Epilog

981 43 4
                                    

Rinai menarik secarik kertas yang ditulisnya dua tahun lalu. Ia menatapnya kosong, tulisan itu sudah lama sekali. Tersimpan dengan baik di sudut rak bukunya.

Perlahan ia membaca tulisan pada selembar kertas tersebut, tidak menghiraukan rasa sesak yang masih menyarang dalam dadanya.

Harusnya, ia sudah bisa melupakan laki-laki itu.

Perlahan ia melipat kertas tersebut, lalu menyimpannya di rak paling bawah.

Berusaha melupakan itu semua.

***

Aku jatuh.

Tepat saat kamu memilih menjauh.

Pertahananku seketika runtuh.

Saat aku sadar kamu tak lagi butuh.

Pecah.

Berkeping-keping.

Ada tangis saat mengumpulkan pecahan hati yang berserak.

Saat aku sadar waktu telah membentangkan jarak.

Sejujurnya, aku masih terdiam.

Di sini. Ditemani pekatnya sepi.

Dan yang masih tak ku mengerti,

Mengapa rasa ini masih berdiam di hati?

Secuil rasa yang kamu tinggalkan.

Sebuah perasaan purba yang masih bermetamorfosa.

Tapi sayangnya kamu memilih bungkam,

Juga enggan memberi jawaban.

Tertanda, Rinai Angkasa.
Untuk seseorang di ujung sana, yang bagiku hanya sebuah fatamorgana.


♡♡♡

- Tamat -

Terimakasih sudah membaca Adiksi! ❤

Adiksi Where stories live. Discover now