PART 43

1.2K 84 37
                                    

Baca part ini disarankan sambil mendengarkan lagu Sekali Ini Saja - Glen Fredly

Lagu yang selalu aku dengerin saat menulis cerita PUB 😊

****

Langkah Agam kali ini terasa lebih berat, bahkan untuk sekedar menyeret kakinya saja seakan tak sanggup.

'Mulai sekarang, kamu siapin semuanya sendiri ya, termasuk masang dasi.'

'Aku sayang kamu, Gam. Dan aku mau, setiap hari kita ngucapin kata-kata itu. Kalau aku lupa, kamu ingetin aku.'

Kata-kata Flora beberapa waktu yang lalu terus berputar di kepala Agam. Kalimat berupa pesan tersirat yang baru Agam ketahui alasannya.

Kening Agam bertumpu pada dinding lorong rumah sakit, bulir bening kembali luruh dari matanya. Satu tangannya mengepal, memukul dinding tempatnya bersandar beberapa kali.

Hari ini benar-benar hari terberat dalam hidupnya.

Baru tadi pagi Agam kehilangan kedua buah hatinya. Dan sekarang dia harus mendengar kenyataan bahwa Flora mengidap penyakit serius. Penyakit yang sewaktu-waktu bisa merenggut nyawanya.

Alzheimer.

Satu kata yang membuat hati Agam porak-poranda dalam sekejap. Kehancuran hatinya atas kepergian Adhya dan Astha masih belum hilang. Dan sekarang hatinya benar-benar semakin tak berbentuk.

Ingatan Agam kembali ke beberapa kejadian aneh yang terjadi akhir-akhir ini. Kejadian yang menunjukkan gejala penyakit Flora tapi hanya Agam anggap hal biasa.

Saat Flora lupa dengan masakannya.

Saat Flora lupa dengan janjinya.

Dan saat Flora sering melupakan hal-hal kecil lainnya.

Bahkan Adhya - Astha yang harus dilahirkan sebelum waktunya dan akhirnya meninggal pun berawal dari Flora yang lupa dengan kesepakatannya sendiri.

Tangan Agam semakin mengepal.

'Kalau saja dari awal kamu cerita, mungkin saat ini kedua anak kita masih ada, Flo. Kenapa kamu nggak cerita sama aku? Kenapa?'

"Aaaarrgghh.. aarrgghh!" Agam memukul kuat dinding beberapa kali sampai ruas tangannya memerah.

Pukulan Agam melemah seiring tubuhnya yang luruh ke lantai. Terlutut menangis dengan sesekali masih menghantam dinding. Agam tak peduli dengan orang-orang yang mungkin akan melihatnya seperti orang gila. Karena saat ini dia benar-benar rapuh, melebihi rapuhnya benang basah.

Dengan bahu yang bergetar, Agam menggeleng pelan.

'Bukan. Ini bukan sepenuhnya salah Flora. Flora itu mempunyai daya ingat yang kuat. Dan saat tiba-tiba dia sering melupakan sesuatu, harusnya aku sadar kalau ada yang salah. Harusnya aku lebih peka dengan perubahan Flora. Tapi aku,.'

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Agam kembali memukul dinding, menyalahkan dirinya sendiri.

'Salah satu penyebabnya adalah stress berat dalam kurun waktu tertentu.'

Kalimat Vera juga ikut berputar di kepala Agam. Lagi-lagi ia teringat apa yang dialami Flora selama ini.

'Selama tujuh tahun Flora menahan perasaannya untuk aku dan Natta karena keadaan. Dan sejak kenal aku hidup Flora tidak pernah mudah. Aku selalu menyiksa pikirannya.'

"Ini semua salah aku! Aku yang salah! Aku udah merusak hidup Flora! Aku yang menyebabkan Flora seperti ini! Aarrgghh!"

Agam kembali memukul dinding beberapa kali, yang membuat tangannya kini berdarah.

PUISI UNTUK BUNDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang