PART 7

1.9K 127 92
                                    

Mobil Agam akhirnya sampai didepan villa, sesuai dengan alamat yang dikirimkan Dina pada Agam sesaat setelah Flora tertidur tadi. Agam sengaja meminta pada Dina agar tak mengganggu tidur Flora hanya untuk menunjukkan alamatnya. Mang Karta yang sudah menunggu langsung mendekati mobil, tersenyum kearah Agam yang sedang membantu bi Siti menurunkan barang-barang dari bagasi. Setelah selesai, Agam membuka pintu mobil dan melihat Flora masih tertidur.

"Flo. Bangun, Flo. Kita udah sampe."

Perlahan Flora membuka mata dan melihat Agam sudah tersenyum canggung berdiri disamping. Flora menatap dirinya sendiri dan melihat jaket Agam masih menempel ditubuhnya. Ia melempar jaket itu kearah Agam seraya mendorong pelan tubuh tegap itu agar memberinya jalan dan berlalu begitu saja tanpa suara. Agam hanya menghela nafas dalam sebelum menutup pintu mobil. Ia ambil belanjaannya tadi lalu mengikuti Flora memasuki villa.

"Ini aku beliin buat kamu, Flo." Agam meletakkan belanjaannya ke meja makan yang letaknya bersebelahan dengan ruang keluarga.

"Itu apa?"

"Ini ada buah-buahan dan susu buat ibu hamil. Tapi aku nggak tau kamu suka rasa apa, jadi aku beli beberapa macam rasa, nanti kamu minum ya?" Agam mengeluarkannya satu persatu dari dalam plastik.

"Nanti kalau sempet."

"Harus kamu sempetin, Flo. Biar bayinya sehat."

Braakk

Flora yang sedang meneguk air putih langsung meletakkan gelasnya ke meja dengan kasar dan membuat Agam tersentak. Ia tatap tajam pria didepannya dan membuat Agam meneguk salivanya dalam. Sepertinya sadar dia sudah salah bicara.

"Kamu itu ngelunjak ya, Gam. Kamu minta aku pertahanin anak ini, oke aku turutin. Kamu minta antar aku kesini, oke aku ijinin. Dan sekarang lagi-lagi kamu minta aku nurutin kemauan kamu? Kamu maksa aku minum susu dan makan buah-buahan ini." Flora menunjuk beberapa dus susu lalu mengambil satu buah apel dan mengangkatnya sejajar dengan pandangan matanya.

"Kamu pikir kamu siapa bisa ngatur-ngatur hidup aku?" lanjutnya seraya meletakkan apel itu keatas meja secara kasar. Agam menggeleng cepat.

"Aku nggak ngatur hidup kamu, Flo. Aku cuma mau yang terbaik buat anak kita. Aku mau dia tumbuh dan lahir dengan sehat. Aku sedikit maksa karena saat ini dia masih menyatu dalam tubuh kamu dan cuma ini yang bisa aku lakukan."

"Kamu selalu bahas dia, dia dan dia. Apa kamu nggak mikirin apa yang aku rasain? Apa kamu nggak mikirin gimana beratnya aku jalanin ini semua? Kamu nggak tau 'kan gimana rasanya tiap aku ngeliat wajah kamu? Kamu nggak tau 'kan gimana rasanya saat aku tau ada makhluk lain didalam perut aku?" Agam terdiam menatap mata Flora yang sudah berkaca.

"Kalau kamu mau tau, semua ini menyakitkan, Gam. Kamu udah ngasih mimpi buruk yang nggak akan ada akhirnya dalam hidup aku. Setiap aku liat wajah kamu, ingatan aku selalu kembali ke kejadian malam sialan itu. Dan sekarang dengan seenaknya kamu nyuruh aku ini itu? Egois banget kamu!" lanjut Flora dengan bibir bergetar. Agam kembali menelan ludah dalam, tak menyangka Flora sebegitu marahnya hanya karena ucapan dia yang berniat baik.

"Maafin aku, Flo. Bukan maksud aku kaya gitu. Aku cuma,."

"Heekkmmmpp." Flora membekap mulutnya sendiri dan berjalan cepat ke wastafel di kamar mandi. Entah kenapa sekarang Flora sering merasa mual.

"Flo? Flora?"

Agam berlari mengejar Flora. Pintu kamar mandi yang terbuka memudahkannya untuk masuk dan membantu. Tangan Agam reflek memijit leher belakang Flora. Tangan kiri Flora ingin menjauhkan tangan Agam, tapi dorongan dalam perutnya belum juga mau berhenti. Bahkan Agam tak segan menyelipkan sebagian anak rambut yang menjuntai disekitar wajah Flora.

PUISI UNTUK BUNDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang