Chapter 18

6.3K 580 42
                                    

Rizki POV

Aku terbangun dari tidurku. Sebelum bersiap untuk sekolah, aku mengecek ponselku terlebih dahulu. Aku tersenyum saat mendapati 1 pesan yang sama setiap harinya.

From : Dika

Selamat pagi sayang!

Note : Aku pergi sekolah dengan Daddy.

Today, 04.15

Aku terkekeh melihat pesan dari Dika. Aku menyimpan ponselku tanpa membalasnya. Lalu pergi ke kamar mandi untuk bersiap.

Aku turun dari kamarku sambil menguap. Di meja makan sudah ada Papa yang duduk serta Mama yang sedang menyiapkan makanan.

"Pagi Ma, Pa"

Aku menarik kursi dan duduk di samping Papaku.

"Selamat pagi" Balas Papa dan Mamaku.

"Rizki" Panggil papa serius membuatku seketika menoleh ke arahnya.

"Ada apa Pa?" Tanyaku cepat.

"Persoalan tentang Dika"

Mendengar kata Dika, aku langsung menatap papaku serius.

"Kamu tidak boleh tinggal dengannya"

Mataku membulat mendengar kata itu. Aku langsung menatap Papaku kesal. Sedangkan Papa hanya terkekeh melihat ekspresiku.

"Tenanglah, dengarkan dulu apa yang mau Papa katakan"

Aku menghela nafas dan mengangguk pelan. Menatap lembut papaku sambil menunggu kelanjutan perkataannya.

"Kamu boleh tinggal bersama Dika setelah Dika lulus. Bagaimana pun dia masih tanggungjawab orang tuanya. Papa tidak mau terjadi apa-apa dengan kalian. Kamu boleh menengok anakmu setiap hari tapi kamu harus pulang. Kalau kamu menyetujui itu Papa restui hubungan kalian"

Kembali, aku menatap Papaku kesal. Apa maksudnya? Aku sudah berjanji untuk membiayai hidup Dika.

"Tapi Pa---

"Tidak ada tapi-tapian. Apa kamu pikir membiayai hidup orang itu mudah? Setelah lulus kau belum tentu bisa dapat perkerjaan. Papa berfikir untuk masa depan kalian. Jika kamu setuju. Waktu Setahun setelah lulus bisa kamu gunakan untuk bekerja di kantor Papa. Bersyukurlah kamu beda 1 tahun dengan Dika sehingga kamu bisa menunggu dia lulus untuk menikahinya"

Aku hanya mengangguk pasrah. Papa itu mutlak. Tidak dapat dibantah. Bagaimana dengan Dika? Ah! Apa Dika mengetahuinya?

"Papa, apa Dika tau?" Tanyaku.

"Tentu. Kami sudah mendiskusikannya. Papa mengerti perasaan kamu tapi, kamu harus belajar realistis tidak semua yang kamu inginkan itu akan berjalan lancar"

Aku kembali mengangguk mendengar jawaban Papa. Mama tersenyum mendekatiku lalu memberikan satu piring yang sudah terisi penuh dengan makanan.

"Anak mama tau apa yang terbaik, bukan?"

Melihat senyuman mama membuatku tenang. Aku mengangguk dan membalas senyumannya. Mama menepuk kepalaku pelan lalu duduk di samping Papa.

Fake Boyfriend (BXB) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang