Chapter 4

12K 1.1K 70
                                    

Dika P.O.V

Setelah aku mengatakan bahwa aku menerima pacar Rizki, sikap Rizki tiba-tiba berubah saat itu juga. Kini aku berada di ruangan yang sama seperti saat Rizki mencium emm-- pacaranya.

Rizki membantingku ke lantai "ugh..." ini sangat sakit.

"A-Ada apa?" Tanyaku takut.

Rizki tidak menjawabnya, ia malah mendekatkan wajahnya. Aku panik mencoba mendorongnya tapi tidak bisa, aku tidak menyangka tenaganya sekuat ini.

"R-Rizki... Kumohon..." Lirihku, tapi Rizki sepertinya tidak mendengarnya.

Ah... sial, pacaran atau tidak, nyatanya aku hanya akan disiksa oleh orang. Aku memejamkan mataku pasrah. Saat sudah sampai di rumah aku akan minta pindah sekolah.

Bibir Rizki menempel pada bibirku. "Ummhh--" Bibir Rizki melumat bibirku kasar. Aku tidak suka ini, ini sungguh menyakitkan.

"Ughh" Rizki menggigit bibir bawahku, membuatku sedikit membuka mulutku. Dapat kurasakan lidah Rizki yang melesat masuk dan bermain di dalam mulutku.

"Ummnh...." Air mataku tidak dapat kubendung lagi. Ini sungguh sakit, hatiku sangat sakit. Tapi aku tidak percaya, aku sangat menikmati ciuman Rizki sesakit apapun itu.

Aku terisak dalam cumbunya. Perlahan aku merasa bibir yang sedari tadi menguasaiku terlepas. Aku menutup mataku menggunakan lenganku. Aku sungguh payah, aku tidak berguna, aku lemah. Kevin... aku mohon kemari.

Rurasakan sapuan pada pipiku. Kevin datang. Perlahan aku membuka mata. "Kev--" seketika aku bergeming. Kevin tidak datang, kini dihadapanku masih Rizki. Kevin tidak pernah datang lagi.

"Maaf..." Ucap Rizki pelan.

Aku hanya diam. Takut salah menjawab dan memancing amarahnya. Aku bingung, kenapa dia tiba-tiba meminta maaf.

"Maafkan aku Dika"

Tanganku ditarik dan tubuhku direngkuh erat. Aku tidak mengerti emosinya. Kenapa dia bisa sangat labil? Aku tau jika remaja dalam masa puber akan labil, tapi Rizki sangat parah! Sungguh.

"Um" Aku hanya mengangguk. Walaupun aku sangat marah Rizki bersikap kasar, tapi aku tidak bisa marah padanya.

Rizki melepas pelukannya dan menatapku sendu. Bibirnya kembali mengecupku, namun kali ini lembut. Rizki tersenyum, tidak setipis sebelumnya. Kali ini aku dapat melihat jelas senyumannya. Seketika wajahku memerah. Sial, padahal baru saja dia kasar dan aku ingin pergi. Tapi kenapa sekarang dia membuatku kembali nyaman.

"Uwahh...." Rizki menggendongku dan membawaku keluar ruangan.

Menjatuhkan tubuhku pelan ke atas sofa. Aku buru-buru duduk dan menunduk. Rizki sialan.

"Mau bolos saja?" Tanya Rizki tiba-tiba yang membuatku kaget. Aku lupa sekarang masih jam pelajaran!

"T-Tidak, aku masuk kelas saja" Jawabku gugup.

"Kau yakin? Bibirmu lecet, matamu sembab. Kau dalam keadaan yang sangat buruk saat ini. Kau yakin bisa memamerkan keadaanmu pada semua orang?" Tanya Rizki sambil menyeringai.

"Kau kira salah siapa hah?!" Ujarku sedikit membentak. Sudah kuduga aku benci dia.

"Waw! Hahaha aku tidak tau kau bisa marah selain menangis" Ucap Rizki lalu tertawa.

"Kau keluar dari karaktermu tuan" ujarku sebal.

"Oh kau lebih suka aku yang biasa?" Tanya Rizki lalu mendatarkan ekspresinya.

"B-Bukan begitu!" Bantahku, aku tidak suka dia dingin.

"Lalu?" Tanyanya dengan ekspresi masih datar.

Fake Boyfriend (BXB) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang