Chapter 23

5.4K 498 43
                                    

Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu Rizki tiba.

Pernikahan?

Bukan.

Dapat mobil baru?

Bukan.

Tapi Ujian Nasional!

Rizki menunggu hari ini, dia belajar dan menjadi murid teladan hanya untuk mendapatkan nilai tinggi di Ujian Nasional ini. Apalagi setelah dapat kalimat penyemangat dari Dika, ia sudah tetapkan tekad untuk mendapatkan nilai sempurna.

Ia masuk dengan percaya diri ke ruangannya, sedikit membuka-buka buku untuk kembali mengingat.

Sedangkan Dika terdiam di kasurnya setelah kembali membaca pesan yang ia kirimkan pada Rizki. Hanya beberapa penyemangat yang mungkin dapat membuat Rizki memburu.

Dika harus menahannya. Rizki sedang berusaha mengerjakan soal ujian saat ini. Dika harus menahannya agar tidak mengirim pesan kepala Rizki.

"Dika..."

Sebuah suara terdengar di balik pintu kamar Dika.

"Mom?" panggil Dika saat orang itu masuk dan memberi senyuman simpul pada anak angkatnya.

"Kau ingin tau mama aslimu?" tanya orang itu yang membuat mata Dika membelalak.

"M-Mama asli?" tanya Dika kembali memastikan.

"Iya. Seorang wanita yang telah melahirkan remaja semanis kamu." Evy mengusap lembut rambut Dika seraya duduk disampingnya.

"T-Tapi..."

"Katakan Ya atau Tidak."

Dengan gugup Dika mengangguk pelan. Menyempunyikan rasa senangnya. Bagaimanapun juga ia penasaran terhadap wanita yang melahirkannya. Ia bahkan tidak melihat betapa sendunya ekspresi Evy ketika memberitakan hal itu.

Malamnya Rizki tidak memberi Dika kabar sama sekali. Dika yang khawatir terus saja mengirimi pesan walaupun hanya sekedar bertanya sedang apa atau sudah makan atau belum.

Tapi nihil. Rizki tidak membalas satupun pesan yang dikirim Dika. Pikiran negatif Dika terus berdatangan. Ia bergerak gelisah, tidak tenang dan terus memikirkan Rizki.

"Rizki...." lirih Dika masih memandangi ponselnya.

Merasa bodoh karena terus menunggu, akhirnya Dika memutuskan untuk menelpon kekasihnya itu.

"Rizki!" pekik Dika saat telepon sudah tersambung.

"Apa, sayang" sahut Rizki lembut.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Dika khawatir. Tangannya tidak berhenti meremas ujung bajunya.

"Aku sedang belajar, sayang." jawab Rizki dengan nada lelah.

Perasaan bersalah muncul di hati Dika. Ekspresinya berubah murung.

"Kalau begitu lanjutkan saja. Maaf mengganggumu."

Disana Rizki menghela nafas. Dengan hati-hati ia menjawab, "Ya, sudah. Aku matikan, ya? Jangan lupa makan. Jaga anak kita. Good night."

Fake Boyfriend (BXB) (End)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ