke arah Miles, sedikit merunduk kala meja dan kursi berterbangan (jujur, jangan buat Reeveles murka, cowok itu psikopat parah). Gue menampar pipi Miles berkali-kali dengan tak berperasaan, bahkan sampai pipi Miles memerah, cowok itu masih larut dalam kubangan kesedihannya.

Reeveles bejat.

"Astaga, Miles, sadar!! Gue pilox juga ni--"

"Mik, awas!" Faren merunduk, gue pun ingin merunduk. Namun telat. Sebuah kursi mengenai belakang kepala gue. Membuat sesuatu seolah berguncang dan pandangan gue mengabur.

TRS (3) - Mika on FireWhere stories live. Discover now