PART 38

1.4K 101 42
                                    

Kondisi Flora sudah sedikit lebih baik setelah melewati masa terberat lima bulan pertama kehamilan bayi kembarnya. Jika sebelumnya apapun yang masuk ke mulutnya akan keluar lagi, sekarang sudah lumayan bisa bertahan beberapa jam didalam perut walaupun sesekali tetap dimuntahkan. Mungkin hanya makanan tertentu saja yang masih ditolak perutnya.

Dan sekarang Flora lebih sering makan sebagai bentuk 'balas dendam' walaupun dengan porsi kecil. Tapi untuk morning sickness, sepertinya tidak kenal masa. Karena setiap pagi Flora selalu dibuat lemas setelah dikuras isi perutnya.

Flora juga masih sering menghabiskan waktu di kamar. Selain rasa pusing dan lemas yang sering datang, Flora memang mulai merasa berat membawa beban tubuhnya, padahal kandungannya baru akan memasuki usia 6 bulan minggu depan.

Wajar sih, perut saat mengandung satu bayi dengan dua bayi pasti sangat berbeda dan terasa lebih besar dari hamil biasa. Apalagi tubuhnya sedikit kurus karena 'tersiksa' selama lima bulan lebih kemarin. Hanya perutnya saja yang membesar.

Dan malam ini mata Flora susah terpejam, hal yang mulai sering dia alami. Selain susahnya mencari posisi ternyaman, Agam juga belum masuk kamar, padahal sudah jam 10. Pria itu memang bilang ada yang harus dikerjakan di ruang kerjanya untuk persiapan meeting besok.

Tapi sejak hamil, Flora seperti sudah kecanduan dengan perlakuan Agam sebelum tidur. Pria itu selalu berbicara dengan calon anak-anaknya sambil mengusap dan sesekali mencium perutnya. Sebelum diakhiri dengan memeluk Flora dari belakang sambil memegang perut buncitnya sebagai bentuk perlindungan.

Dan saat Agam tidak ada, rasanya ada yang kurang.

Flora memilih beranjak dari ranjang, keluar kamar dan melihat Natta di kamarnya. Anak laki-laki yang seminggu lalu genap berusia 11 tahun itu sudah terlelap.

Flora membenarkan selimut Natta, mencium pipinya sebentar lalu mematikan lampu kamar. Langkahnya berlanjut ke lantai bawah menuju ruang kerja Agam. Pria itu tampak masih serius didepan laptopnya.

"Sayang, kamu kok belum tidur?" tanya Agam melihat Flora mendekat. Flora mengalungkan sebelah tangannya ke bahu Agam.

"Masih lama?" tanya balik Flora tanpa menjawab pertanyaan basa basi suaminya.

"Sedikit lagi." Agam mengangkat kepalanya menatap Flora seraya memegang perut buncit istrinya.

"Kenapa, krucil krucil ini ganggu kamu?" sambungnya. Flora menautkan satu tangannya lagi untuk mengalung ke leher Agam.

"Aku temenin kamu disini ya."

"Kamu nggak ngantuk? Atau sebenarnya kamu yang kangen sama aku?" Flora langsung mendorong pipi Agam pelan.

"Apaan sih. Aku cuma nggak bisa tidur. Jadi, daripada sendirian di kamar, lebih baik aku disini nemenin kamu kerja."

"Ya udah. Kamu duduk di sofa aja, nanti pegal kalau berdiri disini."

"Aku mau ambil cemilan dulu, kamu mau aku bikinin kopi?"

"Boleh."

Agam hanya menatap Flora yang keluar ruangan. Dengan perut yang semakin besar, tubuh istrinya itu terlihat semakin seksi. Terlebih dengan gaun tidur tanpa lengan yang sedikit transparan jika dilihat dari kejauhan. Gaun yang sedang dikenakan Flora tadi memang gaun tidur favorit Agam dan membuatnya betah memandang.

Agam langsung menggelengkan kepalanya cepat.

"Astaga, mikir apa aku ini? Fokus kerja, Gam. Fokus."

Melihat kondisi Flora yang tidak menentu sejak hamil, Agam memang menahan semua keinginannya. Tidak tega rasanya meminta haknya pada Flora disaat wanita itu sudah cukup 'menderita' dengan keberadaan calon bayi kembar mereka.

PUISI UNTUK BUNDA Where stories live. Discover now