PART 21

2.9K 161 72
                                    

Part favoritku lagi hahahaa

Selamat membaca...

*****

Flora menunduk mengusap rambut Natta. Anaknya itu memejamkan mata, menikmati usapan Ibunya. Selama di rumah sakit, Natta memang menjadi lebih manja, ia tidak mau lepas dari Flora. Apa yang ia lakukan harus ditemani Ibunya.

Seperti saat ini, mereka sedang di mobil dalam perjalanan pulang dari rumah sakit. Natta meminta Flora untuk duduk di belakang bersamanya. Padahal tanpa diminta pun, Flora juga ingin duduk di belakang. Karena duduk di depan berarti lebih dekat dengan Agam yang sedang menyetir, dan itu membuatnya sedikit kurang nyaman. Selain canggung, sikap dingin yang masih dipertahankan pria itu semakin membuat Flora bingung harus bersikap seperti apa.

Sebenarnya Agam juga merasakan hal yang sama, canggung. Sejak Flora sering membuat Natta kecewa, saat itu juga Agam ingin melupakan wanita itu. Bahkan dia berniat untuk tidak lagi menganggu Flora dalam hal apapun, termasuk untuk urusan Natta. Tapi kenyataan yang ia lihat sekarang semakin membuatnya bimbang.

Awalnya Agam memaklumi dan membiarkan Flora selalu dekat dengan Natta selama di rumah sakit. Karena Agam tau anaknya itu sangat merindukan Ibunya. Tapi ia tak menyangka Natta akan sedekat ini, bahkan bisa dibilang lengket. Selama di rumah sakit juga Flora selalu tidur seranjang dengan Natta, dan itu juga karena permintaan Natta.

Beberapa kali Agam melirik kaca spion tengah melihat kebersamaan ibu dan anak itu. Sampai saat ini Agam belum mengerti apa yang dilakukan Flora ini tulus atau hanya saat Natta sakit saja dan setelah ini semua akan kembali seperti semula?

Entah kenapa semua kekecewaan yang diberikan Flora kepada Natta susah sekali Agam lupakan. Tapi sejak bersama Natta, Flora begitu menikmati semuanya. Dia tidak terlihat keberatan dengan sikap posesif anaknya. Bahkan sakit yang dialami wanita itu sebelum bertemu Natta seolah sembuh begitu saja saat dia selalu bersama Natta.

Disisi lain, apa yang Agam lihat akhir-akhir ini membuat perasaannya pada Flora semakin kuat. Tapi untuk mengungkapkannya pun seakan berat. Dan itu yang membuat Agam semakin bingung harus bersikap bagaimana setelah ini?

Ditambah melihat interaksi Natta terhadap Flora sekarang, tangan anak itu terus memeluk perut Flora seolah takut jika pelukan itu terlepas, Ibunya akan pergi. Dan sepertinya Natta akan semakin susah dipisahkan dari Ibunya. Tapi mengingat hubungannya dengan Flora yang tak pernah menghangat, membuat Agam mengusap wajahnya kasar kemudian berpikir, apakah selamanya akan seperti ini?

"Ayah gendong ya? Kamu pasti masih lemes kalau harus naik tangga."

Saat ini mobil Agam sudah berhenti di depan rumahnya. Sedangkan Natta masih setia memeluk Flora membuat Ibunya itu tidak bisa bergerak.

"Mau sama Bunda." Agam menatap Flora dan dibalas dengan senyum canggung wanita itu.

"Nggak pa-pa, biar sama aku aja." Agam hanya mengangguk lalu membuka pintu mobil lebih lebar. Perlahan Flora melepas pelukan anaknya dan turun lebih dulu dari mobil.

"Ayo, Sayang."

Flora segera menggendong Natta, membawanya berjalan menuju pintu rumah. Natta sendiri terlihat nyaman bersandar di bahu Ibunya dengan kedua tangan melingkar di leher Flora.

Wanita itu memelankan langkahnya saat melewati pintu utama, ada perasaan berbeda memasuki rumah dimana selama ini anaknya dibesarkan. Rumah dua lantai yang sedikit lebih besar dari rumahnya.

"Kamar Natta ada di atas." Suara Agam menyadarkan Flora dari lamunannya.

"Eh? Iya."

Flora segera mengikuti langkah Agam yang sudah membawa dua tas, satu tas berisi perlengkapan Natta dan satunya lagi tas milik Flora. Wanita itu tersenyum, tak menyangka Agam akan membawakan tasnya.

PUISI UNTUK BUNDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang