Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
I'll do anything, for you.
Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
DAHULU, ibu memang pernah berkata pada Jimin bahwa garis kehidupannya sudah ditentukan sejak lahir. Menjadi pewaris utama perusahaan sang ibu dan menikah dengan perempuan pilihan keluarganya. Pernah, Jimin bertanya-tanya dalam hidupnya, kenapa tidak Jihyun saja yang diserahkan tanggung jawab seperti itu?
"Jihyun itu lembek banget. Perusahaan butuh orang yang prinsipnya kuat, konsisten dan keras kayak kamu, Jimin," begitu kata ibu kala Jimin menanyakannya.
Sebenarnya, Jimin dan ibu tidak ada bedanya. Ia hanya jauh lebih tenang saja setelah dimabuk asmara oleh Gyuri. Padahal sebelumnya, tidak pernah ada seorang pun yang bisa menghentikan Jimin yang berkelahi nyaris setiap hari, mabuk-mabukan nyaris setiap minggu dan merokok sampai berpuluh-puluh batang rokok banyaknya. Tidak ada yang bisa menghentikan langkahnya termasuk Haneul dan ibunya sendiri.
"Kalau aku tetep nggak mau dijodohin, gimana?" ucap Jimin seraya meletakkan sendoknya. Bubur dan sup ayamnya sudah habis.
"Semua ijazah kamu, fasilitas yang ibu pernah kasih, termasuk ponsel, ibu bakal cabut semua dari kamu."
"Bu! Gimana aku bisa ke--"
Ibu menyela. "Gimana bisa kerja kalau nggak ada ijazah?"
"Ibu tahan semuanya."
Amarah Jimin seketika memuncak. Jika tahu akan begini jadinya, ia lompat saja kemarin. Ia menghela napas, memutar otak mencari solusi dan berusaha tenang. Tapi, nihil. Jimin malah makin sakit kepala saja.
"Oke. Aku turutin ibu," tukas Jimin akhirnya dengan berat hati. Ibu tersenyum puas kemudian menyondorkan segelas air untuk Jimin.
"Tapi, ibu juga harus turutin satu permintaanku."
Jimin meneguk air, membasahi tenggorokannya yang kering. Alisnya bertaut, Jimin harus mencari solusi secepat mungkin.
