Chapter 27

5.4K 410 22
                                    

Dika P.O.V

Menunggu setahun didalam penjara bukanlah hal yang mudah. Namun, akhirnya hari ini aku dapat keluar dari tempat itu.

Aku menatap berkas dihadapanku. Ijazah dengan nama "Dika Nurohman" terpampang disana. Aku tersenyum. Aku tidak menyangka akan merasakan apa yang dinamakan lulus.

Lebih dari itu, akhirnya aku dapat kembali pada Rizki!

Dihari kelulusanku ini tidak ada yang spesial. Hanya Farhan yang menangis karena harus berpisah denganku. Tentu, akupun merasa sedih. Bagaimanapun Farhan, ia bersikap baik dan peduli padaku.

"Berhenti menangis," ucapku sambil mengusap air mata yang ada dipipinya.

"T-Tapi... Dika..." Farhan menatapku seperti anjing yang ditinggal majikannya.

"Kau boleh sekali-kali main ke rumahku. Jadi tenanglah." mendengar ucapanku, Farhan tersenyum lebar lalu mengangguk semangat.

"Aku juga kangen pada si kembar."

"Temui mereka kapanpun kau mau. Kalau begitu, aku pulang dulu, ya! Bye!"

Aku melambai lalu berjalan keluar gerbang. Tetapi, langkahku terhenti saat segerombohan wanita berhenti dihadapanku.

"Ada apa lagi?" tanyaku pada mereka.

Lebih tepatnya orang yang selalu membullyku.

"Kami ingin meminta maaf." kata salah satu dari mereka. Aku menatap nametag di dadanya.

Tasya. Aku harus mengingat nama itu.

"Kenapa?" tanyaku lagi.

"Kami sudah melakukan hal yang tidak-tidak selama ini. Jujur kami menyesalinya."

Penyesalan, kah?

"Aku tidak masalah dengan itu," ucapku menatapnya.

"Tapi kami benar-benar menyesal! Tolong maafkan kami!" paksanya sambil menunduk padaku.

"Baiklah." akupun pasrah memaafkan mereka.

Akhirnya mereka pergi meninggalkan aku. Kembali aku berjalan menuju gerbang. Sepi. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Tidak mungkin Rizki menjemputku, kan? Ia sedang sibuk. Aku berjalan menuju halte. Duduk disana sambil memunggu bus.

Tidak lama sebuah mobil berhenti didepanku. Mataku membulat saat kaca mobil itu terbika.

"Kevin, apa yang kau lakukan disini?" tanyaku pelan.

"Menjemputmu. Aku tahu Rizki tidak akan melakukannya."

Perkataannya menusuk tepat pada hatiku. Dia benar. Aku berdiri lalu berlari kecil menuju mobil lalu masuk.

"Terima kasih," ucapku pelan.

"Tentu."

Kevin menjalankan mobilnya pelan. Aku menatap keluar jendela, Kevin hanya diam walaupun tahu aku tidak menyukai keheningan.

Kevin memberhentikan mobilnya didepan sebuah cafe. Aku tidak mengenal cafe ini.

"Ini dimana?" tanyaku menoleh pada Kevin.

"Cafe. Aku lapar. Temani aku makan dulu." cengirnya lalu keluar dari mobil.
Sejak kapan sifatnya yang dingin berubah menjadi seperti ini?

Aku turun dari mobil lalu mengikutinya. Mataku bergulir menatap sekitar. Cafe yang indah.

Kevin membuka pintu lalu masuk. Dengan cepat aku berlari kecil mengejar Kevin.

Seketika tubuhku terpaku. Aku menatap ruangan cafe itu yang terdesain dengan indah. Tetapi bukan itu yang membuatku terhentak.

Fake Boyfriend (BXB) (End)Where stories live. Discover now