Janji 17 - Menonton Live FTV

35.9K 4.1K 410
                                    

Agil menghampiri meja Nirma saat istirahat, bersama dengan Damar dan Fataya. Mereka berempat maju urutan ke empat, saat presentasi Geografi pagi tadi. Bu Dias, guru Geografi mereka memberikan respons baik, karena kekompakan mereka berempat dalam menyajikan materi, patut diacungi jempol.

Seperti biasa, saat presentasi ada saja tingkah teman-teman mereka. Mulai dari yang bicara sendiri, pura-pura mencatat biar dikira memperhatikan, dan tipe-tipe cari perhatian guru, yang menyebalkan. Tipe cari perhatian yang dimaksud adalah, murid yang sebenarnya sudah tahu jawaban dari pertanyaan yang ia ajukan, tapi sengaja mengetes teman yang sedang presentasi di depan.

Agil hampir saja mengeluarkan tanduk, tatkala Bayu yang entah untuk kesekian kalinya bertanya, pertanyaan yang sebenarnya sudah jelas ada di slide presentasi, dengan alasan belum terlalu paham. Sebenarnya, setiap kelompok mendapat jatah untuk menjawab enam pertanyaan, yang dibagi menjadi dua termin. Namun, karena waktu mereka masih cukup, Bu Dias memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk kembali bertanya. Hal ini sepertinya dimanfaatkan Bayu untuk menyerang Agil, yang diperkirakan akan menggeser posisinya sebagai ketua kelas.

Untung saja, Nirma memberi kode pada Agil agar meladeni pertanyaan dari Bayu, dan Nirma pun memberi tambahan jawaban dengan sedikit memberikan sindiran bahwa Bayu kurang memperhatikan presentasi.

Damar dan Fataya mati-matian menahan diri agar tidak menyeringai terlampau lebar saat Bu Dias memberikan applause meriah untuk kelompok mereka. Agil menoleh ke arah Nirma, dan mengucapkan 'Thanks' pelan dengan senyuman lebar. Nirma mengangguk seraya tersenyum, menanggapi ketua kelompoknya yang tadi sempat hampir kehilangan kontrol diri.

"Ke Pak Jamil yuk, Nir. Gue traktir," tukas Agil pada Nirma yang tengah mencari dompetnya dalam tas.

"Enak aja. Nirma mau makan sama gue kali," seloroh Alya seakan takut sahabat terbaiknya direbut paksa.

"Ikut aja sekalian, Al. Dibayarin Agil ini." Fataya berusaha menengahi Agil dan Alya yang tampak seperti anak kecil berebut mainan.

Agil buru-buru membuka dompetnya, dan mengecek sesuatu. "Ya udah. Tapi, buat lo, gue cuma bayarin es tehnya, baksonya lo bayar sendiri."

Alya mendengkus kesal membuat Damar ikut berseloroh, "Bukannya lo bilang, azabnya orang pelit itu jodohnya on the way melulu, Gil?"

Agil tersentak dan langsung berubah pikiran, hanya karena Damar mengingatkannya pada teori ngawur yang cowok itu sering ucapkan sendiri. "Lo berempat boleh makan sepuasnya."

Nirma menggeleng keras. "Enggak usah. Gue sama Alya bayar sendiri aja." Nirma yakin sekali sempat melihat wajah kecewa Agil. "Lagian, utang gue yang waktu di kedai gelato aja belum gue bayar. Lo sendiri yang bilang, enggak ada yang gratis. Pipis aja –"

"Lo bilang apa? Kedai gelato? Sama Agil?" Pertanyaan Alya membuat Nirma ingin menapuk mulutnya sendiri, yang kadang bicara tanpa dipikir dulu. Agil sendiri tampak tak enak dengan Nirma, yang kini seolah memohon pertolongan padanya. Sedangkan Fataya dan Damar saling mengerling sebelum akhirnya berseloroh 'cie-cie', hingga menarik perhatian beberapa temannya.

"Jangan-jangan waktu lo bilang waktu mau nganterin Nirma pulang itu, Gil?" tanya Fataya penuh kekepoan.

Damar ikut mengangguk antusias. "Parah lo! Bilangnya mau cepet-cepet nganter Nirma sebelum tutornya marah. Ternyata malah mampir kencan!"

"Nirma yang minta, gue cuma nurutin aja." Ucapan Agil membuat Nirma ingin menoyor cowok itu seketika.

Berdecak kesal, Nirma berujar, "Lo-nya yang maksa terus mau nganterin gue pulang! Gue kan, lagi males pulang!"

JANJI [Completed]Where stories live. Discover now