M-J :: (15) Rencana

71.5K 6.8K 275
                                    

a.n

haiii!

mungkin ini bakal pendek dan nonsense, sebenernya ini jembatan dari chap sebelumnya dan di chap selanjutnya. maaf juga apdetnya malem, gak penting sih tapi tadi macet di jalan dan gue gak bisa ngetik. ngetiknya pas pulang jam 12-an. maaf kalo gak ada feeling-nya di sini. dan bakal ada banyak narasi.

makasih juga buat vommentsnyaaa! gatau dah gue mau bilang apa lagi saking senengnya. ai luv yu all

happy readinggg!

===============

M-J :: (15) Rencana

================

M I K A

Kami makan siang bersama.

Karena Ruang Makan rumah gue terlalu sempit untuk rombongan (gue menelepon Juna dan yang lain untuk ke sini, ngomong-ngomong) jadi kami makan siang di halaman belakang. Seperti biasa jika Juna-Alvaro-Seth-Julian-Gue-minus Matt ngumpul, pasti ada aja yang diomongin. Nyokap gue sampe geleng-geleng kepala waktu kami berandai-andai kalau saja ada alien menyerang bumi, pasti kami menyabotase pesawat aliennya.

Nyokap belum sadar kalo Revon kembaran gue. Dari tadi dia mengobrol akrab dengan Revon tanpa tau yang sebenarnya. Revon juga mengisyaratkan gue lewat mata agar tidak memberitahu.

Gue gak ngerti isi kepala kembaran gue itu.

Ana gak ikut makan siang di sini. Dia di kamar Mello. Badannya demam, dia sebenarnya mau ikut makan siang bareng. Tapi gue memaksanya untuk istirahat.

Selesai makan siang, Faren dan keempat temen gue langsung ke kamar gue. Juna dan yang lain semangat banget waktu Faren bilang dia minta bantuan mereka. Setelah gue tahu penyebab Miles dijebloskan ke penjara, gue merasa bersalah. Harusnya gue gak sebego itu nyoret dinding. Harusnya gue mikir dua kali.

"Jadi, gitu," ucap Faren setelah selesai memberitahu rencana di otaknya pada keempat temen gue.

Alvaro yang pertama merespon. "Emang ada tenaga listrik di sana?"

"Bukannya bisa pake aki?" timpal Juna.

"Oh!" Julian menepuk-nepuk pahanya berkali-kali. "Gue tau yang cocok buat rencana nanti!"

Mereka terus membicarakan rencana. Gue sesekali menimpali. Revon juga memberi saran. Ruangan kamar gue dengan tujuh cowok di dalamnya terasa sangat sempit. Tapi ngocak sih. Saking sempitnya Julian bersandar di paha Juna, dikata bantal kali.

"Berarti tengah malem nanti kita bakal masuk portal itu?" Juna bertepuk tangan heboh. Julian menoyor kepala Juna. "Bahagia banget lu."

"Bahagia lah," mata Juna melotot sambil memegang kepalanya. "Nanti gue bisa ketemu Maudy Ayunda."

"Inget Lizzy," sindir Alvaro, cowok sadis itu menendang bokong Juna. Sekarang Juna melotot pada Alvaro. "Ya inget, sakit ini bokong."

"Udah-udah," Seth menengahi.

Gue baru sadar, mereka lucu banget.

Siang berganti sore. Juna dan yang lain siap-siap di rumah masing-masing. Karena Juliana sakit, gue meminta Faren mengantarnya ke rumah (Si Julian odong udah duluan, dasar, gak peduli sama Kakaknya sendiri). Gue bilang, mending Ana gak usah ikut ke Eddenick. Tapi dia ngotot gak bakal ada apa-apa. Yah, gue gak bisa larang juga sih.

"Tidur yang cukup," ucap gue pelan sambil mencium puncak kepala Ana, mumpung gak ada yang liat.

Ana mengangguk, pipinya bersemu. Entah karena demam atau malu. "Iya. Nanti gue ke sini bareng Julian."

TRS (3) - Mika on FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang