13 - Pembunuhan

2.5K 488 16
                                    


"Aku masih tidak percaya, semuanya terasa seperti mimpi."BTS'S BUTTERFLY

SEPULANG dari rumah ayah dan istri barunya, Jimin yang masih jengkel dengan peringai istri baru ayahnya langsung mengarahkan laju motornya ke sauna

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

SEPULANG dari rumah ayah dan istri barunya, Jimin yang masih jengkel dengan peringai istri baru ayahnya langsung mengarahkan laju motornya ke sauna. Ia sudah cukup pusing mengenai Haneul dan pertengkarannya dengan ibu. Jimin tidak tahu lagi harus menginap di mana.

Seharian di sauna Jimin habiskan untuk berendam di pemandian air hangat, makan, tidur, dan berjalan-jalan di sekitar sauna untuk menyegarkan mata. Kartu kreditnya masih belum diblokir dan ia masih bisa menggunakannya sesuka hati. Ia masih bersyukur bahwa ibu tidak sejahat itu setelah mengusirnya dari rumah.

Jimin yang sedang memakan cemilan di ruang khusus sauna dengan temperatur hangat menoleh saat mendapati ponselnya berdering. Ia menjeda sesi makannya dan menatap layar ponsel.

Ibu menghubunginya.

Jimin menelan cemilan yang ia kunyah dan matanya terpaku menatap layar ponsel. Cukup lama Jimin menimbang-nimbang mengangkat panggilannya atau tidak. Dering ponselnya terhenti kemudian beberapa saat ponsel di tangan Jimin kembali berdering. Jimin menghela napas, terpaksa mengangkatnya.

"Halo?"

"Pulang."

Dahi Jimin mengernyit tidak suka. Ibunya sendiri yang berkata padanya untuk pergi dari rumah dan mengusirnya, namun beliau sendiri yang memintanya untuk pulang.

"Nanti ibu pusing kalau aku pulang. Mending nggak usah pulang daripada ibu terus banding-bandingin aku sama Taehyung anak ibu itu."

Jimin meletakkan cemilannya, kehilangan mood untuk makan.

"Pulang, Jimin. Ngerti nggak sih?"

"Nggak. Ibu aja nggak mau ngerti aku."

"Kakak perempuan Taehyung dan ibu kandungnya meninggal. Pulang, sekarang."

_____

Usai mendengar jika Taeri-kakak perempuan Taehyung meninggal, Jimin buru-buru keluar dari sauna dan mengendarai motornya pulang ke rumah. Jimin sangat mengenal Taeri dengan baik. Mereka kerap kali bertemu di rumah Taehyung saat Jimin berkunjung. Jimin juga terkadang bercerita tentang keluarganya pada kakak Taehyung dan selalu mendapat saran serta pundak yang nyaman.

Meski tidak begitu dekat, namun Jimin juga menyayangi Taeri sama seperti ia menyayangi Taehyung sebagai sahabatnya.

"Apa-apaan," Jimin memandang tidak percaya sebuah foto yang ditunjukkan pihak kepolisian begitu Jimin sampai di rumah. Rumahnya dipenuhi oleh orang-orang berseragam polisi yang duduk di ruang tamu. Taehyung menangis tersedu-sedu di sana sembari direngkuh oleh ibu Jimin.

"Kedua korban ditemukan tewas terbunuh kemarin di dalam rumah."

Jimin menahan napasnya saat kembali melihat kedua lembar foto di tangannya. Ia menutup matanya sejenak, enggan melihat lebih detail foto ibu Taehyung dan Taeri yang berdarah-darah.

"Kami sedang menyelidiki pembunuhnya. Apa mungkin anggota keluarganya tahu sesuatu tentang siapa yang terakhir kali berinteraksi dengan korban?"

Jimin menoleh, menatap Taehyung di sampingnya yang masih terisak-isak. Taehyung menggeleng pelan, "Kakak nggak kontak aku sama sekali."

Air mata taehyung masih berderai dan ibu juga masih merangkul Taehyung untuk menenangkan. Taehyung mengambil napas mencoba berbicara semampunya, "Tapi, pacar kakak memang sering main kerumah dari dulu."

Jimin masih tidak bergeming bahkan sampai polisi berpamitan pulang dan menyisakan Taehyung yang masih tergugu. Ayah Taehyung masih bekerja sementara ibu kini menyibukkan diri di ruang tengah untuk menghubungi ayah Taehyung, calon suaminya.

Taehyung menghela napas dengan bahu bergetar dan air mata yang masih mengalir.

"Bisa peluk aku sebentar?"

Jimin masih terdiam di tempatnya. Ingin memeluk Taehyung, namun canggung sekali rasanya. Jimin masih kesal perihal Taehyung yang selalu ibu bangga-banggakan. Jimin menatap Taehyung rumit, tidak segera memeluk Taehyung.

Taehyung menoleh dengan gurat luka di matanya. Air matanya meluruh.

"Kenapa, sih?"

"Kenapa harus menjauh, Jimin? Aku butuh kamu. Ngerti nggak sih, sialan."

Taehyung mengatur napasnya, mencoba sekuat tenaga menahan air matanya. Jimin mengepalkan tangannya, dadanya sesak saat melihat Taehyung seperti ini.

"Oke. Aku minta maaf kalau misal ibu selalu banding-bandingin kamu sama aku. Aku juga nggak suka ibu kamu bilang gitu. Aku nggak enak sama kamu ... aku—" Suara Taehyung tercekat, "Terserah. Keras kepala banget, yang sedih nggak cuma kamu di sini."

Jimin sontak menarik tangan Taehyung dan membawanya dalam dekapannya dengan dada yang sesak. Tangis Taehyung pecah di dekapan Jimin, "Aku nggak minta keluargaku balik kayak dulu. Aku cuma minta ibu sama kakak tetep hidup, Jimin."

Air mata Jimin merebak, ia menarik napasnya berat dan menghelanya kasar. Jimin mengusap punggung Taehyung, memberinya ketenangan. Tangis Taehyung semakin kencang begitu Jimin menepuk-nepuk punggungnya.

"Maaf," Lirih Jimin.

Taehyung membenamkan wajahnya pada bahu Jimin sementara Jimin pun kini sudah berderai air mata. Persetan dengan pepatah bahwa lelaki tidak boleh menangis.[]

______

Aduh, kenapa ya demen banget giniin Taehyung.

Unforgettable ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora