Minhwan chamhwan : Love Story ~ Romance

420 29 3
                                    


Namaku Kim Jaehwan, di usiaku yang ke 17 tahun ini, harusnya aku menfokuskan diri untuk belajar apalagi kini sudah mendekati UN. Namu yang terjadi aku malah sibuk meratapi kisah cintaku yang sungguh mengenaskan. Aku sungguh nggak nafsu untuk makan bahkan tidur saking stresnya. Namja itu benar-benar tulus mencintaiku. Namun aku nggak bisa mencintainya. Aku mencintai namja lain.

"Chagiya, kamu kenapa? Kok melamun terus?" Tanya Hwang Minhyun, namja chingu ku. Namja chingu yang tak ku cintai.

"Tidak, aku baik-baik saja." Ujarku dengan nada lesu.

"Tapi mukamu nggak mencerminkan hal itu. Chagiya, aku sangat mencintaimu. Mau kah kau berjanji satu hal padaku?" Tanya Minhyun sambil menatapku dengan mata penuh akan cinta. Ini sungguh hal baru bagiku. Aku tak terbiasa dengan ini. Minhyun membuatku merasa nggak nyaman. Membuat bulu kudukku meremang hanya karena tatapannya. Membuatku gelagapan hanya karena suaranya. Ini menakutkan. Ini rasa yang begitu asing bagiku. Ia tampak begitu memuja ku. Namun hatiku sudah terlanjur mencintai namja lain.

"Janji apa emangnya?" Tanyaku dengan ogah-ogahan. Sesungguhnya aku sangat malas jika harus berjanji.

"Berjanji lah untuk selalu setia padaku. Aku sangat mencintaimu." Ujarnya sambil menatap mataku, aku mencoba menatap ke arah lain. Aku nggak ingin menatap matanya. Aku lebih memilih menjelajahi kafe yang sedang kami datangi ini dengan sesama. Iya, saat ini kami sedang kencan di sebuah kafe yang terkenal akan nuansa romantisnya.

"Nde, aku janji. Aku nggak mungkin menghianatimu. Aku bukan tipe orang yang begitu." Ujarku kali ini sambil menatap matanya.

"Ku harap kita bisa selalu bersama. Bahkan sampai ke jenjang yang lebih tinggi." Ujarnya. Aku hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya. Aku bahkan nggak tau berapa lama lagi hubungan ini akan akan berjalan. Aku bahkan sudah nggak sanggup lagi.

****

"Jae!" Panggil seorang namja padaku. Suaranya sangat familiar. Suara namja yang begitu ku puja hingga mataku hanya tertuju padanya, hingga hatiku terpaku untuknya. Hinggaku nggak bisa mencintainya Minhyun. Minhyun namja chingu ku.

"Nde, Woojin?" Tanyaku pelan. Ku hentikan langkah kaki. Saat ini kami sedang ada di koridor sekolah. Tempat ini masih begitu sepi. Maklum saja ini masih jam setengah 7.

"Ayo jalan ke kelas bareng." Ajaknya sambil merangkul pundakku. Namja ini Park Woojin. Namja yang sangat ku cintai. Aku pun menganggukkan kepalaku. Nggak mungkin aku menolak ajakannya.

Perjalan ini di iringi rasa gugup. Aku benar-benar gugup.

"Hwan, kok kamu diam aja? Kamu nggak suka ya ke kelas sama aku?" Tanya woojin pelan.

"Nggak kok, aku suka kok, suka banget malahan. Ups." Ujarku. Sumpah aku ngomong itu secara spontan. Aku sendiri aja kaget sama omonganku sendiri. Namja babbo memang aku tuh.

"Benar kah? Kalo aku ajak jalan mau nggak kamu?" Tanya nya pelan. Jalan apa nih. Jangan ke gr-an dulu lah, hwan.

"Kan kita emang lagi jalan, jin. Jalan ke kelas." Ujarku.

"Maksudku itu kencan, hwan. Mau nggak?" Tanya woijin.

Hampir saja aku mau menjawab iya. Namun, tiba-tiba terbayang wajah minhyun di benakku. Ia pasti akan snagt kecewa jika tau aku berkencan dengan orang lain. Dengan berat hati, akhirnya aku menolak ajakan woojin.

"Maaf, jin. Aku sibuk banget akhir-akhir ini. Kamu tau kan tugas ujian praktiek kita numpuk, aku mau fokus ke sana dulu maafin aku. Jadi aku nggak bisa nerima ajakanmu. Padahal aku mau banget loh" Ujarku pelan. Rasanya nyesek aja harus nolak ajakan woojin. Padahal aku sangat mencintainya.

"Iya, ya, tugas kita numpuk. Ya udah nggak papa sih. Aku ngerti." Ujar woojin dengan senyuman. Namun, aku tau dia kecewa. Aku juga kecewa kok. Kecewa sama diriku sendiri.

Tak terasa sekarang ini kami sudah sampai di kelas. Kulihat minhyun menatap tal suka ke arah kami. Aku tau dia cemburu. Rasanya menyesal. Namun, aku benar-benar bingung harus bagaimana.

******

Sekarang ini aku sednag duduk manis di atas ranjangku. Di bawahnya di atas karpet minhyun sedamg duduk bersila sambil membaca komik kesukaannya.

"Hyun, maafin aku." Ujarku pelan.

"Kamu nggak salah apa-apa kok." Ujar minhyun pelan. Namun, ia sama sekali tidak melirikku arahku aku tau dia marah padaku. Namja mana yang tidak marah jika melihat kekasihnya sedang di rangkul oleh namja lain.

"Maaf, hyun. Maafkan  aku." Ujarku dengan wajah memelas.

"Iya. Aku maafkan. Sudah lupakan saja yang tadi." Ujarnya kali ini ia menatap mataku. Rasa bersalah kian besar seolah akan membunuhku.

"Hyun." Panggilku pelan.

"Apa, chagiya?" Tanya.

"Aku... tidak jadi." Ujarku di iringi tawa.

"Chagiya, kau tau aku merasa sangat beruntung karena memilikimu. Aku sanga mencintaimu." Ujarnya.

"Kenapa aku? Aku bukan apa-apa di banding mantan-mantanmu. Kamu sempurna hyun, kenapa tidak mencari orang yang sama sempurnanya denganmu?" Tanyaku.

"Karena cinta itu buta. Aku tidak bisa bisa memilih kepada siapa cintaku aku berlabuh. Itu takdir. Lagian, kau tau di mataku kamu lah makhluk yang paling mendekati kesempurnaan. Karena yang sempurna itu hanya tuhan." Ujarnya di iringi senyuman.

"Kamu tidak bosan padaku?" Tanyaku.

"Tidak. Tidak akan pernah ada kata bosan padamu. Aku sangat mencintaimu." Jawabannya itu membuatku mencoba memantapakan pilihanku. Ku pikir dia memang yang terbaik untuk. Cinta bisa datang karena tebiasa. Biarlah ini mengalir bagai air. Biarkan waktu yang menentukan. Aku akan berusaha mencintainya. Mencintai kekasihku hwang minhyun.

*******

Sebelumnya aku mau ngucapin makasih buat para readers, siders, dan orang2 yang udah vote and comment cerita2 ku. Makasih banget. Dan makasih juga buat hcm__xx karena udah req cerita sama aku. Maaf kalo jelek. Dan nggak sesuai harapannmu.

Wanna One Liefdesverhaal 💘❤Where stories live. Discover now