23 - Kabar Lainnya

2K 419 43
                                    

SORE itu, Jimin menangis sejadi-jadinya di taman dalam dekapan Taehyung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SORE itu, Jimin menangis sejadi-jadinya di taman dalam dekapan Taehyung. Kendati demikian, Jimin masih bersyukur memiliki Taehyung di sisinya. Motor Jimin dikemudikan Taehyung karena Jimin mendadak lemas sekali sampai hampir terjatuh saat menegakkan motor besarnya.

Jimin yang awalnya tidak ingin pulang ke rumah, mendadak ingin cepat-cepat pulang dan tidur. Kepalanya pusing sekali.

Ibu pun pulang ke rumah di malam hari dengan berderai air mata usai kembali dari bandara Incheon untuk memeriksa nama Jihyun di daftar penumpang. Nama Jihyun ada di sana dan tim penyelamat belum berhasil menemukan mana potongan tubuh milik Jihyun. Hanya sebagian yang sudah teridentifikasi dan yang lainnya masih menunggu tes DNA, termasuk Jihyun.

Taehyung jadi bingung setengah mati. Ia harus menenangkan dua orang sekaligus. Belum lagi Jimin yang mendadak jadi diam sekali dan terus mendekam di kamar. Jimin tidak makan malam, tidak minum dan terus tidur.

Suasana di rumah tampak kacau malam itu usai kabar tentang kecelakaan pesawat yang Jihyun tumpangi.

_____

Jimin enggan bergabung dengan ibu dan ayah Taehyung yang sedang sarapan di meja makan. Ia menatap refleksi dirinya di kaca, matanya bengkak, kantung matanya terlihat. Jimin memakai seragam sekolahnya dan menghela napas. Kepalanya masih pusing, badannya terasa panas dan dingin secara bersamaan.

Melihat Gyuri di sekolah mungkin akan menghilangkan pusing di kepalanya. Jimin tiba-tiba teringat di malam pesta pernikahan ibunya dan ayah Taehyung. Pusingnya hilang begitu saja saat ia berada di samping Gyuri, sesederhana itu.

Sesederhana itu pula Jimin mencintai Gyuri.

"Jimin!"

Derap langkah kaki terdengar. Pintu kamar Jimin terbuka dengan keras disusul dengan ibu yang berjalan terburu-buru menghampiri Jimin.

"Kamu sama Haneul gimana? Dia ngehubungin kamu 'kan?"

Jimin menoleh. "Nggak gimana-gimana."

"Ya. Haneul sempat nelpon," sambung Jimin.

Taehyung bergabung, menahan kedua bahu ibu Jimin. "Bu, tenang dulu."

"Haneul bilang apa sama kamu?" tanya ibu Jimin.

"Dia minta aku ke rumahnya."

"Kamu ke sana?"

Jimin menghela napas dan menggeleng. "Nggak. Itu udah tengah malam. Nggak sopan ke rumah perempuan jam segitu."

PLAK!

Jimin terhuyung setelah mendapat tamparan dari ibunya. Tubuhnya lagi-lagi menabrak lemari. Pandangannya tiba-tiba berputar. Sementara itu, Taehyung seperti biasa langsung menahan tangan ibu.

"Bu!" pekik Taehyung.

Wajah Jimin masih terpaling ke samping, matanya terpejam. Jimin menutup mulut, mendadak mual karena pandangannya berputar.

"Kamu tahu nggak kalau Haneul bunuh diri habis telpon kamu?! Orangtuanya barusan nelpon dan jelasin kalau riwayat panggilan terakhirnya itu kamu!"

Jimin membuka mata, menoleh menatap ibu dengan wajah terkejutnya. "Apa, Bu?"

"Kalau kamu ke rumah Haneul malam itu, nggak akan kejadian gini!"

Jimin makin pusing mendengarnya. Pikirannya semakin kacau. Belum selesai dukanya, masalahnya malah bertambah. Taehyung menenangkan ibu, sementara Jimin masih bergelung dengan pemikiran ruwetnya sendiri.

Salahku? Pikirnya. Harusnya, aku turutin aja waktu Haneul minta aku buat ke sana.

"Kamu tahu kenapa Haneul bunuh diri? Dia hamil anak Jihyun!" Ibu berteriak frustrasi. "Bayangin gimana malunya ibu waktu orangtuanya cerita kayak gitu! Ibu malu punya dua anak yang sama-sama bermasalah kayak kamu sama Jihyun!"

Ibu terus menyalahkan Jimin, Taehyung yang berdebat dengan ibu dan Jimin terus menyalahkan dirinya sendiri. Pertengkaran itu tidak ada habisnya padahal Taehyung dan Jimin harus berangkat ke sekolah.

Ibu menarik Jimin menjauh dari lemari lalu membuka lemarinya. Ibu mengambil beberapa pakaian Jimin lalu dilemparkannya pada wajah Jimin.

"Keluar."

"Bu, jangan keras-keras sama Jimin," pinta Taehyung.

"Berlutut di depan orangtuanya Haneul."

Jimin meremas ujung baju seragamnya. Napas Jimin tertahan sesaat, ia menggeleng pelan. "Bu, aku--"

"Nggak usah pulang kalau gitu. Keluar kamu dari rumah kalau nggak mau berlutut di depan mereka dan minta maaf," potong ibu.

Jimin berbalik tanpa menjawab perkataan ibu. "Aku mau berangkat sekolah dulu."

"Ayo berangkat bareng aku sama ayah," ucap Taehyung seraya menahan tangan Jimin.

Jimin melepaskan tangan Taehyung dan menggeleng. Ia lebih memilih harus berjalan sampai sekolah ketimbang harus bergabung dengan ayah Taehyung.

Jimin tidak ingin sekolah. Jimin hanya ingin melihat Gyuri dan senyumnya. Itu saja.

_____

Jimin sampai di sekolah dan terlambat setelah berjalan tertatih-tatih dari rumah. Terik matahari membuat pusingnya bertambah parah saja. Jimin tidak ada pilihan lain, motornya juga ditahan oleh ibu. Seluruh fasilitas yang Jimin dapat ditarik begitu saja oleh ibunya tanpa pikir panjang bagaimana Jimin harus bertahan hidup.

"Push up 5 kali, squat jump 10 kali. Terakhir, lari keliling lapangan 3 kali!"

Jimin mendesis dan berdecak pelan. Ia melepaskan tas ransel hitamnya lalu mengikuti perintah guru BP yang membawa tongkat kayunya.

Jimin menggeleng usai menyelesaikan squat jump-nya sebanyak 10 kali. Pandangannya lagi-lagi berputar. Jimin sempat jatuh terduduk kemudian guru BP memukulkan tongkat kayunya ke dinding untuk menggertak Jimin.

"Lari keliling lapangan!"

Jimin berdiri dengan susah payah kemudian berjalan pelan menuju lapangan di tengah sekolahnya. Jimin berlari pelan memutari lapangan dengan terseok-seok. Peluh bercucuran, bajunya belum-belum sudah basah karena keringat.

Jimin menyelesaikan putaran terakhirnya dengan pandangan yang berputar. Jimin berlari pada kamar mandi dengan sempoyongan.

Jimin mual. Ia masuk ke kamar mandi lalu coba memuntahkannya. Tidak ada yang benar-benar termuntahkan. Jimin hanya memuntahkan sisa cairan dalam tubuhnya karena ia tidak makan dan tidak minum sejak kemarin. Jimin menekan tombol siram pada WC kamar mandi kemudian terduduk di sana dan bersandar pada bilik kamar mandi. Napas Jimin terengah-engah, wajahnya pucat dengan peluh yang terus menetes dari pelipisnya. Air matanya menetes, Jimin buru-buru menghapusnya.

Jimin hampir dibuat gila rasanya. []

Unforgettable ✔Where stories live. Discover now