LIMA BELAS

1.3K 272 33
                                    

.

.

.

.

.

Jungkook menatap Taehyung yang tengah sibuk memoles mata kucing cantik itu di depannya, tak habis pikir. Sudah setengah jam berlalu, tapi pemuda cantik itu belum selesai juga. Jungkook lantas melirik Yoongi yang sebaliknya, berwajah polos tanpa ada tempelan apa pun.

"Apa kau harus melukis wajahmu begitu lama?" tanya Jungkook akhirnya, tak tahan untuk bertanya.

"tentu saja," jawab Taehyung sekenanya sambil menambahkan mascara. Jungkook menatapnya ngeri, takut matanya tertusuk batang berbulu itu.

"Sepertinya lebih bagus tidak usah dandan deh," komentar Jungkook membuat gerakan tangan Taehyung terhenti sesaat, lalu kembali menyapu bulu matanya.

"Iya, aku juga setuju dengan Jungkook," timpal Yoongi yang sudah mengalihkan pandangan dari buku yang sedang dibacanya. "Taehyung lebih cantik kalau tidak dandan."

"Aduh sudahlah, kau tidak perlu ikut-ikutan komentar, Yoongi." tukas Taehyung galak, membuat Yoongi mengerut dan kembali membaca. Taehyung lantas mengingat sesuatu. "Kau... bagaimana dengan Jimin ? aku tadi lihat dia tidak mengacuhkanmu."

Jungkook menatap datar Taehyung yang segera kembali sibuk dengan wajahnya. Jungkook lalu melirik Yoongi yang menerawang. Gara-gara menandatangani petisi, sekarang Yoongi tampak sedih begitu.

"Ngomong-ngomong," kata Taehyung, membuat Jungkook dan Yoongi menatapnya. "Tidak ada yang datang ya." Jungkook dan Yoongi menatap sekeliling ruang kelas yang ksong. Siang ini, harusnya mereka mereka sudah mulai belajar bersama. Tadi pagi Jungkook sudah mengumumkan, bahkan menulisnya besar-besar di papan tulis. Tapi nampaknya tak ada satu pun yang berminat, mereka tak bisa ikut karena ancaman Jimin.

"sudah aku duga sih," kata Jungkook. "Selama Jimin belum ikut, sepertinya tidak ada satu pun yang akan ikut." Taehyung melirik Yoongi yang kembali terkulai lemas. Ia menghela napas, lantas teringat sesuatu. Ia melirik jam tangan dan segera membereskan peralatan komestiknya.

"ahh, maaf sekali, Kook, Yoongi, tapi aku harus pergi sekarang," Taehyung buru-buru bangkit dan menyambar tasnya. "Besok-besok kalau aku tidak sibuk, aku pasti ikutan."

"Tunggu, Taehyung," sahut Jungkook, tapi Taehyung sudah berlari ke pintu.

"Kesempata emas, Kook! Jangan disia-siakan!" seru Taehyung dari pintu, lalu melambai dan segera menghilang. Jungkook berdecak, lalu melirik Yoongi yang tampak bingung.

"Kesempatan apa sih, Kook?" tanyanya, membuat Jungkook salah tingkah. "Ah, tidak, itu... Bisa-bisanya si Taehyung saja," Jungkook segera mengambil buku sejarah dan pura-pura sibuk. Yoongi mnegangguk-angguk, lalu kembali membaca. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Dan rasa-rasanya ia tahu apa.

.

.

.

.

.

Jungkook menatap pintu ruang OSIS yang terbuka dari kursi kebesarannya. Ia melirik jam tangannya 07:24. Sebentar lagi anak itu pasti akan muncul. Benar saja. Tak lama kemudian, Taehyung muncul di sana dengan cengirannya yang biasa. Ia melompat masuk, lalu segera menarik kursi ke depan Jungkook dan duduk di sana. Jungkook sendiri hanya menatapnya sambil bersandar. Taehyung baru akan mengambil pensil mekanik Jungkook untuk dimainkan saat menyadari kalau Jungkook memperhatikannya. Taehyung balas menatapnya bingung.

"Apa?" tanyanya.

"Kau dibayar berapa?" tanya Jungkook tiba-tiba, membuat Taehyung melongo.

"kenapa?" Jungkook mengedikkan bahu.

OUR STORY [MinYoon-KookV] ✅Where stories live. Discover now