Lembar 2

1.8K 112 3
                                    

Hari itu hari yang melelahkan, waktu pelatihan singkat tentang PBB, aku nyaris pingsan hingga temanku memaksa agar aku ke UKS saja.

Aku menolak, bagiku ini biasa. Aku merasa masih cukup kuat untuk menopang tubuhku sendiri di bawah terik matahari yang menyengat.

Semua ini karena kamu.

Aneh, ya?

Aku seperti bukan diriku saja.

Padahal yang kulakukan hanya menatapmu.

Bisakah kamu jelaskan apa yang terjadi padaku?

Ini membingungkan.

Kamu tidak populer. Juga tidak terlalu tampan seperti para bintang di tv.

Kamu biasa.

Namun entah bagaimana bagiku terasa sempurna.

***

"Nai, mending kamu ke UKS aja daripada pingsan di sini." Bisik Nadia padaku saat dilihatnya aku sesekali seperti tak kuasa menopang tubuhku sendiri.

"Gak apa-apa kok, Nad. Aku baik-baik aja." Sahutku dengan berbisik pula.

"Seriusan nih?"

"Duarius malah," candaku yang membuatnya mendelikkan mata tajam.

"Awas kalo pingsan. Ku injek-injek kamu Nai biar mampus sekalian."

"Ihh serem deh haha."

Aku masih kuat.

Aku tidak boleh pingsan.

'Jangan jadi perempuan yang lemah, Nai' , rapalku dalam hati sembari menetralkan rasa sakit di kepalaku yang semakin bertubi.

Kulihat laki-laki yang kemarin menjadi pusat perhatianku sedang mengikuti latihan singkat PBB ini dengan serius.

Aneh sekali.

Hal yang dilakukannya sungguh biasa.

Tapi aku malah terus-terusan terpana. Lucu.

Aku hampir goyah. Kepalaku rasanya semakin sakit.

Ku lirik jam tangan yang terpasang di pergelangan tangan kiriku, masih tersisa 20 menit lagi menuju jam istirahat.

"Nai?"

"Iya, Nad?"

"Kamu gapapa?"

Sakit.

Pandanganku memburam.

Tak ada yang kuingat lagi selain gelap melingkupiku saat itu.

Aku bahkan tak sempat menjawab pertanyaan Nadia.

♡♡♡

Adiksi Where stories live. Discover now