Janji 30 - Rencana yang (Tak) Matang

35.7K 3.9K 365
                                    

Pagi-pagi sekali Jendra sudah berada di depan pintu rumah Nirma. Ia menekan bel di samping pintu rumah gadis itu dengan sedikit perasaan waswas. Pasti Nirma bingung dengan kedatangannya sepagi ini. Tentu saja Jendra sudah menyiapkan alasan yang masuk akal baginya, yaitu mengambil helm milik Dion.

Dengan memberikan alasan yang meyakinkan, Jendra akan menawarkan berangkat bersama. Dengan begini, Nessa tak akan meragukan lagi hubungannya dengan Nirma. Ia melakukan hal ini, semata-mata untuk kebaikan mereka berdua.

Jendra sedikit menerbitkan senyumannya berharap rencana akan berjalan lancar, hingga Nirma tak mengiranya sedang melancarkan modus kacangan. Sayang, senyuman itu perlahan pudar dan berganti dengan wajah panik, saat melihat seseorang yang membukakan pintu untuknya, tidak masuk dalam rencana yang sudah ia susun dengan matang.

Giri ada di hadapannya dengan wajah penuh keheranan.

"Anu, Kak. Anu ... kotak bekal!" serunya terlampau lantang, saat akhirnya menemukan alasan yang masuk akal. Padahal Giri belum bertanya apa-apa. Ia terbiasa bersama Nirma berdua saja di rumah gadis itu, hingga melupakan kehadiran pelatih, sekaligus kakak Nirma. Untung saja, ia sudah menyiapkan rencana lain jika Nirma tampak tak yakin dengan alasannya yang pertama.

"Jendra? Pagi banget ke sini. Kotak bekal apa maksudnya?" tanya Giri tanpa bisa menyembunyikan kebingungannya.

"Iya, Kak. Dari Nirma kotak bekal mau saya balikin." Entah apa yang terjadi pada mulutnya hingga susunan kata yang ia ucapkan menjadi berantakan seperti ini.

Giri tersenyum kecil dan mempersilakan anak didiknya itu masuk. "Yuk, masuk dulu." Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Jendra mengekori Giri masuk ke dalam rumah yang sudah sering ia datangi selama lebih dari dua bulan ini. "Pagi-pagi ke sini, kamu udah sarapan belum?"

Belum sampai Jendra menjawab, pekikan lantang Nirma, mengagetkan mereka berdua. Giri pun memberi kode pada Jendra untuk mengikutinya masuk lebih jauh.

"Mas Giri! Kalau naruh boxer yang bener dong! Gue jadiin keset nih kalau naruh boxer kotor sembarang lagi!"

Jendra melihat Nirma memungut pakaian kotor kakaknya dan memasukkannya ke dalam keranjang pakaian dekat mesin cuci. Sejurus kemudian, gadis itu kembali ke dapur dan menuangkan nasi goreng ke dalam tempat nasi yang terbuat dari kaca. Gadis itu belum sadar telah diperhatikan dua laki-laki dari tadi.

"Mas, acarnya−" Ucapan Nirma terhenti, saat ia berbalik dan mendapati Jendra dan Giri berdiri tak jauh darinya. "Itu ... itu ... Kak Jendra." Nirma yang masih memegang spatula, hanya menunjuk ke arah Jendra dan berujar dengan suara terbata.

"Kalian berdua kenapa sih? Sama-sama gagap," ujar Giri seraya menarik salah satu kursi meja makan, dan mempersilakan Jendra untuk duduk. "Ambilin piring satu lagi, Jendra ikut sarapan bareng kita," titahnya pada Nirma.

"Udah, Kak. Saya udah sarapan. Saya cuma mau balikin kotak bekal." Jendra yang sudah bisa mengendalikan dirinya, berusaha untuk bersikap sekasual mungkin.

Nirma yang kini ikut duduk bersama mereka, memandang Jendra keheranan. "Bisa dibalikin kapan-kapan kali, Kak. Enggak usah sampai dianter ke rumah juga."

"Perut kamu aman kan, Jen? Sabtu nanti seleksi akhir loh. Jangan sampai makanan dari Nirma bikin kamu sakit." Giri mengucapkan kalimat itu dengan wajah serius, membuat Nirma berdiri dan menggebuk kakaknya berkali-kali.

"Enak kok, Kak. Temen-temen yang lain juga bilang enak." Pujian Jendra membuat Nirma menghentikan gebukan pada kakaknya.

"Serius?" tanyanya yang dijawab Jendra dengan anggukan. "Kapan-kapan gue bikinin lagi deh, Kak."

JANJI [Completed]Where stories live. Discover now