Lembar 1

3K 145 9
                                    

Aku hanya seorang penggemar yang bahkan tak tahu siapa nama idolanya. Dan lucunya lagi, ia bahkan tak tahu aku ada.

♡♡♡

Tulis. Berhenti. Hapus.

Selama 30 menit terakhir, hanya itu yang dilakukan gadis si kuncir kuda. Ia menghirup napas sejenak, sebenarnya mudah untuk menceritakan kembali kisah itu.

Namun entah mengapa ia bingung.

Dari mana ia harus memulai? Dari mana ia harus menceritakan itu semua?

Ia seperti orang linglung.

Setelah mendengarkan ceramah sahabatnya yang membuat telinganya terasa panas dan berdengung, pilihan yang menurutnya terbaik telah ia ambil.

Mudah saja, ia hanya perlu menceritakan kembali kenangan itu, melalui tulisan. Seperti yang selama ini ia kerjakan dengan alasan 'hobi'.

Menjadikannya salah satu tulisan paling berharga karena sebuah patah hati terhebat.

Namun ada sedikit ragu di sudut hatinya, dapatkah ia melakukannya? Ah, bukan. Apakah ia siap untuk sebuah terapi melupakan?

***

Waktu itu kamu diam, mendengarkan ucapan kakak anggota OSIS dengan seksama.

Sesekali pena dalam tanganmu bergerak, menyalin apa yang diucapkan kakak OSIS di depan sana dalam buku tulis yang ada dalam genggaman.

Sederhana. Memang tak ada yang istimewa.

Namun entah mengapa aku terpana.

Menatapmu tanpa suara juga membuatku lupa untuk mengedipkan mata.

Hanya seperkian detik.

Namun aku segera tersadar, bahwa kamu bahkan tak tahu aku ada.

"Lagi liat siapa?" Temanku, Amelia, atau yang akrab disapa Amel, bertanya sambil mengikuti arah pandangku dengan tatapan selidik.

Aku lekas menoleh, tersenyum tanggung lalu menyahut dengan gugup, "gak ada."

Untungnya ia tidak memperpanjang hal tersebut lalu kembali mencatat apa yang harus dibawa pada besok hari karena kami masih dalam masa PLS (Pengenalan Lingkungan Sekolah) sebagai pengganti MOS untuk kelas 10.

Aku diam-diam bernapas lega lalu kembali melirik laki-laki di ujung sana.

Laki-laki yang sejujurnya tidak begitu tampan, namun anehnya kharismanya mampu membuatku terpana hanya karena menatapnya.

Ini aneh, namun yang bisa ku lakukan hanya tersenyum tipis.

Hanya sampai di situ.

Karena aku tahu, mungkin selamanya aku akan tetap menjadi penggemar rahasia yang namanya pun aku tak tahu siapa.

Ah, memang apa pedulinya?

Memang aku siapa baginya?

Kenyataan itu segera menamparku dengan telak.

♡♡♡

Adiksi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang