19 - Pusing

2.3K 401 21
                                    

MULUT Gyuri komat-kamit, menghitung jumlah nominal uang pada mesin kasir

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

MULUT Gyuri komat-kamit, menghitung jumlah nominal uang pada mesin kasir. Ia mengangguk, buru-buru menyelesaikan pekerjaannya agar bisa pulang dengan cepat. Gyuri membungkuk, berpamitan pada rekan-rekan kerjanya. Gyuri berjalan menyusuri jalan seraya bersenandung pelan.

Senyum tipis terlukis di wajahnya kala teringat Jimin mengusap kepalanya beberapa hari yang lalu. Sudah hampir satu pekan, sebenarnya. Akan tetapi, Gyuri masih terus memikirkannya. Bisa gila Gyuri lama-lama jika Jimin selalu seperti itu padanya. Ia jadi ingin bertemu Jimin, rasanya mendadak rindu sekali.

Kemudian, senyumnya memudar dan Gyuri mengutuk pikirannya sendiri. Gyuri menatap Jimin yang duduk pada halte di dekatnya seraya merokok.

Demi Tuhan, kenapa pula mereka bisa kebetulan bertemu? Gyuri terdiam di tempatnya, memandang Jimin dari kejauhan.

Jimin tampak memakai jas dan celana kain hitam dengan kemeja putih. Jimin melonggarkan dasinya seraya menghirup asap rokok. Jimin menghembuskan kepulan asap dari mulutnya. Sorot matanya terlihat kosong, Jimin terlihat kacau.

"Jimin!" panggil Gyuri.

Jimin menoleh, menatap Gyuri yang berdiri tidak jauh darinya. Gyuri masih memakai kemeja tempatnya bekerja dengan celana jeans hitam. Jimin tersenyum tipis, melambai pada Gyuri.

Gyuri berjalan mendekati Jimin kemudian duduk di sebelahnya.

"Aku masih ngerokok, nggak papa?"

Gyuri mengangguk. "Nggak masalah. Aku tahan asap rokok."

Jimin tiba-tiba terkekeh. Kepulan asap terhembus dari mulut dan hidungnya. Ia menyisir rambutnya ke belakang seraya bersandar pada halte.

"Kamu tahan asap rokok, tapi kok buang rokokku waktu itu?"

"Nggak suka aja liat kamu ngerokok," jawab Gyuri cepat.

Jimin menoleh, menatap Gyuri yang masih mengenakan seragam kerjanya. "Kenapa sekarang nggak protes atau buang rokokku lagi?"

"Kamu sendiri? Kenapa ngerokok?"

Gyuri balik bertanya. Jimin mengulum bibir seraya berpikir.

"Biar ... nggak pusing? Kalau ngerokok, pusingnya berkurang," jawab Jimin ragu.

Gyuri menghela napas kemudian tersenyum simpul. Ia ulurkan tangannya menyentuh kedua pelipis Jimin. Gyuri memijit pelan pelipis Jimin. "Masih pusing?"

Jimin berkedip cepat, napasnya sempat tertahan. Matanya menatap objek lain, tampak gelisah.

"B-bukan pusing gitu."

Unforgettable ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن