DUA PULUH EMPAT

1.4K 255 21
                                    

.

.

.

.

.

Satu detik berlalu. Dua detik. Tiga detik. "SERAAAAAAAANG!!!!!!!!!" seru pemimpin itu, membuat jantung Jimin terasa mencelos. Apa yang terjadi selanjutnya persis dengan apa yang ia lihat di film.

Gerombolan besar laki-laki dengan adrenalin mengalir keras berlari sekuat tenaga ke arahnya. Lalu tanpa ampun, mereka mulai memukul apa pun yang mereka lihat secara membabi buta. Jimin dan teman-temannya dengan segera menyebar, membuat gerombolan itu terbagi-bagi. Jimin bisa mendengar jeritan anak-anak perempuan di kejauhan, tapi ia sudah di kepung lima orang sekaligus.

Jimin bisa menghabisinya dalam sekali-dua kali pukulan, lalu membanting seseorang yang sedang berusaha memukul Hoseok dengan gelondongan kayu. Apa yang terjadi di sekitanya berlangsung cepat. Tariakan, jeritan, erangan, semua bercampur menjadi satu. Hampir semua berseragam sepertinya. Jimin sampai kesulitan membedakan mana teman dan mana lawannya. Di kejauhan ia bisa melihat Jungkook menghabisi tiga orang sekaligus. Tahu-tahu, Jimin merasakan sesuatu menghantam kepalanya. Jimin mengusap kulit kepalanya, lalu mengernyit saat melihat darah di telapak tangannya.

Ia berbalik, lalu metanya melebar saat melihat beberapa laki-laki mulai melempar batu seukuran kepalan tangan dari ujung lapangan. Beberapa batu malah sampai ke arah murid perempuan serta Yoongi yang segera berlindung dengan tas masing-masing. Jimin berlari sekuat tenaga kearah para pelempar batu, lalu menghabisi satu per satu. Saat Jimin sedang menginjak tangan salah satu pelempar, ia menyadari kalau sekarang ia sudah dikepung. Jimin mengangkat kepala, lalu menatap ke sekelilingnya nanar.

Empat ketua geng termasuk Namjoon sudah mengelilinginya dengan senyum licik. Jimin berdecak. Mereka sengaja melempar batu agar Jimin terpisah jauh dari kelompoknya.

"Oke. aku akan meladeni kalian semua," Jimin mengayun-ayunkan tongkat baseball-nya. "Mulai dari siapa?"

"Pertama, kau perlu melihat ini dulu," jawab salah satu dari mereka sambil mengendikkan dagu ke arah ceruk. Jimin mengernyit, tapi mengikuti arah pandangannya juga. Lutut Jimin serasa lemas saat melihat apa yang dilihatnya. Sekitar dua puluh lagi laki-laki bertampang preman muncul dari sana, dengan persenjataan yang sama. Mereka segera berlari penuh semangat kearah dimana anak-anak perempuan serta pemuda lainnya dan para guru yang segera masuk ke dalam gedung sekolah untuk berlindung. Yoongi.. Yoongi ada disana!

Jimin melangkah, bermaksud untuk mencegah gerombolan itu, tapi dadanya di tahan oleh balok kayu. Namjoon menggoyang-goyangkan jari telunjuknya. "Urusan mu di sini," katanya susah payah, membuat Jimin menatap nanar ke arah sekolahnya yang luar biasa kacau.

"JUNGKOOK!" seru Jimin sekuat tenaga, membuat Jungkook yang sedang menolong Bogum menoleh. Jungkook menatap Jimin bingung, lalu segera menyadari apa yang terjadi. Ia segera melesat ke arah gedung sekolah. "kau sudah hancur, Park Jimin," gumam Namjoon susah payah, membuat Jimin kembali menatapnya. "Masa kejayaan mu sudah hancur. Akibat kesombongan mu."

"Jangan banyak omong, Namjoon. Mau ku buat tidak bisa bicara untuk selamanya?" balas Jimin geram. "akan ku kabulkan sekarang juga!." Jimin mengayunkan tongkat, tapi sebelum ia sempat mendaratkannya ke kepala Namjoon, rasa perih luar biasa menyayat lengan kirinya. Jimin lantas melotot saat mendapati salah satu ketua geng itu sudah memegang belati. Jimin manatap lengan kirinya yang sudah berlumur darah dan berdenyut menyakitkan.

Jimin bisa tahu seberapa dalam luka itu saat merasa tangannya gemetar dan mulai mati rasa. Jimin menatap tajam ketua geng itu yang sudah meludah.

"ternyata hanya sebatas ini kemampuanmu hah," katanya mengejek. "Kalau seperti ini aku tidak perlu susah-susah mengundangmu. kau sama sekali bukan ancaman. Kau hanya sampah." Empat laki-laki itu mulai terkekeh, dan Jimin mengambil waktu itu untuk mencari tahu keadaan sekolahnya. Gerombolan itu sudah berhasil menguasai sekolahnya. Semua anak, para guru, dan pengawas sudah terkepung di tengah lapangan, di permainkan dan dipukuli. Jungkook dan teman-temannya masih berusaha melawan, tapi di mata Jimin, mereka sudah kalah telak.

OUR STORY [MinYoon-KookV] ✅Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt