TIGA

1.8K 314 21
                                    

.

.

.

.

.

Kalau kemarin Yoongi bertanya-tanya ini sekolah macam apa, sekarang ia sudah pasrah saat melihat seorang guru mata pelajaran sejarahnya duduk santai di depan kelas sambil menghisap rokok.

Ia tadi memerintahkan anak-anak untuk mengisi Lembar Kerja Siswa, tapi tak satu pun repot-repot membawanya. Yoongi menatap sekeliling, menatap teman-teman sekelasnya yang tampak sudah begitu terbiasa dengan keadaan ini dan sibuk dengan aktifitas masing-masing. Itu pun hanya sebagian dari yang kemarin, karena sebagian lagi, yaitu gengnya Jimin, entah ada dimana.

Yoongi menatap daftar pelajaran yang diberikan Jungkook kemarin, lalu meliriknya yang sedang tampak serius menulis. Yoongi lantas mengernyitkan dahi. Kenapa ada anak senormal Jungkook di sekolah semacam ini?

Saat Yoongi mengalihkan matanya dari Jungkook, ia malah menatap tatapan sinis Nayoon. Yoongi meneguk ludah. Kalau saja ada sinar laser yang bisa memancar dari mata anak perempuan itu, Yoongi pasti sudah gosong dari kemarin. Tahu-tahu bel berdering, tanda istirahat.

Kalau bisa jujur, Yoongi sangat tidak menyukai jam-jam istirahat. Tapa ia sadari, tangannya mulai berkeringat dingin. Yoongi mendadak teringat jam istirahat saat ia berada di sekolahnya dulu. Yoongi tidak sadar kalau Jungkook meliriknya sebelum akhirnya menghilang di balik pintu bersama buku-bukunya.

Yoongi melirik jam tangan. Jam istirahat ini akan berlangsung selama setengah jam. Itu juga berarti Yoongi akan berada setengah jam penuh penyiksaan. Baru ketika Yoongi memutuskan untuk tetap berada di kelas, Nayoon menghampirinya bersama dengan anak perempuan lain. Tangan mereka terlipat di depan dada.

"hei, anak baru! Kau bisa saja dari Amerika." kata Nayoon dingin, membuat Yoongi teringat akan hal-hal yang tidak ingin diingatnya. "Tapi aku jauh lebih cantik darimu. Jadi jangan harap kau bisa merayu Jim... HEII !!"

Yoongi tidak mendengar sisa kalimat Nayoon, karena ia sekarang sudah berlari keluar kelas. Seluruh tubuhnya dibanjiri keringat dingin. Yoongi berhenti di sebuah koridor, lalu terduduk dengan terengah. Yoongi lantas mendekap mulut, menahan mual yang menggelegak ingin tumpah dari mulutnya. Ia tidak ingin semua terulang lagi. Ia sudah berusaha berubah. Ia tidak ingin semua terulang lagi.

.

.

.

.

.

Yoongi berjalan tak tentu arah. Ia tak ingin kembali lagi ke kelas dan bertemu Nayoon. Ia hanya ingin kedamaian, walaupun hanya beberapa menit saja. Mendadak langkah Yoongi berhenti saat melihat pemandangan di depannya. Jimin dan beberapa anak laki-laki lain di kelasnya tampak sedang berkumpul di bawah pohon besar yang rindang, sementara di depan mereka beberapa anak laki-laki lain berbaris rapi di bawah terik matahari.

"Siapapun yang berani melawan bos, harus merasakan akibatnya," seru Bogum. Jimin sendiri tampak duduk santai di bawah pohon sambil mengelus tongkat baseball kebesarannya.

"Jadi kalau kalian semua tidak ada yang mau mengakui siapa yang make di WC kemaren, kalian gak bisa pulang hari ini," Barisan itu terdiam, tak satupun berani melihat ke depan.

Bogum kemudian mendekati salah satu anak laki-laki yang berdiri di barisan depan. "Kau kan, yang make?" bentaknya, membuat anak itu menggeleng buru-buru. Bogum meraih kerah kemeja anak itu, lalu menariknya hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa centi. "KAU KAN!!"

Detik berikutnya, bogem mentah Bogum melayang dan mendarat di pelipis kanan anak itu sehingga ia terpelanting ke tanah. Yoongi memekik kaget dari tempatnya berdiri, lalu menatap Jimin yang tampak bergeming. Nampaknya ia tak peduli, atau justru menikmati pertunjukan barusan. Mendadak Jimin bangkit dan mendekati anak itu sambil menenteng tongkat baseball-nya.

OUR STORY [MinYoon-KookV] ✅Where stories live. Discover now