Chapter 16

7.7K 638 27
                                    

Rizki P.O.V

Aku benar-benar tidak paham dengan pemikiran Dika. Menyakiti dirinya sendiri hanya agar aku melindunginya? Jangan bercanda. Tanpa ia menyakiti dirinya sendiri pun aku akan melindunginya.

Aku mengusap kepala Dika yang sedang terlelap. Wajah tidur Dika sangat damai. Aku tidak mungkin tega menyakitinya. Bahkan menggores kulitnya se titik pun aku tidak sanggup.

Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Aku segera bangkit dari kasurku untuk bersiap ke sekolah. Aku hanya memerlukan waktu 1 jam untuk bersiap-siap. Saat jam menunjukkan tepat pada pukul 05.57 aku kembali ke kamar untuk membangunkan Dika.

"Dika bangun" Aku menggoyangkan tubuh Dika. Sebenarnya tidak tega membangunkan Dika, tetapi dia harus olahraga pagi agar bayinya sehat.

"Ughh..." Dika melenguh pelan lalu membuka matanya perlahan.

"Pagi Rizki" Ucapnya pertama kali lalu tersenyum.

"Pagi juga" Aku mengecup bibirnya kilat. Manis!.

"Makanan udah siap?" Tanyanya seraya memakai kemejaku yang tersampir di samping kasur.

"Tentu" Aku membantu mengancingi kemeja yang dipakai Dika.

Dika tersenyum lalu beranjak dari kasurnya. "Adududuh...." Ucapnya sambil memegang pinggangnya.

"Ada apa?" Tanyaku heran.

"Pinggang dan pantatku sakit" Dika meringis sambil mencoba untuk berdiri.

Aku langsung menggendong Dika didepan dan membawanya menuju meja makan. "Rasain, ini Adalah akibat dari perbuatan bodoh kamu kemarin" Sentakku.

"Kamu juga menikmatinya kan!" Bibir Dika mengerucut lucu. Aku mengecup bibirnya dan mendudukkannya di kursi.

"Makan" kataku lalu menyodorkan piring yang sudah diisi nasi lengkap dengan lauknya.

"Iya iya" Dika memakan makanannya perlahan. Aku hanya tersenyum melihatnya.

"Kamu sekolah?" Tanya Dika sambil terus mengisi mulutnya.

"Tentu, kau baik-baik saja dirumah ya" Aku mengusap rambut Dika lembut. Dika tersenyum lalu mengangguk dengan semangat.

Selesai makan, aku langsung memakai sepatu dan menyampirkan tasku di belakang. "Aku pergi" Ucapku lalu mengecup kening Dika.

"Hati-hati di jalan" Ingatnya. Aku tersenyum dan keluar dari rumah.

Seperti biasa aku sekolah menggunakan mobil. Tidak ada yang berbeda di kehidupan sekolahku. Saat aku sudah keluar dari mobil, banyak mata yang memandangku kagum. Aku hanya berjalan tidak acuh. Bodo amat.

Sampai dikelas, aku mendudukkan pantatku di kursi paling belakang. Disini nyaman.

"Pagi Rizki sayang!" Teriak seseorang tepat diwajahku.

Aku hanya menatap malas orang itu, yang ditatap malah nyengir tidak bersalah. "Apaan Dre?" Tanyaku. Andre bilang seperti itu pasti ada maunya.

Andre terkekeh pelan lalu duduk di depanku. "Aku akan kencan dengan Kevin" Ucapnya pelan. Dapat kulihat wajahnya yang memerah.

Aku menyeringai. "Kau sudah pacaran ya dengan Kevin?" Tanyaku.

Andre menggeleng cepat. "Tidak! Hanya saja, dia mengajakku jalan berdua. Aku hanya bingung apa yang harus lakukan" Andre meremas tangannya pelan.

"Lakukan apa yang biasa kau lakukan saja. Aku yakin, Kevin bukanlah orang yang pilih-pilih"

Setelah mendengar ucapanku, Andre mengangguk semangat dan duduk di kursinya. Aku hanya tersenyum, rasanya senang sekali melihat sahabat bahagia.

Fake Boyfriend (BXB) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang