Chapter 8

9.1K 796 23
                                    

Sudah seminggu aku di Swiss, tepatnya di Zu-Zuri? Zurich? Ntahlah aku tidak mengingatnya. Aku tinggal bersama kedua orangtuaku. Aku memang sudah rencana akan pindah kesini saat sudah lulus, tapi lebih cepat lebih baik bukan?

Selama seminggu aku hanya mengurung diri di kamar. Rumah orangtuaku disini tentu lebih besar dari yang ada di Indonesia, tapi rasanya sepi.

Aku menghela nafas lalu menatap ponselku yang sudah lama tidak aku jamah. Aku meraih ponsel yang tidak akan aku nyalakan lagi itu. Pikiranku menerawang jauh, dan beberapa pertanyaan muncul di benakku. Apakah Rizki mencariku? Apa Rizki akhirnya bahagia dengan pacarnya? Apa Rizki BAIK-BAIK SAJA?

Tok tok tok

Seketika pikiranku buyar saat mendengar suara ketukan di pintu kamarku. Tanpa menunggu jawabanku, seseorang telah masuk melalui pintu itu. Menghentakan kakinya membuat aku menoleh ke arahnya.

"Ada apa Ay-Dad?" Tanyaku mengurungkan niatku mengucapkan "Ayah"

"Kau boleh memanggilku ayah sayang" ia mendekatiku lalu duduk disamping kasurku.

"Tidak apa, aku akan segera terbiasa Dad. Ib-Maksudku Mom akan terus mengomeliku" Jawabku apa adanya.

"Hahaha, Dad tidak mengerti kenapa semejak kau akan mempunyai adik dia memintamu untuk melakukan hal-hal yang aneh" Daddy tertawa lalu mengelus rambutku lembut.

Flashback 4 tahun yang lalu.

Saat aku masih tinggal bersama Ibuku.

"Dika sayang!! Mommy pulang!!" Teriak ibuku sambil berlari riang ke arahku.

Aku menerima pelukannya lalu membalas pelukannya erat.

"Ibu! Selamat datang" sambutku.

"No no no! Tidak ada kata ibu" Ucapnya memberi penekanan pada kata terakhir.

Aku melepas pelukannya lalu menatapnya heran. "Kenapa? Ibu mau aku memanggil ibu dengan nama? Evy?" Tanyaku dengan ekspresi polos andalanku.

Ibu menjentikan jarinya pada keningku lalu bersedekap dada dengan ekspresi sebal. "Bukan itu, maksud Mommy kau harus memanggil Mommy dengan sebutan Mommy" Ucapnya bangga.

"Ibu, bicaramu berputar putar. Aku tidak mengerti" Ujarku.

"Intinya panggil aku Mommy! Titik" Finalnya dan langsung membekap mulutku saat hendak bicara.

"Ehem" Terdengar dehaman dari balik pintu masuk.

"Ayah tidak pernah mengajarkan kalian untuk bermesraan. Kau masih punya aku Evy, jangan goda anakmu" Ayahku yang datang langsung memeluk pinggang ibu dari belakang.

"Cris, selamat datang. Aku punya kabar baik untuk kamu" Ibu mengecup pipi ayah lalu menuntun tangan ayah agar mengelus perutnya.

"Oh lagi datang bulan sayang? Kabar baik apanya? Aku tidak dapat jatah dong" Ayah menatap ibu dengan wajah cemberut.

Ibu memukul lengan ayah lalu kembali bersedekap dada "bukan!" Ucapnya.

"Lalu apa?" Tanya ayahku lagi.

"Tebak" Suruh ibuku.

"Kau sakit perut?"

"Bukan"

"Diare?"

"Bukan"

"Timbanganmu turun! Ya pasti itu, aku sadar akhir akhir ini timbanganmu naik" Ucap ayahku bangga.

Fake Boyfriend (BXB) (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora