8 - Berubah

2.8K 487 18
                                    


"Karena sesuatu telah berubah. Kamu tidak lagi sama, aku benci itu." —Lauv's Who

Gyuri keluar dari rumahnya yang juga merupakan tempat les taekwondo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gyuri keluar dari rumahnya yang juga merupakan tempat les taekwondo. Masih dengan seragam taekwondo yang ia kenakan, Gyuri berjalan menuju Jimin yang masih tidak turun dari motor dan masih mengenakan helm fullface di kepalanya.

"Ini udah mau tengah malam, babi." Maki Gyuri saat ia mendekat pada Jimin dan motornya.

Jimin menoleh, menatap Gyuri dalam diam. Gyuri kehilangan kata-katanya saat melihat setetes air mata turun dari mata Jimin. Walau hidung sampai dagu terutup oleh helm, Gyuri bisa melihat air mata itu terus meluruh dari mata sendu Jimin yang basah.

Jimin tertawa kecut pelan sekali, mendengung karena suaranya terhalang helm.

"Kenapa aku malah lari ke kamu?"

Gyuri menganga saat mendengar suara bergetar dan berat Jimin. Gyuri menyentuh lengan Jimin ragu, menepuk pelan dan mengusapnya. Mencoba memberi sebuah ketenangan.

Jimin menurunkan kaca bening helmnya. Gyuri masih bisa mendengar Jimin terisak pelan sekali meski suaranya tertahan helm. Jimin menutup matanya, menunduk. Tidak berani menatap Gyuri.

Sesak sekali rasanya dada Jimin. Perasaan kesal, bersalah, kecewa bercampur aduk menjadi satu. Jimin masih menyalahkan diri lantaran sudah memukul adiknya keras sekali.

Kedua tangan Gyuri terlentang, nyaris memeluk Jimin. Gyuri turunkan lagi tangannya dan menepuk punggung Jimin sebagai gantinya.

"Nggak papa. Nangis aja sampai lega. Aku nggak bakal ninggalin kamu."

Bahu Jimin semakin bergetar saat mendengar tutur Gyuri. Gadis di sampingnya menghela nafas, masih setia menepuk-nepuk punggung Jimin seperti ibu yang sedang menenangkan anaknya.

_____

"Oh-oh. Habis nangis-nangis semalam di depanku, sekarang udah sok lagi kamu ya, kadal?"

Gyuri melompat-lompat, mencoba meraih ponsel yang diangkat tinggi dengan Jimin. Jimim mendelik, melihat sekitar. Memastikan tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. Kelas sudah sepi, sekolah sudah selesai. Seharusnya tidak ada yang mendengar ucapan blak-blakan Gyuri.

Meski banyak guru yang mengatakan bahwa Gyuri adalah gadis yang sopan, baik dan lembut. Khusus bagi Jimin, ketiga hal itu tidak berlaku lagi. Jimin menghentikan Gyuri yang melompat-lompat dengan menahan puncak kepalanya. Gyuri menatap sebal Jimin yang mengenakan jersey basketnya.

"Hei. Aku punya alasan." Bela Jimin.

Gyuri mencibir, "Iki pinyi ilisin."

Jimin hampir tertawa melihat reaksi Gyuri. Ia menahan tawanya dan sontak membuat Gyuri meninju perutnya. Nyeri menjalar cepat ke seluruh tubuhnya, Jimin merintih tertahan dan tak sengaja menjatuhkan ponsel Gyuri. Pukulan Gyuri ternyata tidak main-main sakitnya.

Unforgettable ✔Where stories live. Discover now