15 - Kelas

2.4K 440 11
                                    

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

HUJAN

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

HUJAN. Jimin selalu menyukai hujan.

Wangi petrikor yang begitu familiar tercium. Wangi tanah yang basah menggelitik hidung Jimin bersamaan dengan suara tetes demi tetes air yang turun.

Ngomong-ngomong, masa skors Jimin sudah habis dan tadi pagi ia kembali sekolah. Tentunya disambut dengan Gyuri yang mengoceh banyak hal dan mendadak cerewet saat Jimin datang ke sekolah.

"Ssst! Bisa diem nggak?"

Jimin mencubit bibir atas dan bawah Gyuri untuk membuat gadis di sampingnya diam. Gyuri tidak ada bedanya seperti Taehyung, selalu menjadi kompor jika mendengar nama Haneul.

Keduanya terdiam di kelas saat kelas telah usai, berduaan menunggu hujan reda. Jimin duduk di atas meja, memandang keluar jendela setelah menjauhkan tangannya dari wajah Gyuri.

"Kesel banget sih. Kamu bego nggak ketulungan."

Jimin melirik sebal. Ia masih tidak ingin bercerita pada Gyuri tentang ia yang sudah tidak lagi berpacaran dengan Haneul. Ia hanya menceritakannya pada Taehyung.

Seisi sekolah masih mengira bahwa Jimin masih berpacaran dengan Haneul.

Jimin mengambil sebatang rokok dan pemantiknya dari saku. Membakar ujung rokoknya dan menghirupnya. Jimin menghembuskan kepulan asap yang memenuhi rongga mulutnya.

Perihal melupakan Haneul, Jimin masih belum bisa.

Jimin memang sudah putus, sudah tidak ingin ikut campur kehidupannya, sudah tidak memiliki kepercayaan lagi dengan Haneul, dan sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk kembali menjalin hubungan dengannya. Namun, seseorang tidak bisa semudah itu melupakan orang yang dicintainya, bukan?

Jimin masih sangat mencintainya, terkadang masih sangat merindukannya dan Jimin benci fakta bahwa ia masih memiliki rasa tersebut pada Haneul.

"Kamu sayang banget sama Haneul, ya?"

Jimin menoleh, mendapati Gyuri yang juga duduk di meja tepat di hadapannya. Ia tersenyum kecut kemudian memalingkan wajah.

"Jangan bahas Haneul lagi ah," Jimin menghirup rokoknya, "Denger nama dia aja aku udah capek."

Gyuri menghela napas, menatap Jimin yang menghembuskan kepulan asap dari mulut dan hidungnya. Gyuri mengulurkan tangan, merebut rokok di tangan Jimin.

Jimin terdiam sejenak, hal seperti ini saja mengingatkannya pada Haneul. Sesak, sakit dada Jimin saat mengingat bahwa Haneul mengkhianatinya.

"Ada masalah?"

Jimin menatap Gyuri yang mematikan rokoknya, membuangnya ke luar jendela. Dengan aroma nikotin dan tembakau yang masih menyengat, Jimin menghela napas.

"Dari awal hidupku udah bermasalah."

Jimin memandang rintik hujan, "Kamu anak baik, bisa-bisanya mau deket gini sama anak nggak baik."

"Ya—karena buat aku, kamu sama aja kayak yang lainnya. Aku ngerti, dasarnya kamu itu anak baik," Tutur Gyuri sembari memandang lekat Jimin.

"Hoi!"

Jimin dan Gyuri sontak menoleh pada suara berat yang masuk ke dalam ruangan. Taehyung yang sejak beberapa hari lalu masih berkabung, kini mendekat ke tempat Gyuri dan Jimin duduk.

"Berduaan aja, kencan nih?"

Taehyung duduk di samping Jimin dan merangkul sahabatnya. Gyuri beserta Jimin menaikkan sebelah alisnya dan berucap bersamaan, "Nggak."

Taehyung menatap keduanya bergantian, "Kompak banget. Bentar lagi jadian jangan-jangan."

Jimin mendengus kesal, menjewer telinga Taehyung kemudian. Taehyung mengaduh, memukul pelan perut Jimin dan melotot. Jimin sendiri menggeleng heran dan kembali menatap Gyuri yang terkekeh.

Gyuri berdiri, "Hujannya udah mau reda. Aku pulang dulu."

"Tunggu dulu bentar, masih gerimis. Aku anter kamu pulang," Ucap Jimin tiba-tiba.

Taehyung memandang keduanya dengan senyum jahil, "Bucin banget."

"Heh, mulut bisa diem nggak?" Kesal Jimin pada Taehyung.

"Daripada mulutmu yang kadang kayak nggak pernah disekolahin," Balas Taehyung.

Kalau bisa, Jimin ingin melempar Taehyung sekarang juga. Sahabatnya ini memang benar-benar menyebalkan.

"Gyuri, kamu kok bisa-bisanya sih mau deket sama dia?" Ucap Taehyung iseng.

Jimin menoleh kesal, menatap Taehyung yang tidak henti-hentinya mengajak Gyuri bicara dan berbicara ngawur. Raut wajah kesal Jimin memudar saat ia melihat senyum Taehyung yang merekah saat bercengkrama dengan Gyuri.

Setidaknya, Taehyung sudah mendapatkan kembali binarnya. Matanya yang menyipit saat tertawa memberi sedikit kelegaan di hati Jimin bahwa Taehyung tidak lagi terpuruk seperti kemarin-kemarin.

"Apa liat-liat? Naksir?" Cecar Taehyung saat mendapati Jimin memandangnya lekat.

Jimin merotasikan bola matanya dan buru-buru menjawab, "Geli. Mending naksirin Gyuri daripada kamu."

Taehyung terkekeh jahil saat memandang wajah cengo Gyuri yang sedikit merona. Rasanya membuat Taehyung ingin menggoda Jimin banyak-banyak nanti saat di rumah.

Jimin mengambil ponselnya yang bergetar, menampilkan nama kontak Haneul. Taehyung melirik ponsel di tangan Jimin, kemudian menatap Jimin.

"Nggak usah diangkat."

Jimin masih terdiam memandang ponselnya yang bergetar, sama sekali tidak melakukan apapun selain memandangnya. Getar ponselnya berhenti, kembali menampilkan lockscreen Jimin.

Namun beberapa saat kemudian, Haneul kembali menghubungi. Jimin meremas ponselnya, seketika bingung harus bagaimana.

"Denger nggak? Jangan diangkat," Taehyung berucap dengan nada rendah saat menyadari perubahan raut wajah Jimin.[]

[]

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Unforgettable ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora