PART 11

2.3K 131 31
                                    

Flora duduk perlahan di kursi teras sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan setelah beberapa menit yang lalu berjalan-jalan disekitar villa. Ia teguk air putih yang sudah disiapkan bi Siti sebelumnya, sambil sesekali mengusap keringat yang membasahi kening.

Flora sedang mengikat rambut hitam panjangnya saat mobil warna putih masuk ke pekarangan. Ia melirik mobil itu sekilas dan setelah tau siapa pemilik mobil itu, Flora bergeming tak peduli dan fokus mengikat rambut. Tapi saat seseorang keluar dari mobil, ia menoleh dan seketika ekspresinya berubah.

"Mama?" Flora berdiri susah payah lalu memeluk Dina yang kini sudah didepannya.

"Sehat, Sayang?"

"Alhamdulillah."

Senyum Flora meredup saat melihat Agam yang keluar dari mobil membawa beberapa tas besar, berjalan mendekati mereka berdua. Pria itu hanya tersenyum tapi Flora segera menggandeng ibunya masuk ke dalam.

"Mama ngapain kesini sama dia?"

"Agam yang jemput Mama. Kalau dia nggak jemput, Mama juga nggak tau kalau HPL kamu minggu ini. Maaf ya, Mama terlalu sibuk sampai lupa jadwal lahiran kamu."

Dina membantu Flora duduk di sofa ruang keluarga. Ia mengusap perut besar Flora, putrinya itu sedang manja bersandar pada bahunya. Agam membiarkan mereka berdua melepas rindu dan memilih duduk di teras samping untuk belajar, karena tiga hari lagi dia harus menjalani sidang skripsi. Agam berharap Flora akan melahirkan sebelum atau sesudah hari itu agar ia bisa menemaninya tanpa harus membagi konsentrasinya dengan ujian.

"Gimana kandungan kamu, Flo? Sehat 'kan?" Satu tangan Dina mengusap rambut anaknya lembut. Flora hanya mengangguk.

"Si kecil cewek apa cowok?" Flora menggeleng. Ia masih memejamkan mata menikmati dekapan hangat ibunya serta belaian lembut Dina di puncak kepalanya.

"Pantes semua perlengkapan bayi yang dibawa Agam warnanya netral." Kali ini Flora langsung membuka matanya lebar. Perlengkapan bayi? Agam? Kapan dia membelinya? , batin Flora lalu melirik Agam yang masih fokus dengan buku dan laptop. Sejenak Flora tertegun lalu menggeleng cepat tak mau memperdulikannya.

"Flo, kamu nggak mau berubah pikiran? Apa kamu nggak merasakan apa-apa selama ini?" Flora memejamkan matanya lagi. Ia tau apa yang dimaksud Dina dan sudah mengira ibunya itu pasti akan menanyakan hal ini. Tapi soal perasaan,.

"Flo?"

"Ma, udah ya. Flo lagi males membahas apapun. Flo cuma mau dipeluk sama Mama." Sergah Flora mempererat pelukannya yang dibalas Dina lalu mencium puncak kepala Flora.

Wanita paruh baya itu membuang nafas lelah, Flora sepertinya masih bertahan dengan pendiriannya. Dina tau putri semata wayangnya itu memang mempunyai sifat keras kepala, tapi ia tak menyangka jika Flora berubah menjadi keras hati. Apa mungkin selama ini Flora tidak merasakan apa-apa kepada anak yang dikandungnya? Apa kebenciannya terhadap Agam membuat hatinya mati rasa bahkan kepada anaknya sendiri? Kemana naluri seorang ibu dalam diri Flora yang seharusnya dimiliki semua wanita yang sebentar lagi akan mempunyai anak?

Tangan Dina kembali turun mengusap perut besar Flora. Bahkan Dina saja sudah bisa menyayangi calon cucunya walaupun kehadirannya dikarenakan sebuah kecelakaan. Tapi kenapa Flora yang mengandungnya seolah acuh bahkan tak peduli.

Tanpa Dina ketahui, sedari tadi Flora menatap tangan Dina yang masih mengusap perutnya lembut. Jelas ia merasa nyaman, tapi ada rasa aneh yang menyelinap di hatinya. Rasa aneh yang menyeruak sejak pertama kali ia merasakan gerakan makhluk kecil didalam perutnya beberapa bulan lalu. Begitu juga rasa aneh lain yang juga ikut muncul. Rasa yang tak bisa Flora terjemahkan dan sialnya rasa itu ikut beradu kuat dengan semua rasa yang ia punya saat ini. Kesal, benci, marah, muak, takut dan rasa aneh itu sendiri, seolah memenuhi semua ruang dihatinya, yang membuat Flora tak bisa memilih karena masing-masing mempunyai kekuatan yang sama.

PUISI UNTUK BUNDA Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora