M-J :: (21) Pertunjukkan

73.5K 6.5K 927
                                    

a.n

haiiii!

sorry kemarin tak apdett, lagi sibuk banget (?) gak deng, kemarin kecapean abis main

yaudahlahya...

happy reading!

====================

M-J :: (21) Pertunjukkan

====================

M I K A

"Gak cerita?" gue bertanya pada Ana yang duduk di sebelah gue. Setelah itu, gue terfokus pada jalanan lagi dan berkonsentrasi dalam menyetir.

Sontak, Ana yang termangu langsung menatap gue. "Lo bilang apa tadi?"

Gue menggerutu. "Ah, pura-pura gak denger mulu. Gue sodok pake tongsis nih."

Gantian Ana yang menggerutu. "Gayaan tongsas-tongsis."

Kembali hening. Kami sedang di perjalanan menuju tempat pertunjukkan kami. Semuanya sudah diatur oleh semua teman-teman gue. Sekarang, kami tinggal ke sana. Hanya gue dan Ana yang belum sampai ke sana karena perut Ana tiba-tiba sakit, jadi kami ke minimarket membeli obat dulu.

Dan, ya, cukup membuang banyak waktu.

"Jadi, gak mau cerita?" tanya gue, lagi, entah ke berapa kali.

Gue menepikan mobil ke bahu jalan. Ana menghela napas berat, dia bersila sambil berhadapan dengan gue. Wajahnya sangat teramat frustasi.

"Lo ngerasa ada yang aneh gak sih, sama Faren belakangan ini?" dia berbisik, seolah takut seseorang entah siapa bakal iseng menguping.

"Dia biasa aja, ah," jawab gue, menggaruk kepala bingung. "Emang dia ganggu kamu? Nanti aku pilox mukanya kalo beneran dia ganggu kamu."

Ana mencubit pipi gue gemas. "Bukan gitu! Gue cuman ngerasa ... apa ya. Dia jadi ... duh, susah jelasinnya. Udah, ah."

"Kamu ..." gue menyipitkan mata, wajah Ana tampak gelisah. "Kamu kepikiran dia."

"No! Bukan, ih, bukan--duh. Udah deh. Gue bingung ah," ucap Ana terbata sambil menjambak rambutnya gemas. Gue tersenyum kecil sambil menaruh kepala di stir mobil. "Do you like him, don't you?"

Wajah Ana sedikit bersemu, namun dia menghapusmya secepat mungkin. Matanya yamg bulat itu bergerak liar ke segala arah, menatap apapun kecuali gue. Jari gue menyentuh pipinya, sekilas, tapi dia langsung terdiam dan menatap gue.

"Manusia ngebuat kesalahan 'kan? Udah, gak usah panik gitu. Kamu suka sama dia juga bukan kamu yang ngatur, tapi perasaan kamu," gue membiarkan satu helaan napas berat keluar dari mulut gue. Gue menatap jalanan yang tampak lengang siang ini. "Terus gimana? Kamu mau terus sama aku atau ngebiarin perasaan kamu tumbuh buat dia? Aku siap kok, nerima apapun keputusan kamu. Aku cuman gak mau ngekang kamu, tapi kamu harus tau, aku sayang kamu. Kalo kamu milih sama dia, aku bakal sakit, tapi aku lebih sakit kalo kamu malah milih hal yang gak sesuai sama hati kamu."

"Lo ngomong apa, sih?" tanya Ana yang tampak gak suka dengan perkataan gue. Ana langsung menurunkan tungkai kakinya dari jok, menghadap ke jalanan juga. "Aku sayangnya sama kamu, bukan dia. Jangan ngomong yang aneh-aneh."

Dan percakapan itu berakhir, diganti keheningan. Nyaris kehilangan Nyokap sekali, membuat gue juga takut kehilangan Ana. Hanya saja, jika gue mengekang Ana, bisa-bisa gue benar-benar kehilangan dia. Gue melirik Ana, lalu tersenyum.

Apapun buat dia.

Kami sampai di Ancol, tempat dimana pertunjukkan berlangsung. Jadi, band Mello, Breathless, mengadakan konser perdana. Meski masih menyanyikan lagu cover, gak sedikit orang yang datang menyaksikan. Kebanyakan dari fans Mello dan Rina di soundcloud. Kadang gue bangga sama Mellong.

TRS (3) - Mika on FireWhere stories live. Discover now