ChamHwi : He Is Daehwi ~ Romance

713 50 39
                                    

Woojin P.O.V

Dengan malas ku langkahkan kakiku menuju kelasku. Sesungguhnya aku sangat malas untuk belajar hari ini. Moodku sudah benar-benar kacau. Di tambah hari ini Pak Ong  yang mengajar. Pak Ong adalah member Dou Killer bersama Pak Minhyun. Kedua guru ini benar-benar killer. Di tambah dengan mapel yang di ajar oleh mereka. Pak Ong mengajar Matematika Peminatan dan Pak Minhyun mengajar Matemarika Umum. Demi tuhan, mereka benar-benar mengerikan.

"Hoi, buluk!" Teriak sebuah suara cempreng yang sudah sangat sering ku dengar. Ini adalah salah satu alasanku malas ke sekolah. Demi tuhan dia sangat berisik. Dia adalah Lee Daehwi. Si cabe cerewet yang ngeselin.

"Apaan sih? Berisik tau!" Teriakku kesal. Pagi-pagi malah membuatku badmood saja ini orang.

"Kenapa? Kenapa? Kau tampaknya makin dekil saja. Hm, jelek sekali." Ujarnya sambil tertawa. Kurang ajar nih orang.

"Apa sih cabe? pergi sana! Kau ganggu saja!" Murka ku padanya, tampaknya ia hanya menganggapku angin lalu. Dengan tak tau dirinya ia malah merangkul pundakku.

"Woojin-ah, apa kau baik-baik saja?" Tanyanya pelan.

"Harusnya aku yang bertanya begitu, kau kenapa peduli padaku?" Tanyaku heran. Hm, ini aneh.

"Aku okay, Say. But, kamu tuh yang baik-baik saja atau tidak, kan kamu habis di tolak si gembul." Ujarnya sambil tertawa. Kampret, bunuh cabe dosa nggak ya?

"Heh! Apa maksudmu?!" Teriakku murka. Sementara dia dengan innocentnya lari meninggalkanku. Bangsat, ya tuhan ampuni ujin, karena dari tadi mgomong kasar terus.

Huh! Lelaki tadi, dia itu Daehwi, teman sekelasku yang selalu saja cari masalah dwnganku. Ingin ku basmi rasanya. Dengan tidak semangatnya aku berjalan menuju kelas. Mukaku benar-benar kusut sekarang. Setibanya di kelas aku langsung mendudukkan diriku di bangku ku. Dengan lesunya aku tidurkan kepalaku di meja. Pusing rasanya, mana tadi belum makan pula. Seret nih tenggorokan karena teriak-teriak tadi.

"Ini." Ujar seseorang sambil meletakkan sebungkus roti dan susu kotak. Ku angkat kepala ku. Ternya yang meletakkannya adalah Daehwi.
"Untukku?" Tanyaku pelan.

"Ye, si buluk. Ya buat kamu lah. Kan jelas-jelas ku taruh di depanmu.
Open your eyes, say." Ujarnya dengan jutek.

"Tumben baik kamu." Gumamku lirih.

"Kasihan aja kamu habis patah hati, ya secara lawanmu buat dapet si gembul si tiang, gimana nggak kalah coba." Ujarnya sambil terkekeh pelan. Sabar Ujin, sabar. Ini ujian.

"Yah, kalo mau menghina pergi sana!" Usirku sambil mendorong-mendorongnya pelan.

"Ye, si buluk. Lupa ya kalo kita ini sebangku." Ujarnya sambil manyun. Kok aku baru sadar ya kalo dia imut. What? Apa yang ku pikirkan? Oh tuhan, kenapa aku ini? Aish, dia sungguh mengesalkan.

"Dih, sok imut." Ujarku sambil memalingkan wajahku darinya. Aku pun fokus ke roti dan susu. Aku makan roti tersebut dengan lahap. Huh, setidaknya roti ini bisa mengganjal perut laparku.

"Kan aku emang imut keles. Ish, buluk sih jadi nggak bisa ngeliat keimutan ku." Ujarnya sambil tertawa. Nih orang kok ketawa mulu ya? Nggak cape apa?

"Auh ah, gelap!" Ujarku setelah menghabiskan roti dan susu tersebut.

"Iya, aku tau kok kamu kan emang gelap." Ujarnya sambil nyengir. Ih, kok imut sih. Yah, masa aku malah move on ke cabe sih? Tapi nggak papa lah, wong cabenya imut gini.
Baru aku mau bales omongannya, eh udah kedengaran bunyi bel masuk. Yah, belajar sama guru killer. Tobat aku tuh.

"Pagi anak-anak!" Terdengar sebuah suara yang terdengar begitu manis. Pak Ong emang tampang sama suaranya manis, tapi sifatnya bro bikin ngeri.

"Pagi pak!" Kompak kami menjawab.

"Hari ini saya mau ngasih ulangan buat kalian. Yang nilainya di bawah 7 lari keliling lapangan." Ujar Pak Ong sambil senyum manis. Gila lari keliling lapangan? Lapangan sekolah luas banget bro, gimana nasib kakiku.

"Yah, pak jangan gitu dong, pak." Ujar Mark, ketua kelas kami.

"Kalian makanya nilainya harus 7 ke atas." Ujar Pak Ong sambil menatap sinis kami. Gila, nih guru serem sekali.

******

Dengan tampang lesu aku pun berjalan ke kantin, Pak Ong sungguh kejam. Nggak sanggup aku. Kok Pak Daniel tahan ya punya pacar macam macan betina itu? Oh iya, Pak Daniel itu guru Biologi kami. Ganteng, guru idaman siswi-siswi sama uke-uke di sini. Tapi siapa coba berani ngerayu dia, wong macan gitu penjaganya.

"Buluk~" Duh, imut banget sih si cabe satu ini. Kok jantungku jadi kayak lagi dance gini?

"Apa sih cabe?" Tanyaku malas. Padahal hatiku udah mau lompat keluar sebenarnya. Jaim dikit lah bro.

"Bareng dong ke kantinnya~" Ujarnya dengan nada manja sambil memeluk lengan kananku. Waduh, nih cabe satu.

"Iya, cepet kalo gitu." Ujarku sambil melepaskan pelukkannya dan menggandeng tangannya. Hangat. Mungkin memang aku harus move on ke Daehwi. Dianya manis banget sumpah. Tapi emang dia mau sama aku?

*******

Ini udah seminggu sejak kejadian di kantin. Aku dan Daehwi udah lumayan akrab sekarang walaupun masih sering adu bacot. Tapi malah aku suka. Hari ini aku berencana mau nembak Daehwi. Iya, setelah perang batin dan setelah curhat ke sahabatku aku pun memutuskan untuk menyatakan perasaanku padanya. Tentunya setelah memantapkan perasaan ini.
Ku lihat Daehwi sedang kebingungan mencari tasnya. Iya, tasnya. Aku yang nyembunyiin sih. Biar dia ada alasan buat tinggal di kelas saat pulang sekolah begini. Nggak tega sih sebenarnya. Tapi yah mau gimana lagi. Sorry Daehwi-ya.

"Dae, mau ku bantu? Kamu mencari apa?" Tanyaku pelan dengan tampang watados.

"Lagi nyari tasku nih, Jin. Kok tega bener ya yang nyembunyiin." Ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca. Duh, gusti nggak tega aku tuh.

"Ku bantu ya? Coba di cari di lapangan Indoor!" Ajakku sambil mengandeng tangannya.

"Lho kok kesana?" Tanya Daehwi heran.

"Nggak tau, Feeling aja." Ujarku sambil nyengir.

"Hah? Ya udah deh, lagian di kelas juga nggak ada." Akhirnya dia pun setuju.

Sesampainya di lapangan indoor, Daehwi tampak terkejut. Mau tau kenapa? Karena lapangam tersebut sudah ku sulam menjadi temapt yang indah. Ada balon-balon hati berwarna pink, ada bunga mawar pink dan sepanduk bertuliskan "Be Mine, Lee Daehwi".

"I-ini apa?" Tanyanya pelan.

"Dae, aku tau aku nggak seromantis mantanmu yang bule itu. Tapi aku akan memberikanmu cinta lebih besar dari apa yang pernah dia berikan padamu. Dae, aku cinta kamu. Kamu mau nggak jadi kekasihku?" Tanyaku pelan.

"Kau pasti bercanda." Ujarnya pelan, kenapa? Aku heran. Tapi ucapannya selanjutnya berhasil membuatku tersenyum.

"Nggak mungkin aku nolak kamu. Kamu tau aku bahkan udah lama suka kamu. Ngajak kamu ado bacot kan supaya kamu perhatiin aku." Ujarnya sambil memelukku.

Aku nggak nyangka kalo dia rese dari dulu karena nyari perhatian dariku. Hari ini aku sangat bahagia, terimakasih tuhan, kau telah memberikan dia untukku, dia daehwi hanya untuk woojin seorang.

******

Woah, chamhwi 😍
Mau gila rasanya YoonYoon ini. Eh, tapi kan YoonYoon emang udah gila dari dulu 🐣
Jangan lupa Votment Chingu. Gomawo 🐣

Wanna One Liefdesverhaal 💘❤Where stories live. Discover now