DUA PULUH SATU

1.3K 266 22
                                    

.

.

.

.

.

"Jungkook?" Taehyung melongo saat melihat siapa yang ada di balik pintu rumahnya. Tadi saat ia sedang membantu ibunya mengaduk adonan kue, terdengar pintu diketuk. Dan Taehyung sama sekali tidak menyangka Jungkook yang datang ke rumahnya malam-malam begini. Jungkook tak menjawab. Ia hanya menatap Taehyung nanar, seluruh kata-katanya berhenti di tenggorokan. Jungkook merasa, jika ia mulai bicara, maka air matanya akan tumpah saat itu juga. Taehyung menatap Jungkook bingung, lalu menyadari bahwa Jungkook masih menggunakan seragam sekolah.

Apa pun masalah Jungkook, pasti sangat berat. Jungkook tak pernah terlihat sekacau ini sebelumnya. Taehyung meraih lengan Jungkook, lalu membawanya masuk dan membuatnya duduk di sofa. Taehyung bisa melihat kalau Jungkook bergetar, dan ia yakin itu bukan karena dinginnya malam. Taehyung lantas duduk di sampingnya dan menatapnya yang masih menerawang.

Taehyung menggigit bibir. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan atau dikatakan dalam situasi seperti ini. Sebenarnya ia sangat ingin memeluk Jungkook, tapi ia tidak tahu, ia tidak berhak. Ia sebisa mungkin ingin menjaga jarak dengan anak laki-laki itu. Taehyung mencoba mengulurkan tangan, tapi segera terhenti di udara. Ia tidak yakin mau melakukan apa. Setelah berpikir beberapa saat, Taehyung meletakkan tangannya di bahu Jungkook dengan hati-hati. Jungkook menoleh, lalu menatap Taehyung.

Jungkook tidak tahu apa yang membuat dirinya ingin bertemu pemuda cantik ini. Jungkook tidak tahu apa yang membuat kakinya melangkah ke rumah ini. Jungkook tidak tahu apa pun lagi. Ia hanya ingin seseorang di sampingnya.

"aku..." Jungkook tercekat. Dadanya terasa sesak. Kepalanya terasa sakit. Ia sama sekali tak bisa bernafas. Pada akhirnya, Jungkook terisak tanpa mampu mengatakan apa pun. Air matanya yang ditahan bertahun-tahun, akhirnya bisa mengalir keluar. Air mata yang sepertinya tidak akan ada habisnya. Taehyung menatap Jungkook sedih. Ia tidak tahu apa persisnya masalah Jungkook, tapi ia bisa ikut merasakan kepedihan hatinya. Taehyung sendiri bisa merasakan air mata mulai merebak di matanya. Bahu Jungkook sekarang sudah berguncang. Ia tertunduk, menjambak rambut dengan kedua tangan, dan membiarkan air matanya jatuh ke lantai. Taehyung tak dapat melakukan apa pun selain mengusap punggung anak itu pelan.

Taehyung mendapati ibunya sedang menatap mereka dari balik buffet. Ibunya tampak tersenyum, lalu mengangguk. Taehyung tidak tahu apa artinya, tapi ibunya sudah keburu kembali ke dalam. Selama beberapa menit, Taehyung membiarkan Jungkook menangis. Pada saat ia sudah sedikit tenang, Taehyung mengulurkan sekotak tisu. Jungkook mengambilnya tanpa semangat, lalu menyeka air matanya.

"Udah sedikit lega?" tanya Taehyung akhirnya. Jungkook menyedot hidung, lalu mengangguk. Ia tahu, tampangnya sekarang pasti sangat menyedihkan untuk dilihat. Taehyung mengangguk-angguk, lalu kembali terdiam. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Ia ingin bertanya, tapi takut mencampuri urusannya. Ingin menghibur, tapi tidak tahu harus bagaimana.

"kau... tidak ada manis-manisnya ya untuk ukuran seorang pemuda cantik," kata Jungkook dengan suara serak, membuat Taehyung menoleh dengan dahi berkerut. Jungkook meliriknya dengan mata sembap. "kau tidak mau tanya ada apa?"

Taehyung menatap Jungkook untuk beberapa saat. "Ada apa?" Jungkook mendengus. Ia mengambil beberapa tisu lagi, lalu membersit hidung. Ia sudah menduga Taehyung akan membuatnya dingin seperti biasa, tapi mengapa hari ini ia ingin agar Taehyung memperhatikannya.

"Kalau kau memaksa, baru aku cerita," kata Jungkook lagi, membuat Taehyung semakin mengernyit.

"kau... Jungkook kan ya?" tanya Taehyung takut-takut, bermaksud menggeser posisi duduknya. Tapi tanpa ia duga, Jungkook meraih tangannya, mencegahnya untuk beranjak.

OUR STORY [MinYoon-KookV] ✅Where stories live. Discover now