Chapter 2

13.7K 1.2K 53
                                    

"Kalau keadaannya sudah begini, gimana kalau kita pura-pura pacaran saja?"

"Hah?"

Dika menatap Rizki yang kembali diam. Keheningan memenuhi mereka selama beberapa menit.

"Apa maksudmu?" Tanya Dika memecah keheningan.

"Seperti yang aku katakan tadi, karena kau sudah menjadikanku bagian dari masalahmu, aku hanya ingin mengikuti alur" Jelas Rizki.

"Memang kau tidak punya pacar? Err-- maksudku kau begitu terkenal bukan? Kalau orang tau kau pacaran dengan orang sepertiku mungkin kau akan di lecehkan. Dan juga aku seorang pria." ucap Dika sambil memainkan kedua jarinya.

"Tidak masalah, lagipula satu sekolah sudah tau kita pacaran kan?"

"Ya.. begitulah...." Dika tersenyum canggung.

"Untuk masalah kau seorang pria tidak usah dipikirkan. Aku adalah seorang Gay" Aku Rizki yang kini menatap intens Dika.

"Ohh begit-- eh? Gay?" Dika membulatkan matanya seketika saat mendengar pengakuan Rizki.

"Ya, aku tidak tertarik dengan wanita. Bukan maksud aku untuk menyembunyikannya tapi pada dasarnya tidak ada yang bertanya jadi malah terlihat seperti sebuah rahasia" Jelas Rizki beranjak dari sofa dan jalan menuju meja kecil yang di penuhi dengan cangkir antik.

"Kau suka teh?" Tanya Rizki yang sedang meracik sesuatu.

"Suka" Jawab Dika dan kembali terdiam.

Rizki kembali duduk di sofa, menyimpan cangkir berisi teh di depan Dika lalu cangkir berisi kopi hitam di depannya.

"Lanjut" Ucap Rizki singkat.

"Ahh I-Iya.. Apa kau tidak malu menjadi gay?" Tanya Dika sambil sesekali menyesap tehnya.

"Tidak. Menyukai seseorang itu anugrah, anggap saja begitu. Kita tidak pernah tau kemana rasa itu akan tumbuh. Banyak diantara orang-orang memilih hubungan terlarang karena rasa itu tumbuh pada orang yang tidak tepat"

"Emm-- kalau boleh tau kenapa kau bisa berakhir menjadi gay?"

Rizki menunduk lalu tersenyum " Dulu aku seorang straight, tapi karena beberapa alasan aku begini. Lagipula tidak ada alasan kenapa aku harus cerita kepadamu"

Dika menatap Rizki yang tertunduk. Rizki adalah orang yang dingin, tapi dia juga tidak menyembunyikan perasaannya. Melihat Rizki tersenyum seperti itu membuat sesuatu di balik dadanya mencelos sakit.

"Be..Begitu..." Ucap Dika dan kembali diam.

"Jadi?" Rizki memegang tangan Dika yang ada di sampingnya.

"Apa?" Dika menatap Rizki yang sedang menatapnya juga.

"Kau mau menjadi pacarku?" Ucap Rizki serius.

"Te..tentu pacar pura-pura" Lanjut Rizki yang terlihat gugup?

Dika tampak berfikir dan kemudian mengangguk. Pacaran pura-pura tidak apa apa kan?

"Baik, aku akan mengantar jemputmu ke sekolah" Ucap Rizki yang sudah melepas pegangan tangan pada Dika.

"Ehh? Kenapa?" Tanya Dika bingung.

"Dihadapan umum kita pacaran, kan? Selama ada orang di hadapan kita, anggap aku pacarmu. Mengerti?"

Dika mengangguk mengerti. Bingung bagaimana cara berpacaran Dika melirik Rizki yang tengah menatapnya. Refleks Dika memalingkan wajah. Oke kenapa dia harus malu?

"Ada apa?" Tanya Rizki seakan mengerti suasana.

"Err-- aku tidak pernah pacaran. Jadi menurutmu apa akan lancar?"

Fake Boyfriend (BXB) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang