Chapter 10

8.1K 774 16
                                    

"Kevin....."

Aku menatap Kevin yang masih saja diam semenjak seminggu yang lalu. Semejak dokter mengatakan bahwa aku hamil, Kevin sama sekali tidak mau berbicara padaku. Aku mengehela nafas dan berjalan menuju dapur. Ini akan sulit.

Aku membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa bahan untuk ku masak. Setelah cukup, aku langsung berjalan menuju washtafel untuk membersihkan bahan.

Aku memasak dalam diam. Dulu, ketika aku memasak, Kevin selalu saja berkomentar karena bahanku yang tidak teratur. Tapi untuk beberapa hari belakangan ini, tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya. Bahkan, dia enggan memakan masakanku.

Setelah memasak aku langsung menghidangkan masakanku di meja makan. Untuk hari ini aku berharap Kevin memakan masakanku.

Aku berjalan menuju kamar untuk kembali memanggil Kevin. Kevin masih diam disana, menutup tubuhnya dengan selimut. Menolak untuk menatapku.

"Kevin..."

Panggilku lagi yang lagi lagi hanya di balas dengan suara angin. Aku menatap Kevin sendu. Aku merindukannya.

Aku berjalan mendekati Kevin lalu berbaring disampingnya. Memeluk tubuhnya untuk mengingat kehangatan tubuh Kevin.

"Aku tidak akan makan kalau kau tidak makan" Ucapku.

Kevin meraih ponselnya yang berada di meja dan segera ku rebut paksa. Kevin membuka selimutnya dan menatapku marah. Aku balas menatapnya dengan kesal.

"Aku ingin kau makan masakanku, bukan delivery! Kau tidak mengerti, hah?" Murka ku sambil menunjuk nunjuk wajahnya.

Kevin menatapku kaget lalu memalingkan wajah. Aku menatap rahang Kevin yang mengeras dan gigi giginya yang saling menggertak menahan amarah.

Tanganku meraih wajah Kevin lalu mengelusnya perlahan, sehingga sedikit demi sedikit rahangnya melunak. Kevin masih enggan menatapku dan hanya memejamkan mata menikmati tanganku.

"Kevin...." Panggilku lagi.

Kevin hanya diam.

"Kevin..."

Masih diam.

"Aku pergi!" Finalku dan beranjak dari kasurnya.

Kevin menahan tanganku dan menarikku sehingga aku jatuh dalam pelukannya.

"Maaf..."Ucapnya lirih.

"Aku mohon, jangan pergi" Lanjutnya.

"Kau mengatakan aku jangan pergi, tapi lihat sikapmu! Bahkan kau tidak menganggap ku ada disini" Marahku.

Kevin hanya mengangguk dan mengeratkan pelukannya.

"Apa kau sangat tidak mau ada bayi ini?" Tanya ku pelan. Kevin hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Lalu apa? Kenapa kemarin kemarin kau tidak pernah bertanya padaku?" Tanyaku lagi.

Kevin melepas pelukannya dan membalikanku sehingga aku berhadapan dengannya. Aku menatap wajah Kevin yang tampak kacau. Ada lingkaran hitam di bawah matanya. Walaupun selama ini Kevin berdiam diri di kasur, sepertinya dia tidak tidur.

"Aku hanya butuh waktu. Aku benar-benar shock saat mendengar kau hamil. Dan parahnya oleh lelaki gila itu. Aku tidak tau hubungan kalian sudah sampai sejauh itu." Ucap Kevin menjawab pertanyaanku.

Aku kembali menatap Kevin dan tersenyum.

"Maaf... Aku pikir dengan berhubungan... ehem-- seks dengannya aku akan merasa cukup dan tidak perlu berharap lagi. Tapi inilah akibatnya, cintaku semakin berkembang selama meninggalkan dia, dan saat aku kembali semua sudah terlambat" Ucapku pelan.

Fake Boyfriend (BXB) (End)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum