Pandeep: Afgewerkt ~ Romance

592 53 3
                                    


Baejin P.O.V

Apa yang akan kalian lakukan jika pacar kalian nggak perhartian sama kalian? Masih bertahan kah atau minta putus? Apa yang kalia  lakukan jika pacar kalian lebih mentingin sahabatnya daripada kalian? Apa kalian masih mau bertahan? Apa yang kalian lakukan jika pacar kalian nggak pernah mau sms atau telepon kalian duluan? Masih mau bertahan? Kalau kalian jadi aku apa kalian masih mau bertahan? Okey, yuys. Aku memiliki pacar yang super duper nggak peka.

Seperti saat ini aku sedang berjalan ke kelasnya untuk ngajak dia ke kantin. Padahal kelasku jauh lebih dekat ke kantin. Kalian mau tau kenapa? Karena kalo nggak pasti ia akan pergi ke kantin dengan sahabatnya tanpa mengajakku. Sampai sekarang aku bingung siapa sih yang pacarnya dia atau aku? Aku kesal. Untung aku strong. Kalau nggak, nggak tau deh apa yang terjadi.

Sesampainya di kelasnya ku lihat ia sedang tiduran di paha orang yang ia bilang sahabat. Kampret emang. Nggak tau apa dia ini hatiku udah meledak jadi butiran debu.

"Guanlin" panggilku seraya menghampirinya.

"Apa, Bae?" Tanyanya sambil mendudukkan dirinya di kursi.

"Ke kantin yuk! Aku udah lapar nih" Ujarku pelan.

"Kalo mau ya pergi aja, Bae. Aku lagi mager." Ujarnya sambil kembali tiduran di paha Seonho, sahabatnya.

"Tapi...."

"Udahlah, Bae. Sana ke kantin!" Sakit tau nggak diginiin ama pacar. Karena sakit hati akupun pergi meninggalkannya.

Aku berjalan menuju toilet. Walaupun cowok aku tapi aku ini punya hati yang sensitif. Kenapa sih dia kayak gitu? Kom dia tega banget sama aku? Setibanya di toilet aku menangis. Apa aku berhenti aja ya? Capek lama-lama di giniin terus. Setelah puas nangis aku pun ke uks. Nggak mungkin kan dengan mata bengkak begini aku pergi ke kelas? Ya kali, nanti meraka nanya-nanya aku kenapa, kan malas aku jawabnya.

Setiba di uks aku langsung membaringkan tubuhku di atas ranjang. Ku pejamkan kedua mataku.  Aku tuh lelah hati sama lelah fisik tau nggak? Nggak tau ya? Ya udah.

"Kak" aku mendengar sebuah suara. Suaranya imut sih tapi kok agak cempreng ya? Ku buka kedua mataku untuk melihat siapa gerangan yang memangilku. Ceileh, bahasaku. Oke abaikan aja. Efek galau nih

"Siapa ya?" Tanyaku pelan. Nih anak emang imut. Nggak suaranya aja yang imut orangnya pun sama imutnya. Tingginya pun imut. Eh? Kkkkkk. Untung dian nggak denger kalo nggak udah habis akunya.

"Aku Daehwi, kak. Aku lagi dapat giliran jaga uks. Aku anak pmr. Kakak sakit apa biar nanti Dae ambilin obatnya." Ujarnya pelan. Aduh Dae, boleh ngarungin kamu nggak? Kakak mau deh berubah haluan jadi seme demi kamu. Eh, tapi kan aku cintanya ama Guanlin. Tapi guanlinnya kayak gitu ma aku.

"Nggak kok Dae. Kakak cuman lagi patah hati aja. Pacar kakak tuh nggak sayang ma kakak." Ujarku. Aku pun mulai curhat semuanya dari awal sampai akhir ama Daehwi.

"Gitu toh kak. Yang sabar ya kak. Dae emang nggak bisa bantu. Tapi Dae siap jadi pendengar curhatan hati kakak. Sekarang kita teman ya kak?"

"Oke, dek."

******

Nggak terasa udah jam lulang sekolah aja. Aku dan Daehwi pun kembali ke kelas masing-masing. Sesampainya di kelas aku langsung mengambil tasku.

"Bae, tadi kau dicari Guanlin" kata Jihoon, teman sebangku ku.

"Alah bohong kamu. Nggak mungkin dia mau nemuin aku." Ujarku agak jutek. Ya gimana nggak jutek coba. Orang lagi sensi gini eh dia malah ngomongin sumber kesensianku. Yak siapa juga yang nggak naik darah coba?

"Eh, orang serius tau."

"Au ah, bantet. Aku pulang dulu ya." Ujarku langsung berlari soalnya Jihoon tuh paling sensitif ma kata bantet.

"Yak, Baejin!!!!" Tuh, dah teriak aja tuh anak. Bikin polusi suara aja. Pusing deh pala Baejin.

Di gerbang ku lihat ada Seonho dan Guanlin sedang mengobrol dengan mesranya. Gimana nggak mesra coba kalo Seonho nya nempel-nempel gitu ke Guanlin. Guanlinnya juga biasa aja. Jahat kamu mas. Kamu tega ma daku. Kkkkkk. Bahasaku tinggi kali ya? Ne in aja napa, biar palli.

"Kak!" Ini nih teriakannya aku kenal banget nih. Suaranya si Dewi ular eh maksudnya suara Si Daehwi. Ku palingkan wajahku kearahnya. Ia menghampiriku dan menggandeng tanganku.

"Pulang bareng yuk kak" Ajaknya penuh semangat. Aduh coba aku seme udah klepek-klepek aku tuh. Sayangnya aku uke.

"Boleh sih. Emang rumah kita searah?" Tanyaku pelan. Entah perasaanku saja atau memeng Seonho na guanlin lagi memperhatikan kami. Rasanya kalo pandangan mata bisa membolongi mungkin udah bolong nih punggung. Ya keles kok tajam kali tuh tatapan mata. Guanlin kenapa? Cemburu kah? Kalo ia, rasain aja. Makanan aku tuh sehari-hari. Lah Si Seonho napa melotot kearah kami juga coba?

"Dae?"

"Iya, kak"

"Kamu kenal Seonho?"

"Siapa tuh, kak?"

"Jadi nggak kenal nih ya udah. Balik yuk." Ajakku. Malas juga lama-lama di sini. Panas bro.

Saat kami sedang berjalan kami di cegat oleh kedua tiang ini.

"Ada apa sih?!" Tanyaku super duper jutek.

"Bae, aku mau ngomong ma kamu." Ujar guanlin pelan.

"Yah ngomong aja. Kok pakek nanya gitu?"

"Tapi nggak di sini, ikut aku" ujarnya sambil menarik tanganku. Ku lihat Daehwi lagi berbicara sama Seonho. Dan itu serius banget kayaknya. Ngomongin apa coba mereka bikin kepo aja.

"Bae, kamu tadi darimana? Aku nyariin kamu tau nggak?" Tanya Guanlin sambil memegang bahu ku.

"Emang apa peduli kamu?" Tanyaku jutek.

"Kamu kenapa sih Bae, jutek banget ma aku?"

"Aku mau nanya ma kamu. Kamu tuh serius nggak sama aku?"

"Ya, serius lah, Bae. Udah berapa kali aku bilang."

"Tapi kamunya cuek banget ma aku. Kamu nggak pernah nyamperin aku ke kelas. Kamu nggak pernah sms atau telepon aku duluan. Kamu nggak pernah mau jalan ma aku kalo nggak aku yang ngajak. Itu yang kamu bilang serius?" Pertahananku runtuh. Air mataku berlomba-lomba jatuh. Rasanya sesak sekali. Guanlin langsung memelukku. Mengusap rambutku.

"Aku capek Guan. Cepek. Kita selesai aja kalo gini." Ujarku masih sambil terisak di oelukannya.

"Nggak bae. Bukan hubungan kita yang bakalan selesai tapi masalah ini." Ujarnya sambil menghapus air mataku.

"Tapi...." ujarku terpotong karenanya.
"Dengerin aku dulu okay. Aku nggak pernah nyamperin kamu ke kelasmu karena aku nggak mau nganggu waktu belajarmu. Aku tau kamu risih kalo di omongin sama teman-temanmu. Kalo aku datang. Aku nggak pernah ngehubungin kamu duluan karena aku takut ganggu waktu belajarmu. Aku nggak pernah ngajak kencan duluan karena kamu tuh kan punya jadwal les. Dan nggak bisa di ganggu belum lagi jadwal belajarmu yang padat. Kamu juga sibuk, susah nyari waktu luang. Dan yang paling dominan, kamu tau kan ini pertama kalinya aku pacaran. Jadi nggak tau harus berbuat apa. Maaf kalo aku selalu bersikap dingin ma kamu. Itu semua karena aku tuh bingung harus kayak gimana ma kamu." Ujarnya panjang lebar. Ia mengecup kedua pipiku.

"Tapi kamu deket banget sama Seonho. Mesra banget." Ujarku sudah nggak nangis lagi.

"Aku sama dia cuman sahabat kok. Dia itu lagi suka sama temenmu yang tadi itu."

"Oh, pantes tadi dia melototin aku. Kan aku nggak ada salah apa-apa" Uajrku tanpa sadar ngerucutin bibirku.

"Aw, imutnya. Jadi kita nggak jadi putuskan? Aku nggak bisa hidup tanpa kamu" ujarnya pelan. Aku hanya menganggukkan kepala ku. Ia kembali memelukku. Rasanya hangat aku suka. Kuharap nggak akan ada lagi masalah di antara kami lagi.

***END****

Wanna One Liefdesverhaal 💘❤Where stories live. Discover now