12 - Apartemen

2.3K 466 17
                                    

Halo. Menunggu work ini?

_____

"Dunia adalah nama lain untuk keputus-asaan."-RM's Reflection.

SETIDAKNYA, Jimin beruntung bahwa ibu tidak memblokir akses kartu kreditnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SETIDAKNYA, Jimin beruntung bahwa ibu tidak memblokir akses kartu kreditnya. Bisa-bisa Jimin menjadi gelandangan kalau sampai kartu kreditnya dicabut.

"Jimin! Jangan ngaco, kamu nggak bakal di drop out 'kan?"

Jimin duduk di pinggir motornya dengan ponsel yang ia tempelkan di telinganya. Suara Gyuri menggelegar dalam panggilan telepon yang sedang berlangsung. Jimin masih berada di parkiran rumah sakit.

"Nggak," Jimin menjeda sejenak ucapannya, "Nggak tahu."

"Lagian kamu ngapain sih mukul kak Seokjin terang-terangan?"

Jimin menghela napas. Ia pikir Gyuri menghubunginya untuk menyemangati atau sekedar berbincang ringan. Jimin makin lelah mendengar omelan Gyuri yang tiada habisnya.

"Udah, ah. Aku tutup nih."

"Eits!"

"Apalagi?"

"Udah ya, jangan berantem lagi."

Dada Jimin mendadak berdesir hangat kala Gyuri berucap lembut. Ia berdehem, kemudian mengangguk mengiyakan padahal Gyuri tidak bisa melihatnya. Merasa melakukan hal bodoh, Jimin pun langsung menjawab Gyuri dengan gugup, "I-iya."

Gyuri memutus panggilan setelah itu dan menyisakan Jimin yang kini menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir. Jimin menaiki motornya, kemudian mengendarainya. Setelah beberapa menit mengendarai motor tanpa tahu tujuan, Jimin menghentikan motornya di dekat sekolah adiknya.

Jemput? Tidak? Jemput? Tidak?

Rasanya Jimin ingin memaki dirinya sendiri karena mendadak labil seperti ini. Tempo hari saat bertengkar dengan Jihyun, Jimin rasanya sangat membenci Jihyun. Namun, kali ini Jimin mendadak khawatir, Jihyun masih adik satu-satunya.

Mungkin ada baiknya jika ia meminta maaf atas pukulannya kemarin.

Jimin memarkir motor, kemudian berdiri di sampingnya dengan helm yang masih terpasang. Sekolah Jihyun sudah sepi dan ia hanya seorang diri di parkiran sekolah. Jimin membuka helmnya dan menekan tombol panggil pada kontak Jihyun.

"Jihyun? Udah pulang sek-"

Suara Jimin tercekat kala ia mendengar suara rintihan saat Jihyun mengangkat teleponnya. Jimin menjauhkan ponselnya, memastikan bahwa ia tidak salah nomor.

Jimin menempelkan ponselnya lagi, "Jihyun?"

Jimin memainkan jemarinya gugup saat mendengar suara makian adiknya diseberang sana.

Unforgettable ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang