PART 28

1.8K 110 16
                                    

Di dalam lift, suasana hening. Natta juga masih tidak bersuara dan memilih menyandarkan kepalanya di bahu Agam. Mungkin anak itu tau jika orang tuanya sedang ada masalah karena sedikit keributan bersama Zaki tadi. Sedekat apapun mereka, Natta tetap takut jika Ayahnya itu sedang marah.

Flora menatap tangannya sendiri yang masih digenggam Agam. Genggaman tangan suaminya itu menjelaskan banyak hal. Entah pria itu sedang menunjukkan sisi posesifnya atau Agam sebenarnya memang tidak marah padanya, sehingga dia tetap menggenggam tangan Flora walaupun keheningan masih menyelimuti mereka.

Entahlah. Tapi jika disuruh memilih, Flora lebih memilih option kedua. Karena ia tidak bisa membayangkan jika harus menghadapi kemarahan orang sabar yang menurutnya lebih horror daripada melihat setan.

Flora juga berharap ketegasan Agam kepadanya tadi hanya imbas dari kemarahannya dengan Zaki. Dan mungkin tadi Agam hanya reflek bersuara keras karena Flora juga terlalu keras kepala. Tapi mau bagaimana lagi, Flora benar-benar kesal dengan mantan kekasihnya itu. Rasanya ingin sekali memberi pelajaran pada Zaki agar mulutnya bisa disaring.

Setelah sampai kamar, Agam menurunkan Natta, melepaskan jas dan memilih duduk di kursi balkon. Sedangkan Flora membantu Natta bersih-bersih, berganti pakaian dan memintanya tidur. Setelah itu Flora baru akan berbicara dengan suaminya itu.

"Bunda nggak marahan kan sama Ayah?" tanya Natta saat Flora yang masih memakai gaun pesta duduk bersandar di punggung ranjang. Flora tersenyum sambil mengusap-usap puncak kepala anaknya yang sudah berbaring.

"Enggak. Ayah cuma lagi capek aja. Ya udah kamu cepetan tidur, udah malam."

Sekitar setengah jam berlalu Natta sudah terlelap. Flora bergegas membukakan pintu kamar saat terdengar suara ketukan. Sebelum menidurkan Natta tadi, Flora memang memesan teh hangat dan makanan karena Agam belum sempat makan. Dan benar saja, petugas hotel sudah membawakan semua pesanannya.

Flora meletakkan makanan di meja, sementara secangkir teh yang baru dia tuangkan dibawa ke balkon. Disana Agam masih duduk, menumpukan kedua sikunya di ujung paha untuk menyangga kepalanya. Ragu-ragu Flora duduk disebelah Agam.

"Ini aku bawakan teh hangat untuk kamu." Agam menoleh, tersenyum tipis lalu menerima cangkir itu dari tangan Flora.

"Makasih ya."

'Kenapa senyumnya tipis banget sih? Apa Agam memang marah sama aku?'

"Natta udah tidur?" Flora hanya mengangguk.

"Kamu nggak minum?" tanya Agam karena istrinya itu hanya diam memperhatikannya.

"Kamu aja, nanti aku bisa buat lagi."

Setelah menyesap tehnya, Agam mendekatkan ujung cangkir itu ke bibir Flora. Wanita itu mengangkat sebelah alisnya. Agam hanya membalas dengan anggukan kecil yang mengisyaratkan Flora untuk meminumnya. Flora tersenyum lalu menyentuh tangan Agam yang masih memegang cangkir untuk ikut meminum teh hangat itu.

"Maaf kalau tadi aku bentak kamu." Kata Agam saat bibir Flora menjauh dari ujung cangkir. Flora menatap Agam sekilas lalu tersenyum kecil.

"Aku yang salah karena nggak nurut sama kamu." Sahut Flora mengambil alih cangkir itu untuk diletakkan di atas meja.

"Tapi Gam,."

"Iya?"

"Em- kamu cemburu sama Zaki?" lanjut Flora hati-hati.

Agam mengerti kecanggungan Flora dan ia tidak mau situasi awkward ini semakin berlarut-larut.

Perlahan Agam menyandarkan punggungnya di kursi. Sebelah tangannya terbuka meminta Flora agar mendekat. Wanita itu tampak ragu tapi melihat anggukan pelan Agam disertai senyum manis suaminya, akhirnya Flora menyandarkan kepalanya di dada Agam.

PUISI UNTUK BUNDA Donde viven las historias. Descúbrelo ahora