Chapter 21

6.1K 550 53
                                    

Chapter sebelumnya : Kedatangan Rizki ke rumah Dika membuat Dika kembali berharap kepada Rizki sampai ia menahan Rizki untuk pulang. Tapi pada sore itu, entah setan apa yang merasuki mereka sampai mereka melakukan sebuah ciuman. Seperti ciuman perpisahan karena mereka seperti merasa akan sulit untuk kembali saling mendapatkan.

Dika melangkahkan kakinya melewati gerbang sekolah, matanya bengkak karena menangis semalam dan penampilannya pun tidak sebaik biasanya.

"Dika, pagi," sapa seseorang sambil menepuk bahunya pelan. Siapa lagi kalau bukan Farhan? Seseorang yang selalu menemaninya akhir-akhir ini.

"Pagi, Farhan," balas Dika sambil tersenyum.

"Hey? Kau baik-baik saja? Matamu merah," oceh Farhan sambil tangannya sibuk mengusap kelopak mata Dika.

"Kau bertengkar dengan Rizki?" Farhan menatap Dika dengan ekspresi menyelidik. Dika hanya terkekeh pelan sambil menggeleng.

Dia memang tidak bertengkar. Bahkan dia berciuman kemarin. Tapi rasanya menyakitkan.

Dika kembali melangkahkan kakinya, meninggalkan Farhan yang mungkin akan meledakan ocehannya saat di kelas nanti.

Brukk.

Keseimbangan tubuh Dika hancur seketika saat seseorang menabrak tubuhnya. Dika terduduk menunduk di lantai koridor.

"Ehh, Maaf!" ucap orang itu meminta maaf.

Dika membulatkan matanya saat mendengar suara itu. Ia mengenal suara itu. Saat itu juga Dika mendongak dan matanya bertemu mata hitam Kevin.

"Ke... Kevin?" panggil Dika tergagap.

"Dika?" Kevin pun kaget, ternyata yang ia tabrak adalah teman masa kecilnya.

"Hey! Kenapa matamu merah? Dan lihat keadaanmu kini. Kau salah mengancingi baju!" Kevin langsung berjongkok dan membenarkan kancing baju Dika. Dia tidak percaya keadaan orang yang pernah di cintainya dulu ini sangat mengenaskan.

"Kau bertengkar dengan Rizki, hm?" tanya Kevin karena sejak tadi Dika hanya diam sambil menunduk.

Dika mengangguk pelan. Sebenarnya ia ingin sekali memeluk orang yang sudah jarang menemuinya ini. Tapi entah kenapa ia malah mengingat masa lalu saat ia lebih memilih Rizki.

Menyesal?

Sialnya tidak! Dika tidak menyesal memilih Rizki dan sampai sekarangpun Dika masih berharap Rizki kembali padanya.

Tapi itu hanya harapan.

Kevin tersenyum lalu mengusap kepala Dika pelan. "Mau bolos?" tanya Kevin selembut mungkin.

Dika mendongak lalu menggeleng cepat. Cukup dulu dengan Rizki dia bolos! Tidak lagi.

"Lagipula Kevin sudah kelas 3. Aku tidak mau kau kena masalah, Kevin," ucap Dika akhirnya.

"Aku tidak masalah kalau kena masalah karenamu." Kevin terkekeh pelan saat melihat Dika yang cemberut.

Kevin tidak pernah berubah, selalu mementingkan dirinya.

Kevin berdiri lalu menarik tangan Dika pelan. "Sebaiknya kita pergi dari sini. Lihatlah sudah banyak siswa yang masuk. Dan aku yakin kau pasti belum makan. Aku akan temani kau makan di kantin," ucap Kevin panjang lebar. Dika akhirnya berdiri lalu menepuk celananya pelan.

Dika dan Kevin akhirnya pergi ke kantin. Dika duduk saat Kevin sudah membawakan satu mangkuk bakso. "Makanlah," titah Kevin lalu menyodorkan mangkuk Bakso itu ke depan Dika.

Dika mengangguk dan dengan semangat melahap Bakso dihadapannya. Memang sejak kemarin ia belum makan. Galau mulu sih!

Kevin diam sambil terus memandang Dika, sesekali tangannya mengecek ponselnya yang sedang dihadiahi ratusan spam dari Andre dan Deri.

Fake Boyfriend (BXB) (End)Where stories live. Discover now