M-J :: (16) Sistem

72.2K 6.9K 1.2K
                                    

a.n

haiiii!!

gue gatau harus bilang gimana lagi selain makasih sebanyak-banyaknya. makasih udah ngikutin cerita ini sampe sini. makasih buat vommentsnyaa!

btw, di chapter ini bakal ... gatau deh. imajinasi gue terlalu jauh. jadi gue harap kalian mau tinggalin komentar gimana perasaan kalian waktu baca bagian Mika. biar kalo ada yang aneh gue ubah ehehehe

dan di sini ada nama mason karena gue keabisan nama ...

happy readinggg!!

==============

M-J :: (16) Sistem

==============

M I K A

Yang terakhir jatuh di bantalan jelly adalah Ana.

Gue membantu Ana berdiri, sementara Juna dan yang lain terpana melihat rimbunnya hutan di Eddenick, persis waktu pertama kali gue ke sini. Faren melempar jubah hitam pada keempatnya, begitupun gue, Ana, dan Revon.

"Jubahnya dipake biar ga ketauan. Terutama Juna-Julian-Seth-Alvaro. Kembaran kalian bisa-bisa muncul saat kita berjalan menuju pusat kota. Bahaya. Kita bisa ditangkep," ucap Faren, membuat Juna dan yang lain buru-buru memakai jubahnya. Faren mengikat tali sepatu seraya berbicara. "Tepat lima belas menit lagi, eksekusinya dimulai. Seperti yang direncanain, Juna-Julian-Seth-Alvaro di belakang layar. Karena Revon jago buka kunci, jadi lo yang buka kunci Miles-Jules-Fortles. Dan kita bertiga," Faren berdiri sambil melihat gue dan Ana. "Kita yang mendongkrak sistem."

Ucapan Faren bener-bener membuat semangat gue naik. Mendongkrak sistem, gue aja gak kepikiran bakal ada kata itu.

"Ayo, semuanya ikut gue. Kita ke pusat kota tempat eksekusi berlangsung," Faren mengedikkan bahunya, dia berjalan di depan bak pemimpin kami.

Kami mengikuti Faren. Cowok itu berjalan sangat cepat. Sosok-sosok kami tampak berbayang karena tengah malam. Ana tidak kuat berlari, dengan sigap gue menggendongnya. Sesekali Julian bersedia membantu gue bergantian menggendong Ana.

"Lo gak apa-apa?" tanya gue, sekilas gue melihat wajah Ana tampak bersemu karena demam. Ana menggeleng lemah sambil memejamkan matanya. Dia bersandar di bahu Julian.

Seharusnya gue memaksa Ana menetap di rumah.

Tak sampai sepuluh menit, kami sampai di pusat kota. Di tengah kota, panggung eksekusi tampak dikerubungi penduduk. Sekilas gue melihat Miles di sana.

Juna-Julian-Seth-Alvaro langsung berpencar. Mereka sudah melihat panggung eksekusi, keempat cowok itu dengan sigap menyelip ke belakang layar. Revon berada di barisan penonton, melihat kunci yang melingkar di pergelangan tangan Miles-Fortles-Jules dengan seksama. Sementara gue, Ana, dan Faren menunggu kode dari mereka di kejauhan.

Melihat Miles dan yang lain dikurung dengan kayu seperti itu, membuat rasa bersalah menumpuk di dada gue. Gue mengepalkan kedua tangan. Kalau aja gue gak nyoret dinding itu.

"Merasa bersalah?" tanya Ana di gendongan gue. Berbisik tepat di telinga. Gue mengangguk pelan. Ana bersandar di bahu gue sambil berbicara, dengan amat pelan. "Kalo kamu gak nyoret dinding itu, mungkin sampe sekarang kita dan Faren masih musuhan."

Ana ada benarnya juga.

Gue tersenyum sekilas pada Ana. Cewek itu membalas senyum gue.

"Itu kodenya," Faren yang duduk di bawah pohon langsung berdiri dan berlari menuju panggung. Gue mengekori di belakangnya. Jantung gue rasanya berdentum saking gugupnya. Apa bakal gagal? Atau berhasil? Apa ini bakal jadi lelucon bagi mereka?

TRS (3) - Mika on FireWhere stories live. Discover now